30. Pantas

61.4K 5.9K 115
                                    

"It's like I'm always causing problems, causing hell. I didn't mean to put you through this, I can tell we're gonna sweep this under the carpet."

Middle - DJ Snake ft. Bipolar Sunshine

***

Erky menatap kalung yang seharusnya masih berada di leher Alta jika bukan karena kata-kata bodohnya tadi. Merasa angka yang tertera pada kalung itu mengejeknya dengan menjelaskan hubungan Erky dan Alta sekarang ini; nol, kosong, nihil.

Ia tidak tahu bagaimana harus merasa, harus melakukan apa, mengatakan apa. Semua, yang dilakukannya, dikatakannya, dirasakannya, terasa salah. Bersalah, perasaan itu seperti merek yang ditempa padanya, disematkan oleh besi panas oleh demon miliknya sendiri.

Pintu kamar Erky terbuka dan wajah Anna nampak, namun keadaan kamar Erky yang berantakan dihiraukannya. Ia fokus menatap anaknya yang sedang duduk di lantai, bersandar pada lemari. "Kayaknya mamah gak perlu ngasih tahu lagi, apapun alasan kamu, yang kamu lakukan itu mengecewakan."

Erky tidak menjawab, seumur hidupnya, baru sekali ini, ia mendengar kata itu keluar dari mulut ibunya. Saat itu, jika ibunya memaki-maki Erky mungkin Erky akan merasa lebih baik. "Mamah gak akan bicara banyak soal ini, kamu harusnya tahu apa yang harus kamu lakuin, sebelum Alta benar-benar pergi."

Setelah itu Anna menutup pintu dan menghilang dibaliknya. Meskipun sebenarnya banyak yang Erky ingin tanyakan padanya. Yang harus aku lakuin, apa?

Beberapa hari selanjutnya diisi dengan Erky yang hanya berbaring di kamarnya, menatap langit-langit sambil memikirkan tentangnya dan Alta, terutama Alta. Apa yang dilakukannya, apa Alta sedang bersama Evan. Apa Alta memikirkannya juga?

"Alta mau ke Australia, kakaknya mau ngelahirin katanya. Minta sampein pamit sama kamu, meskipun bilang dia juga gak ngerti untuk apa karena kamu udah putusin dia." Rio dengan cueknya duduk di tempat tidur pagi itu, menatap ke luar jendela. "Dia berangkat hari ini jam 8 malam."

Erky hanya mengucapkan terima kasih dan tidak mengatakan apa-apa lagi hingga Rio pulang soal itu, karena jujur, setelah mendengar apa yang dikatakan Rio, Erky tidak benar-benar tahu apa yang harus dilakukannya. Bertemu dengan Alta, lalu apa? Apa yang harus dikatakan? Mereka sudah berakhir. Apa yang harus dilakukan? Alta tidak bisa lagi Erky genggam tangannya atau dielus rambutnya, Alta bukan miliknya lagi.

Berselang beberapa jam dari jengukan Rio, sekarang giliran Rie yang menghampiri Erky. Namun, tidak seperti Anna atau Rio yang menyuruhnya bertemu dengan Alta, Rie malah membanting tumpukan folder di tempat tidur, tepat di samping Erky.

"Harap percintaan dan pekerjaan dipisahkan. Patah hati boleh, tapi kamu tetap harus profesional. Baru kali ini kayaknya CEO nganterin tugas anak magang ke rumahnya." Erky bangkit, melihat file tersebut satu per satu.

"Maaf, Yah." Erky menghela napas.

Rie hanya tertawa mendengarnya. "Haduh, kamu ini, kayak waktu 2 SD ketahuan main sepeda ke jalan raya. Maaf gak akan ngeberesin tumpukan kerjaannya. Sekarang kamu siapin keperluan kamu, kita berangkat ke Jakarta. Ada proyek untuk grup kamu."

"Bareng Ayah?" tanya Erky sambil merapikan kembali folder yang berserakan ketika dilihat-lihat tadi. Berpikir mungkin Erky bisa menenggelamkan perasaannya dengan pekerjaan, paling tidak hanya untuk beberapa saat.

"Iya, ada yang mau diomongin juga," ujar Rie sebelum keluar dari kamar anak semata wayangnya itu. "Diomongin?"

"Nanti aja."

Erky menatap pintu yang tertutup itu, apa perihal penerus perusahaan lagi? Erky menggelengkan kepalanya, keputusan sudah dibuat soal itu, tidak ada lagi yang perlu diperbincangkan.

Sunshower ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu