8. Marah

91.8K 8.1K 53
                                    

"We were so young when we thought that we knew how to love."

Young - The Chainsmokers

***

"Assalamualaikum, Teteh pulang!"

Alta yang sedang tidur-tiduran di depan TV, melihat ke belakang. Kakaknya sedang berdiri di sana, di sampingnya berdiri bule tinggi membawa dua koper warna ungu tua. "Waalaikumsalam."

Mencium tangan keduanya, Alta menarik salah satu koper yang dipegang bule itu. "Good morning, Jason, how was Melbourne?" Alta menanyakan bagaimana kehidupan mereka di Melbourne, Jason menjawab kalau mereka sangat baik di sana.

Kakak Alta baru saja pulang dari liburan di Indonesia dan ibu Alta menyuruhnya mampir dulu ke rumah untuk beberapa hari karena cukup lama tidak bersua.

"Gak nanya Tetehnya?" tanya Billa, kakak Alta, sambil membuka sepatu hak tingginya sambil berdiri. "Eh, eh," ujarnya, hampir jatuh jika saja Jason tidak memegangi. "Careful."

"Thanks," Billa berterima kasih  sambil tersenyum.

Alta tertawa kecil. "Kalau nanya Teteh, oleh-olehnya mana?"

Billa terlihat menatap Jason dengan penuh rahasia, lalu Jason terlihat tertawa kecil. "Iya, ada, kok, oleh-olehnya. Nanti, ya."

Setelah itu kakak iparnya menanyakan di mana ibu Alta. Alta berkata bahwa beliau sedang pergi ke pasar untuk berbelanja, terlihat senang karena biasanya hanya pergi ke warung. "Kamu gak kuliah?" tanya Billa.

"Cuma ada jadwal pagi sampe jam sembilan," jawab Alta.

"Terus gak main, gitu?"

Alta tidak menjawab, hanya mengedikkan kedua bahu. "Mau minum apa?"

"Teh manis aja," billa menjawab dengan singkat.

"Jason, drink?" tawar Alta.

"No need, thank you."

Lalu Alta berjalan ke dapur. Kakaknya, Billa, sewaktu Alta kelas dua SMA dulu, menikah dengan rekan kerjanya yang berkewarganegaraan Australia. Orang tua Alta sempat khawatir dengan pilihan Billa, tapi setelah mengenal Jason dan keluarganya, mereka orang baik-baik. Jason serius soal Billa dan sekarang sudah terhitung hampir empat tahun mereka menikah. Dan meskipun tinggal di Australia, mereka tidak pernah hilang kontak.

Memang rumah Alta jadi sedikit sepi karena kakakknya menikah di usia yang terbilang masih muda. Dua puluh tiga. Sekarang aku juga udah dilamar, Alta menghela napas.

"Ini." Alta menaruh satu gelas teh manis di atas meja, hendak kembali duduk si sofa ketika tangannya ditarik oleh kakaknya.

"Ini apaan?"

Ia melirik tangan kiri yang ditarik oleh kakaknya, mengerti apa yang ditanyakan tapi karena suatu alasan, Alta enggan menjawab. "Tangan, kan?"

"Ini cincin apaan?" tanya Billa lagi, menunjuk cicin di jari manis Alta. Dia hanya bisa menghela napas. "Cuma mainan, kok, bukan asli."

Billa terlihat jengkel setelah mendengar penuturan Alta. "Mainan dari mana? Ini asli."

Alta mengerutkan keningnya lalu mencopot cincin dari jari manis, mengamatinya lagi. "Ini asli?"

Billa tidak menjawab, hanya menutup matanya dengan tangan kiri, terlihat frustasi dengan sikap Alta. Ia meminta cincin itu dari Alta, lalu mengamatinya lagi. Kemungkinan kebiasaannya untuk meneliti perhiasan dulu sewaktu masih bekerja. "Iya, asli. Dapet dari siapa?"

Sunshower ✔Where stories live. Discover now