Bab 1 . Bebas

4.3K 142 34
                                    

Sebelumnya cerita ini sudah pernah saya publish, tapi nggak tau melanggar ketentuan WP yang mana, cerita ini dihapus WP. Saya publish ulang tapi saya ubah sedikit alur ceritanya, saya coba rapikan cara penulisannya walaupun masih jelek juga.

Cerita ini bisa dibilang cerita yang terlalu serius dan lebih dewasa ketimbang cerita saya yang lain, bisa jadi ini akan membuat kamu bosan karena minim humor dan alurnya lambat. Jadi, kalau nggak suka cerita yang agak baku dan serius, kayaknya cerita ini nggak cocok untuk kamu baca.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika menemukan kesamaan nama, tempat dan kejadian, itu semua hanya kebetulan semata😃. Selamat membaca.

_______

Adrian menarik nafas lega setelah keluar dari bangunan yang tak akan pernah ia injakkan lagi kakinya di tempat itu. Bangunan itu adalah RUTAN. Rumah tahanan atau lebih familiar disebut penjara.

Hari ini memang hari kebebasan Adrian setelah kurang dari empat tahun lamanya ia mendekam di penjara. Adrian bersyukur ia mendapatkan remisi karena selalu bersikap baik selama menjadi narapidana, hingga membuat dirinya tidak harus menjalankan masa tahanan sesuai dengan keputusan hakim yang mengetuk palu saat di persidangannya beberapa tahun silam.

Jika kembali ke masa lalunya sedikit, Adrian masih tidak terima dengan keputusan dan juga hukuman yang ia dapatkan. Adrian tidak bersalah, ia dijebak, terseret dan dituding sebagai tersangka kasus penipuan seorang Investor sebanyak milyaran rupiah. Kasus itu membuat Adrian harus kehilangan semua bisnisnya guna mengganti kerugian dan juga menjadikan dirinya sebagai narapidana.

Tapi sudahlah, Adrian sudah tidak memikirkan hukum yang tidak adil, lagipula saat itu ia tidak memiliki bukti yang konkret, semua bukti memojokkan bahwa Adrian lah pelakunya. Adrian sudah ikhlas menerima kebangkrutannya dan juga ikhlas menerima hukuman yang sudah ia lewati.

Adrian menghela nafas lagi, berusaha menciptakan senyum di wajahnya meski sedikit dipaksakan. Dengan langkah tegap, ia meninggalkan bangunan yang memberikan masa-masa sulit dan juga kelam untuk dirinya.

Di tepi jalan raya tepat di depan bangunan rutan, Adrian melambaikan tangan pada angkutan umum yang lewat, membuat angkutan yang didominasi warna biru muda tepat berhenti di depan Adrian.

"Ini tujuannya terminal pak?" Tanya Adrian pada supir angkutan yang mengenakan topi dan juga handuk kecil yang di selempangkan di pundak.

"Betul pak. Yuk pak naik, tenang ... saya anti ngetem-ngetem, berapa penumpang pun langsung tancap gas" janji supir sambil mengibas wajahnya dengan tangan.

Siang itu memang sangat terik, tak terkecuali Adrian yang berkeringat karena hawa panas ditambah polusi yang mendominasi udara.

Adrian membuka pintu depan, duduk persis di samping supir yang mulai melajukan angkutan yang kosong tanpa penumpang, hanya ada Adrian saja sebagai penumpang di angkutan itu.

"Abis jenguk siapa dari penjara pak?" Sang supir berbasa-basi.

Adrian tersenyum simpul, ia menggeleng, "bukan pak, saya baru bebas."

Tidak ada beban saat Adrian mengatakan kebenarannya, ia tidak mau menutup-nutupi jika dirinya memanglah mantan narapidana.

"Ooh ..." sang supir mengangguk, "kasus apa pak?"

Adrian tersenyum lagi, supir itu terlalu banyak ingin tahu, tapi tak masalah bagi Adrian.

"Kasus penipuan dan penggelapan uang, Bapak Garind Hartanto. Mungkin bapak pernah mendengar kasus itu" jawab Adrian mengakui.

"Pak Adrian ...." Sang supir mengerem mobilnya mendadak, ia menatap Adrian lekat.

Adrian terlihat kebingungan, hatinya bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat sang supir itu terkejut mendengar pernyataan darinya.

Romance In The VillageWhere stories live. Discover now