Bab 25. Rindu Yang Sempat Diabaikan

867 63 15
                                    

"Bukannya rumah kamu arahnya kesana" tanya Arjuna kebingungan saat Eriawan langsung mengemudikan mobilnya masuk ke jalan tol antar kota.

"Kita semua pulang" jawab Eriawan tetap fokus menyetir.

"Barang-barang saya ...."

"Semua sudah saya siapkan, ada di bagasi" potong Eriawan.

"Kamu serius ... kamu ikut pulang?" Tanya Arjuna kurang yakin dengan keputusan Eriawan.

"Saya ambil cuti, lagian mana mungkin saya melewatkan moment pernikahan adik saya sendiri, Juna" ujar Eriawan semakin menambah kebingungan di wajah Arjuna.

"E ... Elisa, menikah. Maksud kamu?"

"Tanya sendiri sama calon pengantin pria dan calon pengantin wanita yang duduk bagaikan ratu dan raja di belakang kita" jawab Eriawan melirik Elisa dan Armand dari kaca spion bagian dalam.

Arjuna menoleh ke belakang, ia dengan jelas melihat tangan Elisa dan Armand berpegangan erat. Elisa dan Armand hanya tersenyum lebar melihat ekspresi bingung dari wajah Arjuna.

"Kak Arjuna butuh penjelasan apa? Biar Elisa wakilkan" ujar Elisa terkekeh.

"Eitsss panggil dia Bima, katanya Arjuna sudah mati" sindir Eriawan tertawa sambil tetap fokus menyetir mobil.

"Sopir jangan ikut campur" sergah Arjuna membuat tawa Eriawan semakin menggelegar.

Arjuna kembali melongok ke belakang, "kenapa kamu tidak bercerita, Man?" Tanya Arjuna ingin tahu.

"Bagaimana saya mau bercerita kalau kamu tidak mau lagi mendengar hal tentang saya" jawab Armand membuat Arjuna menyengirkan senyum, "ini bukti keseriusan saya, Jun. Ini bukti kalau saya memang sudah menerima kenyataan tentang saya dan Adrian."

"Elisa sudah tahu semuanya, kak. Bapak dan ibu juga sudah tahu. Tapi bapak dan ibu tidak merubah sedikitpun keinginan mereka untuk menerima Kak Armand sebagai menantu" timpal Elisa.

"Tapi ...."

"Tapi saya gay, itu yang ingin kamu sampaikan?" Armand memotong ucapan Arjuna, "Jun, satu-satunya laki-laki yang saya cintai hanya Adrian. Tidak ada yang lain."

"Nanti kak Armand jelaskan sendiri, Elisa lelah mau tidur" ujar Elisa bersandar di pundak Armand.

"Aku juga, ternyata menangis di depan sahabat itu cukup membuat lelah juga" ujar Armand terkekeh.

Arjuna menghela nafas, ia masih penasaran dan masih ingin mendengar apa saja yang tidak ia ketahui selama ia pergi meninggalkan kampung halamannya.

"Kalau sudah menikah, jangan sampai salah masuk kamar ya, Man. Kamar Elisa di sebelah kanan, sedangkan kamar saya di sebelah kiri" Eriawan ikut menimpali sambil tertawa.

"Kalau sampai Kak Eri berani menggoda calon suami Eli, Eli akan beritahu Bapak, selama di Jakarta Kak Eri sering mengadakan pesta gay" Ancam Elisa.

"Becanda keleus, aku juga nggak mungkin makan adik ipar sendiri" sungut Eriawan takut dengan ancaman Elisa.

"Memangnya kenapa kamu tidak jujur saja dengan Pak Yahya?" Tanya Arjuna, "buktinya Armand masih diterima."

"Beda urusannya" jawab Eriawan, "lagian saya masih suka perempuan, Bim."

"Arjuna" tegas Arjuna tak ingin lagi dipanggil Bima.

"Saya masih suka perempuan, Arjuna" lanjut Eriawan, "yaaah .... walaupun persentasenya sedikit."

"Berapa persen, Kak?" Tanya Elisa ikut menimpali.

"Lima puluuuuh" Eriawan dan Elisa tertawa serempak.

Romance In The VillageWhere stories live. Discover now