Bab 18. Pergi, Hilang & Melupakan

723 57 7
                                    

Arjuna mendapati tubuh Bu Fatma tersungkur di lantai sambil menangis tepat di depan ruangan dimana Adrian dirawat, pintu ruangan sudah terbuka.

"Ibu" Arjuna berlari membantu Bu Fatma berdiri.

"Arjuna, tolong kejar Armand, dia membawa kabur Adrian" ujar Bu Fatma dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Armand ... Armand ... sudah siuman" decak Arjuna.

"Tidak ada waktu Arjuna, ibu mohon."

Arjuna sedikit mengalihkan pandangan ke dalam ruangan tempat Adrian yang tadinya terbaring, entah kapan selang-selang yang terhubung di tubuh Adrian terlepas, namun jelas tidak ada tubuh Adrian lagi yang terbaring di tempat tidur di dalam ruangan itu.

"Tapi ibu ..."

"Jangan pedulikan saya, saya mohon Arjuna, Adrian butuh pertolongan."

Arjuna mengurungkan niatnya membantu Bu Fatma yang tersungkur, ia bergegas berlari meninggalkan Bu Fatma, ingin rasanya Arjuna mengumpat, dimana dokter, suster, perawat dan semua karyawan rumah sakit ini disaat mereka membutuhkan pertolongan. Keadaan rumah sakit jadi tampak sepi padahal sebelumnya banyak perawat yang berlalu lalang saat Arjuna menginjakkan kakinya di rumah sakit.

Arjuna mengitari semua koridor, ia bahkan tidak tahu bagaimana cara Armand melarikan diri membawa Adrian. Arjuna sadar betul, sakit apapun yang dirasakan Armand tidak akan sebanding dengan fisik Armand yang memang memiliki stamina yang kuat, bahkan saat sedang sakit pun Armand sering kali tetap bekerja di kebun, apalagi demi orang yang Armand cintai, sudah pasti Armand tidak akan perduli dengan keadaan dirinya yang lemah sekalipun.

"Armand" lirih Arjuna mengedarkan pandangan saat ia tiba di luar area rumah sakit, tepatnya di depan gedung rumah sakit yang memang sepi.

Rumah sakit tua itu memang tak banyak beroperasi sehingga jarang orang yang berminat untuk berobat di sana meskipun alat kesehatan di rumah sakit tua itu terbilang lengkap.

Arjuna memang tidak ingin membuat kegaduhan, apa nanti pandangan orang-orang jika tahu sahabatnya melarikan diri dengan membawa pasien yang tak sadarkan diri, mereka pasti akan mengecap Armand seorang penculik, seorang kriminal, tentunya Arjuna tidak ingin hal itu membuat keadaan semakin rumit.

"Dimana kamu, Armand" lirih Arjuna terlihat kebingungan.

* * *

Sementara itu, dengan keadaan tertatih, Armand ternyata mendorong tubuh Adrian yang tak bergerak, tubuh Adrian duduk di kursi roda yang terus Armand bawa menuju bagian belakang gedung rumah sakit. Armand sepertinya sudah hapal dengan denah bangunan rumah sakit itu, sehingga ia bisa membawa Adrian tanpa ketahuan para petugas kesehatan.

Armand berhenti sejenak setelah menyembunyikan diri di balik pohon beringin besar yang tumbuh di halaman belakang rumah sakit. Tak lupa, ia juga menyembunyikan Adrian yang memang sengaja ia bawa pergi dari rumah sakit itu.

"Maafkan aku, Adrian. Aku terpaksa melakukan ini" lirih Armand memandangi Adrian yang sama sekali tidak bergerak, tubuh Adrian terkulai di atas kursi roda itu.

"Aku janji, kamu pasti akan sembuh, setelah itu ... aku akan bawa kamu ke tempat dimana kita berdua akan bahagia, tanpa seorangpun yang akan memisahkan kita" ucap Armand menitikkan air mata, "argghh."

Armand menarik nafas dalam-dalam saat merasakan sakit yang teramat sangat di kaki kanannya. Armand masih belum pulih, namun demi cintanya, ia tidak perduli rasa sakit yang ia derita, ia hanya ingin memperjuangkan cinta yang ia miliki untuk Adrian.

"Aku sangat mencintai kamu, Adrian" tambah Armand lagi berusaha menyeka air matanya.

Armand sadar apa yang dilakukannya salah, tapi tekadnya sudah bulat. Ia akan membawa pergi Adrian ke rumah sakit lain yang tidak akan diketahui orang tuanya, ia akan menjaga Adrian seorang diri sampai Adrian sadar, ia percaya cinta akan menyatukan mereka berdua kembali seperti sebelumnya.

Romance In The VillageWhere stories live. Discover now