Bab 22. Cinta Yang Rumit

719 56 8
                                    

Arjuna terbangun dari tidurnya, matahari di kuar sana sudah berada di ufuk kepala, jam dinding di ruang tamu rumah Eriawan sudah menunjukkan pukul 12 siang. Arjuna benar-benar tertidur pulas setelah mabuk dan bercinta semalaman. Arjuna memegangi kepalang yang masih terasa agak pusing, ia juga menarik nafas untuk menetralkan diri, Arjuna tak mengingat jelas kejadian semalam, ia terasa berada di antara alam mimpi dan alam yang nyata. Namun saat menangkap dirinya yang telanjang, Arjuna menyadari bahwa yang dialaminya semalam bukanlah mimpi.

Arjuna merubah posisi, ia bersandar di kursi, memejamkan mata tanpa memperdulikan tubuhnya yang masih tak berpakaian sama sekali. Tak bisa di deskripsikan lagi keindahan tubuh Arjuna saat telanjang seperti ini, otot-ototnya yang tajam berkat pekerjaan kasar yang ia lakukan di desa, disertai dengan bentuk wajah dengan rahang yang tegas membuat siapapun mungkin akan meliriknya, ditambah lagi ukuran penis yang besar walau sedang lunglai di antara kedua pahanya, semakin menampilkan sosok keperkasaan seorang Arjuna.

Traaaang

Kegaduhan yang ditimbulkan dari ruangan lain membuat Arjuna kembali membuka mata, tatapan tajamnya yang bagaikan elang menemukan mangsa menelisik ke arah ruangan yang tak jauh dari ruang tamu tempatnya berada. Ruangan yang menimbulkan kegaduhan seperti benda terjatuh itu tak lain adalah dapur rumah Eriawan.

Arjuna berdiri, tubuh telanjang gagah tinggi semampai itu makin indah dipandangan mata, ia mengendus badannya sendiri, bau air mani masih tercium kuat walau sudah mengering. Arjuna tahu semalam ia bercinta dengan Eriawan, namun ia tak mengingat jelas berapa lama kegiatan bercinta itu sampai ia mengeluarkan sperma.

Diambilnya celana boxer dan baju singlet yang berserakan di lantai, Arjuna berniat memakainya namun sedetik kemudian ia melemparnya kembali. Bau air mani kering langsung menyengat saat Arjuna sempat mengambil pakaiannya itu, hal itulah yang membuat Arjuna mengurungkan niat untuk mengenakan pakaiannya kembali.

Lagipula di pikiran Arjuna, Eriawan sudah melihat tubuh telanjangnya, bahkan sudah mencicipinya langsung, jadi dengan acuh Arjuna berjalan telanjang menuju sumber suara yang menimbulkan kebisingan siang itu.

"Selamat siang Bim, maaf saya nggak bangunin kamu" Eriawan yang sedang memasak di dapur menyapa Arjuna.

Ternyata kebisingan yang di dengar Arjuna dari dapur tersebut karena ulah Eriawan yang sedang menyiapkan masakan. Dapur luas yang langsung terhubung dengan ruang makan itu bergaya vintage modern, di dominasi warna coklat dan pastel. Lemari gantung tertata rapi, beberapa lemari di bagian bawahnya yang menutupi tubuh bagian pinggang hingga ke kaki Eriawan.

Eriawan mengenakan celemek, tak mengenakan baju sebagai penutup bagian atas tubuhnya, kulit tubuhnya yang putih dan kekar terlihat seperti telanjang karena warna celemek yang ia pakai mirip dengan warna kulitnya.

Arjuna tak menjawab, ia hanya tersenyum lalu berjalan menuju pintu ruangan lain yang ternyata adalah toilet. Arjuna mencurahkan hasrat yang sempat ia pendam yaitu hasrat ingin kencing.

Setelah selesai menuntaskan hajatnya, Arjuna menghampiri Eriawan, yang masih sibuk menata makanan yang ia buat.

Setelah selesai menuntaskan hajatnya, Arjuna menghampiri Eriawan, yang masih sibuk menata makanan yang ia buat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Romance In The VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang