31. Berlin

64.1K 5.6K 60
                                    

"I hate that I love you so."

Hate That I Love You - Rihanna ft. Ne-Yo

***

Dilihatnya tangan gadis yang duduk di seberangnya, jari manis yang tidak lagi mengenakan cincin tanda pertunangan itu adalah salahnya.

Alta mencoba untuk tidak mengungkit apa yang terjadi beberapa hari lalu, namun tampaknya sulit jika benar-benar menutupinya. Matanya terlihat bengkak.

"Kamu nangis semalem?"

Alta berhenti memainkan game di ponselnya dan berhenti menghisap es coklatnya menggunakan sedotan. "Tiap hari juga nangis, kenapa baru tanya sekarang?"

Ia tahu Alta tidak bermaksud, tapi kata-kata tadi lumayan menohok. Mereka menunggu orang tua Alta yang sedang membeli cemilan di minimarket.

"Maaf."

Cewek itu hanya menyunggingkan senyum tipis, lalu kembali memainkan game.

Ajak Alta makan siang di restoran yang gue kirim lokasinya. Gue bakal ada di sana dan Alta pasti putusin gue.

Setelah apa yang dikatakan Alta tentangnya soal menyerah demi kebahagiaan, Evan mengutuk dirinya karena membiarkan mobilnya memasuki tempat parkir restoran itu. Juga dirinya yang tidak mengatakan apapun selama perjalanan, beberapa hari setelahnya saat Erky memutuskan hubungannya dengan Alta, dan hingga hari ini. Mulutnya terkunci rapat karena takut Alta kembali membencinya.

"Kamu gak mau minum?"

Suara Alta menarik Evan kembali ke kanyataan. "Maaf," ujar Evan lagi.

"Untuk apa?" tanya Alta, memainkan sedotannya sekarang karena minumnya sudah habis.

"Kalau aku gak cium kamu, mungkin kamu udah balikan sama Erky."

Gadis itu mengalihkan pandangannya dari sedotan ke Evan, menggigit bibirnya sebelum berkata, "Salah aku juga."

"Kamu gak ngasih tau Erky soal kamu berangkat ini?" tanya Evan, berusaha mengalikan pembicaraan namun topik yang dipilihnya sungguh tidak tepat. "Udah bilang ke kak Rio, kayaknya udah disampein."

Alta menaikkan kedua bahunya. "Erky gak akan datang, aku berharap, tapi ragu dia bakal datang." Ia memalingkan muka dan menengadahkan wajahnya lalu menarik napas dalam, cirinya saat menahan tangis. Evan hafal betul akan ini mengigat entah berapa puluh kali Alta melakukannya saat ia bersama Evan.

"Kamu boleh nangis, gak ada yang ngelarang kamu." Alta kembali menatap Evan. "Siapa yang nangis?"

Gadis itu tersenyum, meskipun tidak sampai ke matanya. "Aku mau terima kasih sebelumnya, Evan, kamu udah peduli belakangan ini, aku seneng. Juga mau minta maaf, karena gak bisa, istilahnya, terima kamu untuk sekarang."

"Aku gak akan maksa soal itu." Evan tersenyum mengingat apa yang dikatakan oleh Alta sebelum mereka berangkat ke Jakarta.

"Smartass," ucap Alta sambil memutar bola matanya, lalu tertawa kecil.

Beberapa kemudian orang tua Alta kembali, ibu dan bapak Alta berterima kasih karena sudah diantar oleh Evan sampai bandara. "Gak apa-apa, Om, Tante. Kayak ke siapa aja." Ia tertawa kecil.

"Kalau gitu, Tante sama Om duluan ke dalam, ya, takut waiting room-nya penuh. Nanti Alta nyusul aja, temenin dulu Evan," ujar ibu Alta, melambaikan tangannya lalu pergi bersama bapak Alta.

"Kamu gak mau makan dulu?" tanya Alta setelah orang tuanya menghilang di kerumunan. "Masih lumayan lama, kok, waktu check in-nya."

"Enggak, deh, makasih," jawab Evan, menolak tawaran Alta. "Nanti macet kalau nyampe tolnya agak malem."

"Jadi, mau pergi sekarang?"

Alta memiringkan sedikit kepalanya sambil menatap Evan. "Ya, kalau kamu ke dalam, aku pergi."

"Ngusir, nih? Mau aku pergi?" goda Alta membuat Evan tertawa.

"Maunya kamu gak pergi, selama-lamanya," tanggap Evan, karena jujur, itu yang diinginkannya. Alta hanya tertawa kecil setelah mendengarnya. Lalu setengah memeluk Evan sebelum berbalik, manarik koper bersamanya.

Setelah melewati bagian pemeriksaan, Alta kembali menarik kopernya. Ia berbalik dan melambai pada Evan. "Dadah Evan!" serunya sambil berjalan mundur. Figur Alta mulai menjauh dan tertutupi oleh orang-orang yang baru saja masuk.

Baru saja akan berbalik, langkah Alta terhenti, matanya tertuju pada Evan namun ia terlihat terkejut. Ia berjalan kembali ke tempat pemeriksaan dan hendak kembali namun dihentikan oleh petugas bandara. Alta terlihat sedikit berdebat dengan petugas pria itu, Evan mengerutkan dahinya. Evan berniat menghampiri Alta, berhenti ketika seseorang mendahuluinya.

Ia melihat mereka bertatapan dengan jarak beberapa meter, tidak melakukan apa-apa dan tidak mengatakan apapun. Namun, melihat mereka saling bertatapan dan tersenyum seperti itu membuat Evan berpaling, memaksanya, bahkan petugas bandara tadi, mengalihkan pandangannya untuk memberikan mereka ruang privasi.

"Aku pergi," pamit Alta yang terdengar beberapa meter jauhnya, melihat senyum Alta saat mengatakannya menyakitkan. Itu adalah senyum terbaik milik Alta yang dari semua yang pernah Evan lihat seumur hidupnya.

Erky mengagguk. "Hati-hati."

Dengan itu, Alta berbalik dan menjauh sambil menggiring koper miliknya. Setelah Alta benar-benar menghilang di balik kerumunan, barulah Erky berjalan kembali ke tempat ia datang. Evan kira ia akan berjalan begitu saja melewatinya, tapi cowok jangkung itu berhenti untuk sesaat dan menepuk bahu Evan. "Gue bakal bikin Alta jauh lebih bahagia. Jadi, maaf, gue gak bisa ngasih dia sama lo."

"Dia selalu jauh lebih bahagia ketika sama lo dari pada sama gue, cuma lo yang bego dan gak sadar itu." Evan tertawa kecil, mengakui kekalahannya pada Erky.

Erky terlihat terkejut dengan kata-kata Evan tadi, namun kemudian ikut tertawa.

"Iya, gue bego," tanggap Erky. "Gara-gara Alta."

Setelah itu, Erky benar-benar pergi, begitu juga Alta. Walaupun tidak ingin menyerah, Evan sadar di mana posisinya sekarang. Jika ia terus memaksa dan bersikukuh tetap di samping Alta, kejadian seperti beberapa minggu kemarin bisa terulang, bahkan lebih buruk.

Jadi, sebelum kembali ke Bandung, Evan mendatangi konter tiket, memesan kursi penerbangan ke Berlin untuk tiga minggu ke depan.

Jadi, sebelum kembali ke Bandung, Evan mendatangi konter tiket, memesan kursi penerbangan ke Berlin untuk tiga minggu ke depan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Halo!

Aduh, Sunshower tinggal 3 chapter lagi :(

Bakal kangen gak, ya, nulis ini wkwk

Terima kasih semuanya atas dukungan selama ini, semoga chapter-chapter selanjutnya bisa di-update dengan lancar.

Untuk jawaban kuis kemarin, yang di-italic itu jawabannya hihi

Untuk kuis chapter ini;

Ada satu cerita, penulisnya punya nama yang sama dengan ibu Erky. Ceritanya fanfic tersukses di Wattpad dan bestseller dimana-mana. Judul ceritanya dalam bahasa Indonesia, apa, ya?

WL,

September 19th, 2017

Mita

Sunshower ✔Where stories live. Discover now