27. OYO YUK

6.8K 376 16
                                    

"Kayaknya berat banget masalahnya?" tanya Dinda melihat Aro yang sudah menghabiskan sepuluh susu kotak.

"Hubungan aku sama Poppy udah berakhir bahkan sebelum kita memulainya." ujar Aro membuat Dinda menghela nafas panjang.

"Sekali aja..."

Aro menatap Dinda menunggu ucapan gadis itu selanjutnya.

"Sekali aja kamu pandang aku sebagai wanita!" ucap Dinda.

"Loh emang selama ini aku liat kamu apa? Pria? aku anggap kamu—"

"Maksudnya itu lihat aku sebagai wanita yang  juga punya perasaan, aku sama kamu beda gender. Gak ada pertemanan antara pria dan wanita, mas Aro. Sekali aja coba anggap aku sebagai wanita yang memiliki perasaan terhadap lawan jenisnya. Aku juga bisa baper kalau di deket kamu terus..."

"Kamu suka sama aku?"

"Dasar gak peka!"

Aro menggaruk kepalanya bingung. Ia menatap Dinda lalu meminum susu kotak nya yang ke sebelas.

"Gila! kayaknya sebentar lagi aku bakal gila deh." ujar Aro syok akan perkataan Dinda. Bagaimana mungkin gadis yang sudah dianggapnya bagaikan adik memiliki perasaan kepadanya? Aro tidak sanggup membuat Dinda sedih, tapi ia juga tidak mungkin memacari gadis itu dan membohongi perasaannya.

"Mas Aro gak suka sama aku? gak punya perasaan cinta sedikit pun ke aku gitu?" tanya Dinda.

"Jangan tanya itu! ayo lupain pembicaraan ini. Anggap saja kita—"

"Aku gak mau! aku mau kepastian. Mas Aro suka sama aku gak?"

"Din..."

"Jawab!"

Aro menundukkan kepalanya. Baiklah sepertinya ia akan membuat gadis dihadapannya menangis untuk yang pertama kalinya.

"Maaf..."

"Aku tahu."

Aro mengangkat pandangannya menatap Dinda yang tersenyum manis.

"Aku gak akan nangis karena aku tahu kamu gak mungkin suka sama aku, semalam aku udah nangis sebelum mengungkapkan perasaan ini. Jadi, sekarang air mata ku sudah habis. Makasih karena udah—"

Aro bangkit berdiri dari kursinya dan langsung memeluk Dinda erat-erat.

"Nangis aja." ucap Aro menepuk-nepuk kepala Dinda pelan dan tak lama kemudian Dinda benar-benar menangis didalam dekapan Aro.

Bersamaan dengan itu pintu cafe dibuka oleh seorang gadis. Aro yang menghadap pintu cafe bisa melihat jelas gadis itu siapa.

Poppy menatap Aro yang juga menatapnya. Ia membalikan badannya dan pergi meninggalkan cafe.

"Dinda." panggil Aro seraya melepaskan pelukan Dinda perlahan.

"Aku pergi dulu ya, kamu udah tenang kan? nanti aku beliin es krim. Sekarang pulang dan istirahat. Kejadian ini aku anggap gak pernah ada, jadi gak usah canggung nanti. Oke?" Aro mengacak-acak rambut Dinda dan berlari keluar cafe untuk mengejar Poppy.

Aro berlari sepanjang trotoar jalan, namun tak menemukan keberadaan Poppy. Tapi, ia seperti mendengar suara tangisan. Saat mengedarkan pandangan tak sengaja Aro melihat Poppy yang sedang menangis dipojok gang sempit yang gelap.

"Lo gak takut apa nangis ditempat gelap?" tanya Aro diri disamping Poppy.

"Si-siapa yang nangis?!" Poppy buru-buru menghapus jejak air matanya.

"Terus lo ngapain disini?"

"Terserah gue lah! mau gue dimana juga bukan urusan lo! Lo ngapain sih disini? harusnya kan lo rayain hari jadian sama Dinda? Lo udah punya pacar, jangan deket-deket sama gue lagi!" ketus Poppy.

"Siapa yang jadian?"

"Terus maksud lo peluk Dinda di cafe apaan?! gak usah sok jadi play boy lo!"

"Emangnya kalau pelukan itu artinya jadian?"

"I-iya lah!"

Grep!

Aro memeluk Poppy erat sekali hingga rasanya Poppy sangat sesak.

"Aro lo mau bunuh gue ya!" kesal Poppy karena ia kesulitan bernafas.

Aro melepaskan pelukannya dan tersenyum tanpa dosa.

"Sekarang berarti kita jadian." ucap pria itu membuat Poppy menganga tak percaya.

"Lo bilang kalau pelukan berarti jadian. Pelukan gue ke lo itu—"

Plak!

"Gila! lo gak mikirin perasaan Dinda gimana kalau dia liat ini?!" kesal Poppy hingga menampar Aro.

"Gue sama Dinda gak ada hubungan apa-apa."

"Lo jahat banget gak ngakuin pacar sendiri!"

"Seriusan! gue meluk Dinda karena dia lagi sedih. Gue nolak Dinda, yang gue suka cuma lo. Ngerti gak sih?!" bentak Aro membuat Poppy terdiam sesaat.

"Lo cuma suka sama gue?"

"IYA!"

"Biasa aja dong gak usah ngegas!"

"Lagian lo nyebelin banget jadi cewek!"

"Ya maap lagian lo—"

"APA? HAH? MASIH MAU NYALAHIN GUE JUGA?!"

"Aro muncrat." Poppy mengelap wajahnya yang terkena hujan kuah yang bersumber dari mulut Aro.

"Lo sama Juna baikan?" tanya Aro sambil berkacak pinggang.

"Iya."

"Jahat banget sih lo?! gue selama ini lo anggap apaan?"

"Temen... spesial."

"Maksudnya?"

"Gue sama Juna emang baikan, tapi gak balikan. Karena hati gue udah ada yang nempatin, orang baru. Lo tahu gak orangnya siapa?"

"Siapa?"

"Lo lah bego!"

"Gak romantis." ketus Aro tapi tersenyum malu-malu menatap Poppy.

"Yeu apa kabarnya lo! udah nembak sambil bentak-bentak terus muncrat!" balas Poppy kesal.

Aro meraih kedua tangan Poppy dan menatap dalam mata gadis itu.

"Aku...suka, sayang, cinta sama lo eh maksudnya kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku? Nggak bukan pacar! Kamu mau gak jadi istri aku? kalo mau besok kita nikah." ujar Aro gugup menahan debaran jantungnya.

"Aku mau."

"Aduuhhh jantung gue sakit." Aro membungkuk memegangi dadanya.

"Aro lo kenapa?" tanya Poppy panik.

"Kayaknya deket sama lo gak baik buat kesehatan jantung gue deh."

"Dih? yaudah putus." Poppy hendak pergi meninggalkan Aro, namun pria itu langsung mencegahnya.

"Bercanda, ish! masa baru beberapa detik lalu jadian sekarang udah putus." ucap Aro memegang tangan Poppy.

"Mau kencan?" tanya Aro tersenyum manis.

"Hm. Kemana?"

"Oyo yuk!"

"Beneran putus." Poppy menghempaskan tangan Aro dan berjalan meninggalkan pria itu.

"POPPY BERCANDA!"

My Cutie Pie WifeWhere stories live. Discover now