Bab 14. Jika Tak Bisa, Ajari Aku Rela

1.2K 87 18
                                    

"Jun, saya turun di rumah pak Yahya, mau kasih titipan ayah dan ada yang mau saya bicarakan masalah muatan sawit besok" ujar Armand yang sejak tadi menyetir mobil.

Adrian duduk di samping kursi kemudi, sedangkan Galih, Dirga dan Arjuna duduk di kursi tengah. Mereka sudah menyetujui untuk pergi ke pasar malam berlima.

"Kita tunggu dulu saja, Man" ujar Arjuna mengusulkan ide.

"Tidak perlu, saya agak lama. Nanti saya nyusul saja pinjam motor Pak Yahya."

Armand menghentikan mobil di bahu jalan, ia turun dari mobil mengedipkan mata ke Adrian.

"Hei!! Kalian bertiga tidak ada yang mau menggantikan saya menyetir?" Hardik Armand karena ketiga pemuda yang duduk di tengah itu hanya diam saja.

"Kamu saja, Dir" suruh Galih.

"Aduuuh .... Tanganku kram" Dirga berakting, "kamu saja, Gal" Dirga melempar lagi ke Galih.

"Minggir!" Hardik Arjuna yang duduk di antara Galih dan Dirga, "dua-duanya memang pemalas."

Galih dan Dirga terkekeh, namun tangan mereka terlihat saling beradu tos.

Armand meninggalkan keempat pria itu, ia menuju rumah Pak Yahya yang gerbangnya masih terbuka. Sedangkan Arjuna terpaksa harus duduk di kursi kemudi menjadi supir menggantikan Armand. Arjuna melirik Adrian sejenak yang fokus menatap ke depan.

Arjuna melanjutkan perjalanan, meninggalkan Armand yang memang dititipkan masalah pekerjaan oleh ayahnya.

Lagi-lagi malam menghadirkan purnama utuh yang membuat terang menyeluruh. Mobil yang mereka tumpangi melewati jalanan aspal yang terbilang sepi. Tak ada kebisingan yang terjadi karena masing-masing sibuk sendiri. Arjuna fokus menyetir, Adrian fokus melamun, sedangkan kedua pria yang ada di belakang, yakni Galih dan Dirga, sudah tertidur.

Lambat laun jalanan ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang, dari lapangan terlihat lampu tembak yang mengarah ke langit, terlihat juga bianglala yang sangat tinggi. Arjuna memelankan laju mobilnya lalu memarkirkan mobil sesuai arahan dari tukang parkir yang mengurus tempat itu. Mereka sudah tiba di pasar malam yang mereka perbincangkan tadi pagi.

"Bangun!!" Teriak Arjuna mengagetkan Galih dan Dirga yang tertidur.

"Asem!!" Bentak Galih, "untuk saya tidak jantungan."

"Lagian ... paling semangat mengajak tapi malah tidur" cemooh Arjuna.

"Sudah sampai ya?" Tanya Dirga mengucek matanya.

"Semuanya turun" perintah Arjuna.

Mereka berempat turun dari mobil, tak lupa Arjuna mengunci mobil dengan tambahan alarm pengaman. Mereka berjalan memasuki area pasar malam yang sudah sangat ramai pengunjung.

"Loh, ada Tongkol Band" Dirga dan Galih bersorak bersamaan melihat spanduk yang menampilkan gambar dan juga tulisan yang bertuliskan Band yang mereka kenal.

"Tongkol Band, Jun" teriak Galih kegirangan.

"Sudah mau mulai" pekik Dirga ikut kegirangan.

"Yang suka bukan saya tapi kalian, saya tidak tertarik menonton band kurang terkenal" ujar Arjuna tidak mau ikutan.

"Dri, ikut ke panggung?" Dirga menawarkan.

Adrian menggeleng, "kalian saja. Saya mau menunggu Armand" Adrian menolak dengan lembut.

"Ya sudah, ayo Gal" Dirga mengajak Galih pergi meninggalkan Arjuna dan Adrian yang masih berada di depan pintu masuk pasar malam.

Sepeninggal Dirga dan Galih, suasana antara Arjuna dan Adrian sedikit canggung. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari bibir mereka untuk membuat sebuah perbincangan hangat.

Romance In The VillageWhere stories live. Discover now