liburan dengan gaya

94 5 0
                                    

Kapal akhirnya merapat di Pulau Oscar, markas 2 dan gudang utama bisnis Tuan Frank. Pulau ini tak terlalu luas, namun memiliki hutan yang rimbun, jauh dari pulau lainnya apalagi pusat kota. Tempat strategis untuk markas.

"Selamat datang di pulau Oscar!" Sapa Sandriego saat kapal ferry yang Maya tumpangi benar-benar berhenti. "Bagaimana perjalanan mu, apakah menyenangkan?"

Maya turun dari atas kapal sambil berdecak kagum, pasalnya tempat ini tak cocok disebut sebagai markas dan gudang barang haram. Tempat ini begitu indah dengan pesona alam yang sangat memanjakan mata, sungguh surga dunia.

Sandriego menjulurkan tangan saat Maya tepat berdiri di depannya, dengan segera Maya menjabat tangan Sandriego sambil berkata, "Perjalanan yang sungguh memanjakan mata".

Tanpa banyak basa basi Maya dan Sandriego bergegas menuju pusat markas untuk melihat keadaan dan segera menyelesaikan tugasnya.

Pulau Oscar adalah sebuah pulau pribadi yang Tuan Carlos beli dari salah satu orang dalam. Terletak di tengah laut, jauh dari pusat kota dan pemukiman, serta tempat yang masih alami membuat Tuan Frank memilih sebagai markas ke-2 dan Gudang. Agar keberadaan pulau ini tak terendus oleh aparat, Tuan Frank sedikit merombak pulau ini menjadi tempat wisata. Dan menunjuk orang untuk berpura-pura menjadi pengelola pulau ini.

Sepanjang perjalanan Sandriego banyak bercerita, dari meperkenalkan dirinya sampai alasan mengapa ia ditugaskan disini. Ia juga menunjukkan bahwa di sisi kanan dermaga, terdapat pantai yang begitu cantik dengan pasir putih terbentang luas. Ada beberapa resort yang tak pernah sepi pengunjung, namun karena ini bertema pulau pribadi, maka pengunjung dibatasi setiap harinya. Dan orang orang yang berkunjung di pulau ini dapat dipastikan bahwa mereka adalah para orang orang yang berbau uang, mengingat tarif yang di pasang begitu tinggi. Tapi itu sepadan dengan pemandangan dan fasilitas yang merka dapatkan.

Mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang besar dan tinggi, di sisi kanan dan kirinya penuh dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Mobil terus melaju melewati jalan di tengah hutan, hingga beberapa meter dari gerbang tadi, barulah mereka sampai di sebuah rumah mewah bernuansa putih. Rumah ini tepat berada di tengah pulau yang dikelilingi oleh hutan lebat, sangat cocok untuk tempat persembunyian.

Sekarang mereka bedua sedang berkeliling rumah untuk sekedar melihat aktifitas didalamnya. Maya mengamati setiap sudut ruangan yang terpasang kamera tersembunyi, tingkat keamanan yang cukup ketat layaknya sebuah markas.

Maya berhenti tepat di depan jendela besar, ia memandangi hamparan hutan yang cukup luas, dan tak jauh dari hutan sudah berbatasan langsung dengan laut. Dengan kecanggihan teknologi keamanan Tuan Frank dan pulau terpencil yang cocok untuk persembunyian, mungkin juga menjadi salah satu penyebab mengapa pemerintah Indonesia tidak bisa mencium keberadaan kelompok mafia ini.

"Soal laporan mu, bagaimana itu bisa terjadi?" Ucap maya sambil menoleh kearah Sandriego.

Sandriego menundukkan pandangannya, "Itu terjadi di jalur perdagangan laut, saat itu aku sedang sibuk mengurus stok senjata markas pusat yang sedang menipis, jadi ku serahkan urusan perdagangan kepada tangan kanan ku. Dan entah itu hari sial atau bagaimana, tiba tiba saja ada patroli laut di rute yang biasa kita lalui. Untungnya yang tertangkap adalah bandar bandar kecil, jadi kita masih bisa di katakan aman"

"Meski begitu, tidak menutup kemungkinan aparat itu melakukan penyelidikan lebih lanjut dan bisa jadi kita sedang di pantau oleh mereka."

Sandriego menganguk pelan, membenarkan apa yang di katakana Maya. Tidak menutup kemungkinan markas mereka sedang di mata matai oleh aparat negara, dan kemungkinan terburuknya adalah kehancuran markas ini.

Masalah ini tidak bisa dianggap remeh, jika markas ini hancur maka semua perusahaan mafia Tuan Frank berada di ambang kebangkrutan. Secepatnya mereka harus segera menyelesaikannya.

"Apakah hari ini ada pengiriman?"

Kepala Sandriego menggeleng pelan, "setelah kejadian itu pengiriman jalur laut di tutup untuk sementara hingga beberapa hari kedepan, hanya jalur udara yang masih beroprasi saat ini."

Maya mengangguk pelan, ia mengetuk ketuk jari telunjuknya. Otaknya sedang bekerja dengan cepat, ia harus segera menemukan cara untuk mengembalikan keadaan seperti semula, atau setidaknya menjadi lebih kondusif dari sekarang.

Di tengah keheningan keduanya, Sandriego meminta izin untuk Kembali ketugas yang ia tinggalkan tadi. Sebelum pergi, ia juga memberikan sebuah kunci mobil kepada Maya karena saat ini ia tak bisa menemani Maya untuk berkeliling pulau. Maya menerima kunci itu, Sandriego pun melanjutkan pekerjaanya

Kedua bola mata maya Kembali mentap pemandangan hutan dan laut di ujung sana dari kaca Gedung ini. Ia mengehela nafas berat, otaknya terus berputar memikirkan cara, tangannya bergerak memegangi kepalanya yang terasa mengeluarkan gumpalan asap. "argggg, sepertinya aku harus bersantai dulu. Rasanya kepala ku ingin meledak."

Maya kemudian mengambil mobil yang di berikan Sandriego, lalu tancap gas meninggalkan markas. Ia memutar music yang cukup kencang lalu bernyanyi nyanyi sesuka hatinya.

Selang beberapa menit maya membelokkan mobil nya masuk ke restaurant yang berada di tepi pantai. Ia memesan beberapa menu makanan dan minuman disana.

Setelah itu ia memilih tempat duduk out door yang langsung menghadap pantai. Angin pantai berhembus dengan pelan, sedikit menenangkan pikiran Maya. Matanya tak bisa berhenti memangdangi area sekitar, menyisir setia sudut pantai. Ia tak mau menyia-nyiakan waktunya hanya untuk bersantai-santai, mungkin ia bisa menemukan sesuatu disini.

Makanan yang ia pesan akhirnya datang, segera ia melahap makanan di hadapannya dengan khidmat sambil menikmati sunset di tepi pantai.

Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan semua pesanannya, kini matahari sudah benar benar tenggelam, lampu lampu resto dan resort sudah mulai menyala menggantikan kecantikan langit senja kala itu. Maya sangat menikmati tugasnya kali ini, pasalnya ia bisa berlibur sambil bekerja, dan pekerjaannya tak membutuhkan tenaga besar.

Maya membuka ponselnya, terakhir ia menggunakan telepon genggam itu saat ia berada di bandara Internasional Soekarno-Hatta. Saat tiba di Cordoba, ia mematikan ponselnya dan berganti menggunakan ponsel lain milikknya. Baru saja data internet menyala, ponselnya langsung di banjiri notifikasi dari aplikasi yang terpansang di ponsel itu.

Saat Maya asyik membalas pesan pesan yang masuk, datang seorang pria dihadapannya, "Boleh saya duduk?" ucap pria itu.

Maya yang masih asyik bermain ponsel mengiyakan ucapan pria itu tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel di hadapannya.

Pria itu duduk dihadapan Maya, ia hanya diam dan menatap Maya yang masih sibuk dengan ponselnya. Maya yang merasa dirinya sedang di tatap, langsung mendongakkan kepala melihat orang di depan nya.

Dukkk..... ponsel Maya terjatuh dari genggaman tangannya, nafas nya terasa berhenti sejenak karena syok dengan seseorang yang berada di hadapannya. Ia begitu terkejut hingga tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.

Mimpi apa Maya kemarin, hingga bertemu pria di hadapannya saat ini.

Hantu LautWhere stories live. Discover now