Dika Family's

259 27 0
                                    

Maya dan Dika terlihat menikmati perjalanan mereka menggunakan motor baru milik Maya. Diatas motor mewah Maya itu, mereka berdua berjalan membelah kota Pahlawan ini.

Dengan kecepatan rata-rata Dika dapat dengan mudah mengenali kuda besi mewah Maya, Dika tau ini barang mahal jadi ia harus berhati-hati menggunakannya.

"Jadi total biaya yang kamu keluarkan buat motor ini berapa?" Tanya Dika disela-sela perjalanan.

"Mmmmm.... Banyak sih, kalo diitung bisa bikin nyesek. Ini gue beli ORI nya dulu modif nya nyicil pelan-pelan, jadi gak langsung gitu. Bisa habis banyak kalo beli langsung."

Dika mengangguk seraya ber'oh'ria,

"Lo, suka motor ginian?" Tanya Maya.

"Iya, dulu pernah punya, sekarang sudah saya jual!"

"Lah kenapa?"

"Biaya perawatan sama pajaknya terlalu besar buat saya"

Maya tertawa ringan,"Iya juga sih"

Lalu mereka berdua terdiam untuk beberapa saat, sebab tak ada topik yang akan dibahas.

"Bang, Bang, berhenti dulu!" Titah Maya mendadak

"Mau ngapain?" Tanya Dika bingung.

"Udah Lo cukup diam dan tunggu gue disini. Oke" Jawab Maya sambil menyerahkan helm nya kepada Dika.

Dika menerimanya dengan raut wajah yang masih bingung, "Jangan lama-lama"

"Siap kapten!" Ucap Maya sambil hormat kepada Dika.

Maya berjalan menuju gerai yang ada di pinggir jalan itu, Dika hanya bisa menunggunya sambil melihat Maya dari tempatnya berhenti.

"Mau ngapain sih dia kesitu, awas aja kalo lama!" Gumam Dika sedikit kesal, sebenarnya Dika tidak suka kalau disuruh menunggu untuk apapun, tapi terkecuali untuk Maya, dia dengan berani dan seenaknya menyuruh Dika untuk menunggunya. Mentang mentang anak atasan,pikir Dika.

Tak lama Maya kembali dengan mententeng sebuah tas Plastik yang Dika tau itu berisi Kue Khas Surabaya yang terkenal itu, terlihat dari logo yang tertera ditas tersebut.

Dika memberikan helm Maya kepada sang empunya, "Tumben beli gituan?" Tanya Dika.

"Iya buat oleh-oleh ibu Lo, sekalian buat cari muka. Biar gak gue gak Lo bilang bisanya cuma numpang makan doang" Jawab Maya dengan jujurnya.

"Emang kau tau ibu saya suka itu? Kalo gak suka gimana? Gagal dong berarti cari mukanya?" Tanya Dika bertubi-tubi.

"Eh bang gue kasih tau ya, gak ada orang yang bakal nolak pemberian orang lain, meskipun dia gak suka dengan apa yang dia beri, dia pasti akan terima, itu membuktikan kalau dia menghargai si pemberi" Jawab Maya sok bijak.

Dika hanya manggut-manggut saja, dan ia mulai menancapkan gas melanjutkan perjalanannya.

"Emang ibu Lo suka apaan?" Tanya Maya

"Kue yang kami beli itu, tapi rasa choco pandan"

Maya mengembangkan senyumnya senang,"Wah pas dong! Gue tadi beli yang rasa choco pandan"

Dika kembali ber'oh'ria,

"Kok bisa pas banget ya?" Ucap Maya, "Ternyata insting gue tepat" sambungnya yang masih membanggakan diri.

Dika hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.

Akhirnya motor yang mereka tunggangi berhenti disebuah rumah yang cukup asri dengan warna rumah yang dominan biru laut dan terdapat hiasan berbentuk jangkar kapal di pagar rumahnya.

Hantu LautWhere stories live. Discover now