Bab 11. Urusanmu Dan Urusanku

1.2K 92 21
                                    

Arjuna sudah tiba di kebun milik ayahnya Adrian. Dengan langkah gontai ia berjalan sambil menendang buah sawit yang terbengkalai. Kesedihan di raut wajahnya tak bisa ia tutupi, sampai-sampai ia tak mendengar sapaan dari beberapa pekerja yang menyapa dirinya dengan ramah.

Tak seperti Armand yang sering meminjam traktor milik pak Ibnu. Arjuna melewati pekerja itu yang kebingungan melihat perubahan sikap Arjuna. Pak Ibnu hanya menggaruk kepala melihat Arjuna yang tak acuh pada sapaannya.

"Selamat siang menjelang sore, Mas Arjuna Bima Sadewa. Gagahnya seperti saya waktu muda."

Namun Arjuna seperti tak mendengar celotehan Pak Ibnu. Ia masih saja berjalan tertunduk lesu sambil menendang buah sawit di depannya.

"Anak muda jaman sekarang kelihatan kalau sedang galau" lirih Pak Ibnu, "tidak seperti jaman saya dulu."

Arjuna yang menyedihkan. Raganya memang sedang berjalan, tapi jiwanya entah berada di mana, sepertinya jiwa Arjuna masih tertinggal diantara bayang-bayang tubuh telanjang Armand dan Adrian yang sempat ia lewati.

Arjuna terus berjalan hingga akhirnya ia sampai di pondoknya. Di depan pondok tempat tinggalnya sudah ada Galih dan Dirga yang duduk santai bermain gitar di hammock yang terikat di tiang penyangga gubuk itu. Arjuna lagi-lagi tidak memperdulikan keadaan sekitarnya.

Galih dan Dirga tak berani menyapa, mereka hanya berbisik satu sama lain melihat kedatangan Arjuna. Setelah Arjuna masuk barulah mereka berani berbicara.

"Kamu hibur saja sana! Kasihan dia" ujar Galih mendorong Dirga dari hammock yang sama.

"Kenapa harus saya! Kamu sengaja nyuruh saya, biar saya dipukul Arjuna!" Dirga menolak dan kembali duduk di sebelah Galih yang memegang gitar, "lagian dia kenapa? Akhir-akhir ini lebih banyak diam."

"Memangnya semua orang harus cerewet seperti kamu" balas Galih membuat Dirga melotot.

"Bukan masalah diamnya. Arjuna yang biasanya saja sudah menakutkan. Apalagi kalau dia diam, apa kamu tidak takut. Kalau menurut saya sih ... lebih seram daripada setan" bisik Dirga pelan takut di dengar Arjuna.

Arjuna muncul dari pintu, Galih dan Dirga berpura-pura memetik gitar dan mencari nada.

"Selamat tidur kekasih gelapku" Dirga bersenandung.

"Kalau tiada artinya" Galih ikut bersenandung

"Begadang boleh saja .... Kalau ada sephia."

"Bukan itu bodoh! Tadi kita nyanyi lagu Sheila on 7 judulnya sephia kenapa jadi begadang haji Rhoma" oceh Dirga yang membuat Arjuna tersenyum tipis karena kebodohan kedua temannya.

"Lagi, Dir. Dia ketawa, cepat bikin dia ketawa" bisik Galih.

"Saya bukan pelawak, anjing!" Maki Dirga pelan.

Dirga dan Galih mengalihkan pandangan saat Arjuna melirik ke arah mereka, berpura - pura memperhatikan langit-langit gubuk mereka.

"Waaaah .... Kayu" teriak Galih.

"Iya ... kayu, waaah ... seru sekali memandangi kayu" timpal Dirga dengan bodohnya ikut seperti Galih.

Arjuna mendehem, ia menunjuk meja di dekat Galih dan Dirga.

"Ap .... Apa?" Tanya Dirga gemetar, entah mengapa mereka setakut itu dengan Arjuna.

"Gitar?" Tanya Galih.

"Bukan" jawab Arjuna singkat menunjuk lagi sesuatu yang ada di meja.

"Rokok?" Tanya Dirga.

Arjuna mengangguk, ia menggerakkan jarinya seakan menyuruh Dirga melempar rokok padanya.

Romance In The VillageWhere stories live. Discover now