Bab 23 . Sahabat Baru

632 49 8
                                    

Sudah genap hitungan satu bulan Arjuna merantau di Jakarta dan bekerja sebagai montir di bengkel milik Andi, mungkin menurut sebagian orang pekerjaan yang Arjuna lakukan tidak layak untuknya yang tercatat sebagai alumni mahasiswa universitas cukup ternama di kota kelahirannya, namun Arjuna merasa bahagia dengan pekerjaannya saat ini, ia tetap saja Arjuna yang sama saat mengurus perkebunan, tak pernah ingin berdiam diri dan selalu melakukan apa saja pekerjaan yang bisa ia lakukan.

Siang hari itu cuaca sangat terik, Arjuna seperti biasa sedang berkutat dengan mobil mewah, Arjuna sedang memperbaiki mobil bermerek Mercedes berwarna hitam milik pelanggan bengkel. Cuaca panas yang dirasakan Arjuna membuatnya gerah, keringat bercucuran membasahi tubuh gagahnya, tanpa pikir panjang Arjuna membuka resleting bagian depan yang menutupi seragam montir berwarna biru tua yang ia kenakan. Tak sampai disitu, Arjuna melepas bajunya, membiarkan tubuh gagahnya bebas dari jeratan panas kala siang itu.

Apa yang dilakukan Arjuna lantas menjadi pusat perhatian, hampir semua mata tertuju pada tubuh gagah yang membuat decak kagum yang melihatnya, bahkan membuat ruang tunggu bagi pelanggan yang semula sepi, mendadak menjadi ramai. Sungguh, memang tubuh itu indah dipandang mata, rasanya sayang jika dilewatkan begitu saja.

"Anjing, jadi rame gitu" sungut Leon, rekan Arjuna sesama montir yang melihat kerumunan orang-orang di ruang tunggu.

"Aneh ... biasanya pada nggak mau nungguin, tau aja barang bagus" tambah Abi yang berada di tempat yang sama dengan Leon.

"Kenapa? Ada apa?" Tanya Arjuna kebingungan.

"Perkara lu buka baju doang, itu orang pada sempit-sempitan di ruang tunggu" jawab Leon menunjuk ruang yang di sekat kaca bening tak jauh dari mereka berada.

"Bukan karena saya, mungkin mereka memang kepanasan, makanya ngadem" jawab Arjuna cuek.

"Lu nggak sadar body lu itu perfect, Bim. Udah Tinggi, berotot, sixpack, ganteng, maruk banget lu jadi orang, semuanya diborong" keluh Abi membuat Arjuna tertawa.

"Kamu memuji diri kamu sendiri, Bi. Yang kamu bilang itu justru semuanya ada di kamu" ucap Arjuna balas memuji sambil tetap serius mengotak-atik mesin mobil yang ia biarkan bagian kap mobil terbuka.

"Ce ileh, saling muji. Bentar lagi saling ewek" sindir Leon yang mendengar.

Arjuna kembali tertawa karena ia baru tau istilah ngewek saat ia berada di Jakarta, dan entahlah ... bagia Arjuna kata itu justru terdengar lucu di telinganya.

"Cemburuan banget lu, nggak bisa denger gua muji cowok lain" balas Abi melempar Leon dengan lap kotor lalu pergi meninggalkan Leon dan Arjuna.

"Eh!! Mau kemana lu?" Teriak Leon.

"Gua udah kelar, anjing!" Balas Abi berteriak, "makanya ngobrol itu sambil kerja."

Abi memang sudah selesai memperbaiki mobil yang ia Service, sehingga sesuai ketentuan, setelah mobil selesai diperbaiki maka montir wajib melaporkan pada Vina agar menginformasikan pada pelanggan yang memiliki mobil tersebut.

"Si Abi, pantatnya montok banget" ujar Leon mengamati Abi yang berjalan membelakangi mereka.

Arjuna tersungging mendengar ucapan Leon, "suka?" Goda Arjuna.

"Kalo cewek sih gua embat, sayang aja cowok" balas Leon menutup kap mobil, "ah ... kelar juga. Lu udah kelar Bim?"

Arjuna mengangguk, ia memang baru saja menyelesaikan pekerjaannya untuk menservis mobil Mercedes maybach yang bermasalah sedikit dengan mesinnya, Arjuna berpikir orang-orang kaya di jakarta memang terbilang manja, di kampungnya Arjuna memperbaiki mobil truk yang memuat sawit, ia tak perlu menggunakan jasa bengkel seperti ini karena bisa dilakukan sendiri.

Romance In The VillageDonde viven las historias. Descúbrelo ahora