Epilog

124K 6.7K 107
                                    

Now I know I have met an angel in person
And she looks perfect

Perfect - Ed Sheeran

***

Langit-langit nampak sangat putih pagi itu, harum asin dari garam laut dan angin sepoi yang masuk lewat jendela menggelitik hidung. Erky tersenyum, akhirnya ia bisa istirahat setelah berjam-jam perjalanan udara lalu seharian berkeliling pulau kemarin.

Tapi, Alta tentu saja lebih lelah. Acara dilangsungkannya ijab kabul dan resepsi tepat satu hari setelah wisuda Alta dan satu hari setelahnya mereka langsung pergi ke bandara.

Erky pikir, Alta akan senang karena mereka akan pergi dengan pesawat pribadi yang dipinjamkan Rie, namun yang cewek itu lakukan hanya menanyakan tempatnya untuk tidur.

"Ada kamar tidur di belakang. Tapi, kalau mau di lantai juga boleh, bersih, kok, Alta," jawabnya sambil setengah tertawa.

Alta tidak bangun sampai mereka tiba di Malé dan Erky harus membangunkannya karena harus pindah menggunakan air taxi. "Ini di mana?" tanya Alta, merentangkan badannya sambil melihat ke arah Erky yang terbaring di sampingnya, menatap Alta balik sambil tersenyum.

"Maldives," jawab Erky, lalu menarik dagu Alta dan mengecupnya tepat di bibir. Hanya untuk beberapa detik karena Alta mendorongnya hingga terjatuh dari tempat tidur. Erky mengaduh karena kepalanya sempat terbentur dinding pesawat, menatap Alta dengan memicingkan matanya.

"Kenapa main dorong?" tanya Erky dengan sedikit kesal.

Alta masih terlihat terkejut sambil membekap mulutnya sendiri. "Kenapa main cium! Bukan muhrim—"

Erky menghela napas dan mengangkat tangannya, menunjukkan cincin yang serupa dengan cincin di jari manis Alta. "—tau."

Cewek itu hanya terkekeh kemudian ketika sudah sadar sepenuhnya dengan situasi ini. "Maaf," ujarnya pelan.

Ia hanya menahan tawa, naik kembali ke tempat tidur lalu mengacak-acak rambut Alta. "Siap-siap, sana. Itu kamar mandinya." Erky menunjuk pintu di ujung ruangan. Tapi kemudian, Alta keluar dari kamar mandi setelah mencuci muka. Cewek itu mengikat rambutnya jadi satu dan memakan permen karet seperti yang dilakukannya setiap habis menggosok gigi, berdiri di samping tempat tidur sambil menatap Erky.

"Ayo," ujar Alta.

Erky mengerutkan dahinya. "Ayo, ke mana? Ke kamar mandi?"

Alta tertawa mendengarnya. "Ya, ke luar pesawat, dong. Ngapain ke kamar mandi."

"Gak siap-siap dulu?" tanya Erky lagi, menatap Alta dari puncak kepalanya hingga kakinya yang tidak menggunakan alas kaki. Cewek itu menggunakan legging hitam dan kaos dengan gambar orangutan di depannya. Erky tidak komplain dengan penampilannya itu, hanya saja Erky kira, paling tidak, Alta ingin memakai bedak atau lipstik ketika keluar dari pesawat nanti.

"Ngapain, kan, udah cantik tanpa make up?"

Erky tertawa. "Iya, udah cantik. Tapi, paling enggak, ganti baju. Di luar panas."

"Baju aku di koper semua, nanti aja di penginapan."

Erky berpikir sebentar, lalu merasa darahnya naik ke wajahnya. "Ada baju buat kamu di lemari, dibeliin mamah. Kamu ganti dulu, aku tunggu di luar."

Ia berjalan ke luar dan menunggu beberapa menit. Kemudian Alta keluar dengan baju yang masih ia kenakan sebelumnya. Wajahnya tertunduk.

"Udah ganti bajunya?"

Alta melihat ke arah Erky, mukanya terlihat merah. "Itu bukan baju, Erky. Semuanya bikini."

Seperti menular, Erky merasa mukanya memerah. "Kata mamah, karena itu private beach, ya ...."

Kemudian Erky berdeham, tidak melanjutkan kalimatnya. Erky tahu ide Anna adalah ide buruk. Ditambah wejangannya yang membuat Erky menahan diri sekuat tenaganya untuk menutup telinganya. Akhirya Erky pura-pura harus menghubungi Rie, yang benar-benar diteleponnya, untuk protes soal Anna mengenai pembicaraannya yang kelewat private untuk anaknya yang akan menikah.

"Emang mamah kamu kayak gitu, dengerin aja. Pingin cepet punya cucu dia."

"Dengerin gimana yang kayak gitu, Yah? Dengernya dari mamah lagi, enggak banget," tanggap Erky, setengah merinding.

Rie kemudian tertawa. "Terus mau denger dari ayah, gitu?"

"Gak, Yah, makasih," ujar Erky sebelum menutup telepon.

Lalu, Alta di depannya sekarang sebagai bukti hasil dari ide tersebut, dengan muka merah, pergi mendahului Erky turun dari pesawat, "Karena mamah udah beliin banyak, jadi aku pake satu," ujar Alta, yang meskipun samar, terdegar oleh Erky sebelum pergi.

Meskipun begitu awalnya, di sinilah mereka sekarang. Erky, yang bangun terlebih dahulu menatap Alta yang tertidur di sampingnya untuk beberapa menit, menyelimuti Alta, berpakaian, lalu membuatkan kopi untuk mereka.

Menunggu istrinya itu bangun, dengan begitu mereka bisa sarapan sambil meminum kopi dalam diam. Memandangi laut dengan Alta yang bersandar pada bahunya.

Juga berpikir apakah hidup bisa lebih baik lagi dari pada ini.

Sunshower ✔Where stories live. Discover now