4. Maaf

108K 9.6K 99
                                    

"Well, when you go, so never think, I'll make you try to stay. And maybe when you get back, I'll be off to find another way."

I Don't Love You - My Chemical Romance

***

Rio keluar dari mini market di lantai dasar rumah sakit, menghabiskan lima belas menitnya untuk memilih makanan. Akhirnya, setelah alarm di ponselnya berbunyi, Rio berjalan menuju kasir dan meletakan dua bungkus makanan ringan, satu bungkus biskuit coklat, dan dua botol minuman soda.

Ia berjalan menuju elevator dan menekan tombol ke atas, menunggu beberapa detik sebelum pintu terbuka. Elevator tersebut tampak penuh, beberapa orang keluar, hanya saja dua diantaranya ada yang Rio kenal. Matanya melebar melihat Alta yang menatapnya balik dengan mata yang tidak kalah melebarnya. Tolong, Rio menangkap pergerakan bibir Alta sebelum Anna dan Alta menjauh dari pandangan. Untungnya Anna tidak melihat Rio.

Rio berjalan masuk ke dalam elevator, mengacungkan jempol kanannya sambil menatap Alta yang sedang diseret entah kemana. Semangat, ujar Rio tanpa suara.

"Ibu lo nyulik anak orang," Rio memberi informasi dengan santainya sambil melemparkan biskuit coklat kesukaan Erky ke pangkuannya, tapi Erky yang sedang duduk di sofa sambil menatap langit-langit itu tidak menghiraukannya. Biskuit coklatnya pun bergulir ke lantai.

"Salah gue apa ya, Yo? Dikasih cobaan gini amat."

Rio menatap temannya dengan aneh lalu mengambil biskuit yang jatuh tadi, membuka bungkusnya dan memakan satu buah. "Ya, gak gitu juga, Ibu lo emang suka aneh-aneh mintanya. Tapi, kan, masih dalam batas normal." Rio mencoba menenangkan sembari terus mengunyah.

Erky menghela napas. "Bukan itu, Yo. Ini."

Temannya menyodorkan ponsel setelah kunci layarnya dibuka, terlihat sebuah percakapan dan pesan baru masuk di sana, hanya dibaca. Anggi.

Rio mengambil ponsel Erky dari tangannya, pesan di percakapan itu hanya satu. Ia tahu sebelumnya ada begitu banyak pesan, pembicaraan, dan argumen di dalamnya yang dihapus beserta perasaan tertuju kepada penerima. Baru seminggu yang lalu dan itu masih segar di ingatan mereka berdua, satu kalimat, lima kata.

"Gak dibales?" tanya Rio.

Erky menatap balik temannya. "Menurut lo? Gue harus bales apa?"

Ia menekan tombol pesan suara, dengan nada datar berkata, "Telat, nyet."

"Ngapain lo-" Suara Erky tersendat di tenggorokannya, sebuah pesan suara telah terkirim di pembicaraan itu. "Lo udah gila apa!"

"Lo udah punya tunangan sekarang, Ky. Ngapain ngurusin mantan?" tanya Rio lagi, pertanyaan itu cukup untuk membuat Erky diam. Status Erky yang tadi disebutkan Rio pun membuatnya mengulang kembali kejadian tadi sore, di mana Alta berteriak-teriak memanggil namanya di lorong.

Rio yang baru saja keluar dari kelasnya, berbalik. "Kenapa, soal Erky?"

"Aku cuma mau tau dia kemana."

Ia tak yakin setelah mendengarnya, entah itu sebuah pertanyaan atau pernyataan, nada itu mengisyaratkan pasrah. Seperti sudah siap untuk resiko terburuk yang ada dalam kepalanya. Rio tersenyum samar. "Erky lagi jalan sama cewek."

Matanya membesar dalam sepersekian detik lalu dengan ekspresi kecewa yang hilang secepat mata Rio dapat berkedip, Alta berkata dengan nada datar, "Oh, yaudah, Kak. Makasih."

Alta akan berjalan melewatinya namun Rio mundur dan menghalangi jalannya. "Bercanda kali, si Erky gak masuk kampus, sakit udah empat hari. Dirawat. Ikut aja, aku mau nengok sekalian."

Sunshower ✔Where stories live. Discover now