27. Kening

56.3K 5.3K 103
                                    

"Now if I keep my eyes closed he feels just like you. But you've been replaced I'm face to face with someone new."

Eyes Closed - Halsey

***

"Pulang, Alta."

Alta menarik napas panjang. "Evan; kakak kelas aku, mantan juga. Dua minggu lalu pulang dari Jerman dan ngelamar aku, tapi aku tolak. Sekarang dia nganter aku ke Jakarta buat ketemu kamu karena kamu gak jawab pesanku."

"Aku tau. Kamu harus pulang sekarang, besok kuliah."

Mendengar Erky sudah tahu soal Evan, tentu saja, membuat Alta kaget, namun sekarang bukan saatnya untuk itu. "Lalu, aku gak mau sok posesif tapi, yang sama kamu siapa, Say?" tanya Alta dengan sarkasmenya.

Erky tidak menjawab. "Pacar kamu?" tanya Alta lagi.

Tidak ada jawaban, isyarat atau kata-kata. Alta tidak tahu harus melakukan apa dalam situasi ini. Ia ingin menangis, tentu saja. Berteriak di hadapan Erky tentang apa yang dilalui Alta dua minggu ini tanpanya. Juga, betapa takutnya Alta ketika Erky datang ke Bandung tanpa satu patah kata pun. Pesan Alta yang tidak dibalas pun membuat Alta khawatir akan apa yang dipikirkan Erky.

Kenyataannya Erky sudah tahu soal itu dan masih tidak membalas pesannya, juga pergi dengan perempuan yang memanggilnya sayang, cukup membuat perasaan Alta jauh dari kata nyaman. "Aku ke sini, aku mau ketemu kamu. Aku kangen."

Erky masih tidak menanggapi, jadi Alta melanjutkan monolognya, "Aku nunggu kamu balas pesanku setiap harinya, berharap kamu angkat telepon di dering terakhir." Alta tersenyum pilu ketika Erky masih tidak mengatakan apapun. "Atau kamu tiba-tiba manggil aku dari belakang, kayak waktu itu, kamu gak lupa, kan?"

"Aku kira kamu kehabisan data internet." Alta menggenggam tali tasnya erat sambil tertawa pahit, hatinya seperti disayat setiap kali Alta berkata namun Alta sendiri tidak bisa berhenti mengutarakan semuanya. "Tapi gak mungkin, ya? Tante Anna pasti marah-marah kalau di rumah gak ada Wi-Fi. Aku takutnya kamu sakit lagi, jadi aku niat mau ke sini di akhir minggu, kebetulan Evan mau anter hari ini, tapi untungnya kamu sehat, masih bisa pergi ke luar."

Suara Alta sudah diambang pecah. "Sayangnya bukan aku yang kamu ajak makan siang. Jujur, aku cemburu. Kalau ini cara kamu negur aku karena aku ngejauh minggu lalu, aku minta maaf. Aku gak mau bebanku nambah beban kamu di sini, aku gak bisa bicara sama kamu tanpa cerita. Aku—"

"Udah, Alta. Cukup." Alta menatap sepatu biru muda hadiahnya dari cowok di hadapannya, mendengar Erky memotong perkataannya dengan nada yang dingin membuat Alta tidak bisa menahan air matanya lagi.

"Aku tahu, karena aku egois, kalau aku bicara sama kamu, aku pasti bilang soal Evan. Aku sungguh minta maaf soal itu. Jadi, aku mau tahu yang sama kamu itu siapa. Kalau dia pacar baru kamu—"

Lagi, Erky menyela, dengan jawaban yang paling tidak disangka oleh Alta, "Itu Anggi."

"Anggi?" Air mata Alta berhenti seketika, jawaban terburuk dari yang paling buruk. "Kamu balikan sama dia?"

Terdengar samar, namun beberapa detik kemudian, Erky mengiyakan. "Bahkan sebelum bilang kamu mau putus?"

Alta merasa kesabarannya mulai pudar, isakannya sudah berada di pangkal tenggorokan, ia menggelengkan kepala perlahan, otaknya masih tidak mengerti dengan kenyataan yang ada di depannya. "Bilang kamu putus sama aku Erky, sekarang. Sekarang dan aku gak akan ganggu kamu lagi."

"Harus dari kamu. Aku gak bisa, Erky, aku gak mau." Terdesak emosinya, Alta mencoba menggigit bibirnya kuat-kuat.

Menit berlalu dan mereka hanya berdiri di sana dalam diam, pikiran Alta terlalu kusut hingga ia tidak tahu harus memikirkan apa lagi. Menunggu Erky mengatakan hal yang tidak pernah Alta ingin dengar itu menyakitkan, tapi Alta butuh keputusan Erky, keputusan akhir yang memperbolehkan Alta untuk bersedih dan menangis sepuasnya.

Namun akhirnya, beberapa menit berlalu hingga Anggi muncul di pintu depan restoran, Erky tetap membisu. Akhirnya Alta pergi meninggalkan Anggi yang bertanya-tanya juga Erky yang tidak sanggup dilihatnya.

Menyeret kakinya menuju mobil Evan di tempat parkir sebelum menelepon. 

"Tadi kenapa?" tanya Evan yang mengangkat sebelum dering pertama selesai, ada nada cemas di suaranya. Alta ingin berkata bahwa ia baik-baik saja namun tangannya yang gemetar berkata sebaliknya. "Pulang," jawab Alta dari sela tangisnya, "aku mau pulang."

"Oke," jawab Evan singkat, yang terdengar jauh lebih dekat dari perkiraan Alta. Evan kemudian membukakan pintu dan menutupnya setelah Alta masuk.

Sepanjang perjalanan kembali, Alta tidak mengatakan apapun, tidak seperti perjalanan mereka yang dipenuhi tawa Evan dan sarkasme Alta. Yang ada hanya isakan tangis yang tidak berhenti hingga mereka tiba di rumah Alta, yang ditutup oleh permintaan maaf dengan nada sedikit serak.

Lalu, Alta meletakkan tali tas kembali ke bahunya, hendak membuka pintu ketika Evan memanggilnya, "Alta."

Ia pun melihat Evan, yang menatapnya balik dengan iba atau sedih, tampak tidak ada beda diantara keduanya. "Aku minta maaf, aku gak bisa jujur soal ini."

"Ini?" tanya Alta, menatap Evan dengan bingung karena cowok itu tampak merasa sangat bersalah. "Apa pun itu, kamu gak perlu minta maaf lagi, aku udah maafin kamu."

Alta menaruh tangannya, yang hendak membuka pintu mobil, di atas tangan Evan yang masih tersandar di stir mobil. Lalu mencoba tersenyum sebisanya sebagai tanda terima kasih karena telah mengantar Alta untuk menemui Erky, meskipun pertemuan itu tidak seperti yang diharapkan Alta. Evan membalikkan telapak tangannya dan menggenggam tangan Alta sejenak.

Ketika Evan menarik tengkuk Alta, gadis itu tidak berniat menjauh. Hingga Evan mencium kening Alta pun, ia hanya memejamkan matanya dan membayangkan. Parfum yang lain, mobil yang berbeda, juga orang yang sekarang sudah jauh darinya.

Dan tersenyum.

Dan tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Osu,

Sudah mau beres ceritanya, hihi.

Terima kasih untuk semuanya, mulai berpisah karena sisa chapter bisa dihitung menggunakan jumlah cerita yang sudah ku publish*. Ya, mulai perpisahan dari sini, ada sedikit teka-teki. Buat yang bisa jawab akan didedikasikan di tiap chapter.

Kalau gak ada yang jawab? Ya, gak apa-apa sih. Iseng doang hahah.

Kalau gak ada yang bisa jawab? Jawabannya akan diberitahukan di chapter selanjutnya, yang mulai Sabtu, 9 Agustus akan dipublish tiap Selasa dan Sabtu.

*Termasuk ppn**.

**Epilog maksudnya.

Dan teka-tekinya;

Kuncinya itu sederet kata yang luas, daratan Eropa di sisi surya tenggelam. Setiap bernyanyi, berkatalah rakyatnya untuk Tuhan selamatkan Ratu. Jika kamu tidak tahu, ada satu bagian, sebuah ciri khas dari sang pulau, yang dipakai seluruh dunia.

Yang kedua, kita berhitung bagian dari semua ini, dari cerita ini. Langit mendung, cepatlah, berapa setuju ditambah setuju?

Yang terakhir, sayang sekali, hari sudah malam. Jawabannya pun sudah tenggelam. Namun, ada kabar baik; setelah ayam berbunyi, ia akan bangkit lagi.

Gak susah, kan? Sebelum Sabtu, ya.

WL,

September 4th, 2017

Mita

Sunshower ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang