Bab 24. Mengambil Keputusan

644 51 7
                                    

Sesuai dugaan Arjuna, dari ciri-ciri yang disebutkan Abi, yang menemuinya ternyata adalah Armand bersama dengan Elisa. Gemuruh amarah di hati Arjuna bergejolak, mengingat kala Armand mengusir dirinya dan tak ingin lagi bertemu dengannya, namun Arjuna berusaha meredam emosi, terlebih di ruangan itu tak hanya ada dirinya dan Armand saja tapi ada juga Elisa dan Andy selaku managernya.

Armand tak berani menatap Arjuna, kepalanya tertunduk malu, rasa bersalah dan penyesalan jelas bisa dirasakan siapapun yang melihat ekspresi wajah Armand saat ini. Sedikit ia melirik Arjuna yang membuang muka, tersirat perasaaan rindu terhadap sahabatnya tapi Armand masih berusaha memendam. Sama halnya dengan Arjuna yang tidak bisa membohongi diri jika Arjuna pun merindukan Armand, tapi rasa gengsi mengalahkan kedua sahabat itu. Arjuna hanya diam, tak sedikitpun menyapa terlebih dahulu, sama halnya dengan Armand.

"Arjuna, silahkan duduk" ujar Andy yang tak lagi memanggil nama Arjuna dengan nama Bima seperti biasanya.

"Kak Arjuna, apa kabar?" Elisa bernada-basi.

"Saya baik-baik saja" jawab Arjuna menatap Elisa sebentar namun ia kembali membuang pandangannya.

Andy yang sepertinya sudah mengetahui kecanggungan antara karyawan baru dan tamunya itu mulai berdehem membuka suara, "Arjuna, kita bisa bicarakan baik-baik. Silahkan duduk."

"Mohon maaf boss Andy. Saya tidak bermaksud melawan perintah atasan. Tapi ada perjanjian antara saya dan tamu boss Andy untuk tidak berdekatan dalam jarak 10 langkah" Arjuna menolak, ia berdiri di depan pintu ruangan yang sudah ia tutup.

"Kak, ini bukan salah Kak Armand. Ini juga bukan salah Kak Eri, Elisa yang bawa Kak Armand kesini tanpa sepengetahuan Kak Eri. Bahkan Kak Armand sendiri pun tidak tahu kalau Kak Arjuna bekerja disini" Elisa berniat menengahi.

"Saya sudah terlalu sering dibohongi, El. Maaf, saya tidak bermaksud untuk tidak mempercayai kamu, tapi untuk urusan ini, saya mohon jangan ikut campur" pinta Arjuna berusaha untuk tidak membuat Elisa sakit hati.

"Baiklah, begini saja" Andy ikut menjadi penengah, "saya ijinkan kalian untuk menggunakan ruangan saya. Silahkan selesaikan masalah kalian terlebih dahulu."

Andy beranjak dari kursi kerjanya, ia berjalan keluar melewati Arjuna yang memberikan jalan untuk atasannya itu, "saya yakin kamu bisa membuat keputusan yang menurut hati kamu benar, Arjuna" ucap Andy meninggalkan Arjuna, Elisa dan Armand di ruangan kerjanya.

"Elisa tidak akan ikut campur sesuai keinginan Kak Arjuna, Elisa akan tunggu di luar" Elisa beranjak dari tempat duduknya ikut meninggalkan Armand dan Arjuna berdua di dalam ruang kerja milik Andy.

Kini, hanya ada Armand dan Arjuna di ruangan itu. Arjuna masih dengan pendiriannya, ia bungkam, tak ada sepatah kata pun yang ia ucapkan. Kendati demikian, pertanyaan di pikirannya saat ini ingin sekali ia mengetahui apa yang sudah Armand, Elisa dan Andy bicarakan sebelumnya, sehingga Andy dengan mudahnya percaya meninggalkan Armand yang bukan siapa-siapa di bengkel ini bersama Arjuna. Andy juga terlihat sangat peduli dengan permasalahan yang terjadi antara Arjuna dan Armand.

"Apa kabar, Arjuna?" tanya Armand membuka suara. Armand masih belum memiliki keberanian penuh menatap Arjuna.

"Tidak perlu berbasa-basi, Man," jawab Arjuna ketus, "Apa tujuan kamu kesini? Saya tahu kamu bukan tipikal orang yang suka bertele-tele.

"Saya yang memaksa Eriawan untuk mengatakan tempat kamu bekerja. Semua bukan salah Eriawan, saya masih kenal dengan sepatu yang dibelikan Ayah Heru untuk kita berempat. Saya melihat itu di rumah Eriawan" Armand menjelaskan tanpa perlu Arjuna pertanyakan.

"Lalu apa tujuan kamu menemui saya?" Tanya Arjuna lagi.

"Saya mohon jangan menyalahkan Eriawan ataupun Elisa. Saya ke Jakarta bersama Elisa memang untuk mencari kamu, saya sama sekali tidak tahu kalau kamu bersembunyi di rumah Eriawan. Ini semua salah saya, Arjuna."

Romance In The VillageWhere stories live. Discover now