29. Senyum

59.6K 5.7K 153
                                    

"It's time to let it go, go out and start again, but it's not that easy."

High Hopes - Kodaline

***

Pertemuan dengan Erky, setelah beberapa hari berselang dari pertemuannya di Jakarta, berubah menjadi bencana untuk Alta.

Setelah mendapat kabar dari Rio bahwa Erky sedang berada di Bandung dan memaksa kakak tingkatnya itu untuk memberi tahu alamat lengkap Erky, Alta pergi sendiri ke sana.

Ketika sampai, Erky terlihat kelelahan. Kantung mata yang nampak dan terlihat sedikit pucat. "Kamu sakit?" tanya Alta, merasa cemas, karena bahkan ketika Erky dirawat di rumah sakit pun fisiknya tampak lebih baik dari ini.

"Ada perlu apa?" tanya cowok di depannya, tidak menggubris pertanyaan Alta.

Menusuk, nada Erky tadi jauh lebih dingin dari terakhir kali mereka bertemu. Mencoba menghiraukan perasaannya, Alta bertanya dengan tenang. "Boleh aku masuk dulu?"

Erky tidak menjawab, hanya membukakan pintu dan berjalan terlebih dahulu ke ruang tamu. Memang tampak luar, rumah Erky sudah terlihat besar, namun di dalam, rumahnya tampak lain. Jika tidak ada perihal lain yang tersemat di pikirannya sekarang, mungkin rahang Alta sudah menganga, kagum.

"Jadi?" tanya Erky. Alta tersentak, pandangannya yang asalnya terpaku pada interior rumah, sekarang menatap tunangannya. Erky terlihat menghela napas tidak sabar ketika Alta tidak mengatakan apa pun. "Jadi, soal Anggi waktu itu—"

"Aku minta dia makan siang sama aku karena aku tahu kamu bakal dateng. Dan, enggak, aku gak balikan sama dia, Anggi akan nikah bulan depan," jelas Erky.

Alta hanya bisa menyerap pernyataan Erky tersebut, dan setelah mengerti, Alta merasa emosinya naik. "Kenapa?"

"Kenapa?" tanya Erky, menanyakan maksud pertanyaan Alta sebelumnya.

"Kamu tahu betapa sakitnya waktu aku liat kamu bareng Anggi? Kenapa, kamu sengaja, Erky? Aku bilang aku minta maaf karena gak ngebales pesan dan gak angkat telepon kamu, tapi balasan kamu terlalu jauh! Apa mengabaikan aku juga gak cukup?" Nadinya terasa berdenyut di kepalanya, ia tahu Erky ingin dihiraukan, tapi apa Alta harus menerima perlakuan seperti itu.

Erky tertawa kecil, dengan nada yang dirindukan Alta. Tapi, Alta tidak bahagia ketika mendengarnya seperti dulu, mata Erky terlihat mati, dengan kecewa yang terlihat dominan di wajahnya. Dadanya terasa sesak jika mengingat bagaimana Erky biasa menatapnya, sangat jauh berbeda. "Kamu pikir dengan kamu gak ngehubungin aku, aku bakal marah? Kamu pikir perasaan aku ke kamu, itu, sedangkal apa?"

"Kalau itu benar, terus buat apa aku nangis? Orang yang sayang sama aku gak akan buat aku sakit hati!" nada Alta terus meninggi, ia hampir berdiri dari kursinya melihat Erky yang hanya duduk di sana, memalingkan wajahnya dari Alta.

"Itu udah gak penting, kan, sekarang? Kamu udah bisa senyum dan gak butuh aku lagi. Jadi, kamu bisa bilang apapun yang kamu mau."

Alta tidak mengerti maksud dari perkataan Erky, bertanya-tanya apa seharusnya Alta tidak menggunakan make up agar Erky bisa melihat betapa sembapnya mata Alta yang tidak bisa berhenti menangis setiap kali mengingat perkataan Erky di Jakarta waktu itu. "Aku gak ngerti, benar-benar gak ngerti."

Erky tidak menjawab, hanya berdiri dari kursinya dan menghampiri Alta. Tangan Alta digenggam Erky lembut seperti biasanya dan Alta pun berdiri sambil menatap, bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan cowok di depannya ini.

Lalu, tengkuk Alta ditarik oleh Erky dan beberapa detik kemudian bibirnya sudah berada di dahi Alta. Ketika Erky menjauh dan menatapnya, gadis itu hanya bisa terdiam, kaget tentu saja, semakin tidak mengerti maksud Erky. Namun kemudian, penjelasan Erky membuatnya terlalu jelas.

Sunshower ✔Where stories live. Discover now