Bab 2. Pemuda Di Kampung Halaman

1.9K 112 2
                                    

"Man!"
"Armand!"
"Kemana si Armand, pintu rumahnya dibiarin kebuka tapi orangnya tidak ada."

Laki-laki bertubuh tinggi itu menyisir rambutnya yang ikal dan agak gondrong menggunakan jari, ia sisir ke belakang sambil terus memanggil nama Armand di sebuah rumah yang tak kalah sederhana tepat di seberang rumah milik keluarga Adrian. Terlihat jelas perbedaan status pemilik rumah yang laki-laki itu datangi jika dibandingkan rumah di seberangnya. Rumah sederhana dengan perkarangan yang seadanya tak seluas rumah milik keluarga Adrian.

Laki-laki bertubuh atletis dengan pahatan otot yang indah itu mendecih kesal, ia meninggalkan rumah Armand. Hatinya berniat ingin pulang, namun pandangan matanya justru tertuju pada seseorang yang membuka pagar rumah yang ada di seberang jalan. Laki-laki itu terus memperhatikan, hingga sosok yang dilihatnya melangkah jauh dan menghilang dari pandangan matanya.

"Arjuna! kamu kenapa berdiri di pinggir jalan? Sini masuk!"

Laki-laki berambut agak gondrong itu menoleh lagi ke belakang. Tepat di pintu rumah yang ia panggil pemiliknya tadi, berdiri seorang laki-laki yang juga tak kalah gagah, berwajah yang tampan dengan gaya rambut cepak seperti tentara. Hanya saja laki-laki ini tak lebih tinggi dibanding laki-laki gondrong bernama Arjuna, namun secara bentuk tubuh, mereka hampir sama atletisnya.

"Saya panggil-panggil kamu dari tadi, Man" ujar laki-laki gondrong bernama Arjuna menghampiri laki-laki cepak bernama Armand, "saya pikir kamu tidak ada di rumah."

Arjuna dan Armand berdiri berhadapan. Terlihat jika perbedaan tinggi mereka yang memang tidak terlalu mencolok, ujung kepala Armand sebatas pipi Arjuna. Armand berdiri di ambang pintu yang memiliki kisaran tinggi 190CM, kepalanya masih ada sedikit space dengan bagian atas pintu, sedangkan si Arjuna harus sedikit menundukkan kepala saat masuk ke dalam rumah Armand karena ujung kepalanya mentok ke bagian atas pintu.

"Bilang sama ayah kamu, itu pintunya dirombak, kependekan" gerutu Arjuna yang sudah duduk di kursi ruang tamu rumah Armand.

"Bukan salah ayah saya, itu salah kamu yang terlalu tinggi. Tinggi pintu itu 190CM, tinggi ayah 175CM, tinggi ibu 165CM dan tinggi saya 185CM. Jadi, tinggi pintunya sudah pas untuk penghuni rumah ini. Kalau kamu keberatan masuk dari pintu, silahkan masuk dari jendela" jawab Armand berbicara panjang lebar sambil ikut duduk di kursi di depan Arjuna, "lagian ada orang di kampung ini yang setinggi pintu seperti kamu."

Arjuna yang mendengarnya hanya mengeluarkan cengiran maut yang menambah tampan aura maskulinnya. Namanya memang selaras dengan tampang dan juga tubuh yang ia miliki, bak Arjuna dalam kisah perwayangan yang digambarkan gagah, pemberani dan juga tampan, hal itu juga dimiliki oleh Arjuna yang duduk di depan Armand saat ini.

Serupa tapi tak sama, fisik Armand juga tak ubahnya mirip Arjuna dengan versi yang lebih rapi. Tidak seperti Arjuna yang selebor, bertingkah masa bodoh, sedikit urakan seperti preman pasar. Armand justru terlihat lebih kalem dengan gaya rambut cepak yang ia miliki, tak kalah gagah dari Arjuna karena keduanya sama-sama memiliki tubuh berotot yang terlihat menyembul dari baju yang mereka kenakan.

"Saya kesini bukan mau membahas soal pintu, saya mau pinjam motor ayah kamu. Motor saya mogok lagi di rumah, itu motor memang harus diganti pakai yang baru" ujar Arjuna mengutarakan maksud kedatangannya.

"Cuma karena itu kamu teriak-teriak bangunin saya. Kamu itu bukan orang lain, Jun. Kamu tinggal masuk ke kamar ayah, itu kunci motor selalu digantung di lemari kamar ayah" jelas Armand yang memang terlihat lebih kalem dan santai.

"Masuk rumah tanpa ijin pemiliknya itu tidak boleh, Man. Kalau ada barang yang hilang, saya juga yang jadi tidak enak nantinya."

Romance In The VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang