Sunshower Skit: Alta dan Evan

16.3K 1.1K 2
                                    

"Well, maybe we got lost in translation
Maybe I asked for too much
But maybe this thing was a masterpiece
'Til you tore it all up
Running scared, I was there
I remember it all too well."

All Too Well (Taylor's Version) - Taylor Swift

***

Tangan yang memainkan kuku-kuku jari Alta terhenti. Untuk sesaat, napas Alta tercekat sementara bola matanya terpaku pada punggung pria yang sedang duduk di kursi meja belajar. Alta meminta pria ber-hoodie putih itu mengatakan sekali lagi perkataannya dan Evan pun mengulangi, "Gak perlu anter besok, aku udah punya pacar."

Bibir Alta terbuka seakan mencari udara karena sekitar mata Alta terasa panas. "Pacar?"

"Kinan, anak kelas C." Evan tidak membalikkan tubuhnya sama sekali, dari nadanya seperti tidak mengetahui perasaan Alta yang sedang porak-poranda di belakangnya. Mungkin tidak mau tahu.

"Kapan kalian jadian?" tanya Alta dengan nada yang sedikit bingung. Lalu, Evan berbalik dan menunjukkan layar ponsel yang tertera tampilan aplikasi pesan singkat Evan dengan gadis yang bernama Kinan itu. "Baru tadi."

Senyum Evan saat mengatakan itu begitu cerah. Lebih cerah dari senyum Evan saat mengajaknya pulang dan makan siang bersama sepulang mereka sekolah beberapa saat lalu. Pandangan Alta jatuh begitu saja, menatap tas sekolahnya yang tersandar di sisi tempat tidur milik laki-laki di depannya. Tas yang berisi buku paket dan buku catatan sekolah, beserta buku catatan bersampul biru muda yang berisi seluruh kata-kata yang tidak sanggup Alta sampaikan pada Evan.

"Mati," bisik Alta sambil terus menatap tas sekolahnya. Gadis yang masih memakai seragam sekolah itu mendengar Evan bergumam dengan nada tanya, mengisyaratkan bahwa ia tidak mendengar apa yang Alta katakan.

Alta menjejakkan kedua kaki di lantai samping tempat tidur Evan dan mengambil tasnya, lalu berjalan ke arah Evan dan menatap lurus ke arah sepasang mata cokelat muda. "Kamu bisa mati aja besok di jalan ke Jepang, gak usah balik lagi."

Kaki Alta berjalan cepat keluar kamar kemudian rumah Evan, dengan langkah yang semakin berat dan tangis yang semakin tidak bisa dibendungnya. Bertahun-tahun Alta menyabarkan hati, sekian gadis di sekolahnya yang Evan pacari lalu diceritakannya kepada Alta, bahkan setelah mereka sempat menjalin hubungan singkat yang kemudian diakhiri dan memutuskan untuk tetap berteman.

Katakanlah itu cinta monyet Alta, hanya kisah-kasih culun anak SMP hingga mereka SMA. Namun, andaikan perasaan itu sedangkal ejekan yang dilafalkan untuk perasaannya pada Evan, harusnya tidak sesakit ini, bukan?

Harusnya Alta tidak kesulitan bernapas atau matanya tidak akan kabur saat menatap trotoar jalan, kan? Harusnya senyum yang ditujukan Evan tadi tidak membuat Alta merasa ada pisau yang menghujam dada, bukan?

Harusnya tidak ada kilas balik bodoh seperti di film-film saat Alta dan Evan makan dan jalan-jalan berdua, kan? Harusnya kata-kata manis picisan yang Evan katakan tidak berarti, bukan?

"Alta!"

Langkah Alta hampir terhenti mendengar suara Evan memanggilnya. Hingga akhirnya lengan Alta dicekat oleh Evan dan membalikkan tubuh Alta, dengan wajah yang tidak sanggup menatap laki-laki di depannya karena sudah kusut dengan air mata. "Kamu ... nangis? Kenapa tadi langsung pergi?"

Kamu. Karena kamu.

Lagi-lagi kalimat yang tidak sanggup Alta ucapkan, entah karena perasaannya terlalu besar untuk volume suaranya yang kian menciut ketika berada di dekat Evan, atau karena semua rasa sukanya pada Evan selalu terhalangi rasa sakit. Alta menggeleng kepalanya pelan, mencoba menghentikan tangisan bodohnya. Apa pula yang Alta lakukan dengan menangis di pinggir jalan komplek rumah Evan.

"Alta ...."

Setelah mengembuskan napas dalam dan melirik Evan sekilas sebelum kembali menunduk, Alta berkata, "Aku gak ngapa-ngapain juga, kan, di rumah kamu? Yaudah, selamat jalan."

"Kamu gak bilang itu tadi," ujar Evan. Suara yang tanpa nada itu membuat pikiran Alta mengulangi kejadian beberapa menit lalu dengan cara yang paling menyakitkan, kemudian rasa sakit itu membuat Alta pasrah. Untuk apa lagi ia berharap pada Evan jika sudah seperti ini?

Mata Alta terangkat dan dia menatap lurus ke arah mata Evan dengan kelopak yang masih setengahnya dipenuhi air mata. "Kamu udah punya pacar, kan? Aku suka sama kamu, selalu, sampai sekarang, Evan.

Jadi, selamat bahagia dan semoga kamu cepat mati."

Sunshower ✔Where stories live. Discover now