Permintaan Seorang Kapten

234 14 10
                                    

"Kamu tau, siapa yang sedang kamu ajak berbicara sekarang?" Pak Teguh meneguk minumannya setelah menyelesaikan ucapan nya.

"Siap, saya tau dan saya juga akan terima apapun resikonya!" Jawab Dika tegas.

Pak Teguh terlihat menghela nafas panjang, sebelum ia melanjutkan pembicaraannya, "Saya apresiasi atas keberanian kamu, tapi saya tidak bisa memberikan jawaban iya atau tidak untuk saat ini"

Dika terlihat sedikit menundukkan kepalanya.

"Saat ini, saya berbicara bukan sebagai atasan kamu melainkan sebagai seorang ayah dari orang yang ingin kamu pinang,saya percaya kamu orang yang tepat untuk anak saya, tapi semua jawaban itu sudah saya serahkan kepada Maya sepenuhnya!" Pak Teguh berdiri dari duduknya, dan mulai berjalan keluar restoran.

Namun ia berhenti tepat disamping Dika, dan menepuk pelan pundak kekar milik Dika sambil berucap, " ini bukan penolakan, ada satu jalan untukmu, dengan cara Buat Maya mau menemui saya bersama kamu, insyaallah niat mu akan segera terwujud!"

Dika hanya diam terpaku, sampai sampai ia tak sadar bahwa sang atasan sudah pergi meninggalkan nya.

"Siap laksanakan!" Jawab Dika pelan sambil tersenyum.

*

Dika terlihat tersenyum kecil mengingat kejadian tempo hari. Saat ia dengan beraninya meminta izin melamar putri sang atasan.

Entah dari mana ia mendapat keberanian sebesar itu, yang pasti sekarang hatinya sudah tenang karena niatnya sudah tersampaikan.

Mobil Dika berhenti tepat didepan sebuah rumah bernuansa biru laut.  Tak lama muncullah pak Tarjo dari dalam rumah, ia langsung membukakan pintu gerbang agar Dika bisa masuk ke rumah tersebut.

Dika turun dari mobil sambil membawa kantong plastik berisi buah tangan, lalu tersenyum ramah pada pak Tarjo.

Pak Tarjo membalas senyuman Dika sambil berkata, "Mbak Maya ada dihalaman samping mas, lagi main lempar pisau". Pak Tarjo seakan telah mengetahui tujuan Dika datang kemari.

"Oh iya pak, saya ijin masuk dulu pak"

" Iya mas, Monggo"

Kaki jenjang Dika mulai melangkah memasuki rumah Maya, sesampainya di ruang makan Dika meletakkan kantong plastik bingkisan yang ia bawa diatas meja makan.

Dika berjalan menuju kearah kolam renang, kedua bola matanya menyapu seluruh halaman asri itu. Lalu kedua bola matanya mendapati Maya yang tengah berdiri memunggunginya.

Maya terlihat sedang berancang-ancang untuk membidik sasaran dengan pisau ditangan kanannya.

Trak...

Suara pisau Maya berhasil mengenai sasaran yang berjarak sekitar 200 meter didepannya.

Seorang pria dibelakangnya nampak terkesan dengan cara bermain Maya. Sosok wanita dihadapan Dika ini memang sangatlah unik menurut nya, Maya bisa melemparkan pisau tepat sasaran bahkan dengan mata tertutup.

Ia mendekat dengan langkah hati hati agar tak menimbulkan suara yang akan menggangu Maya, ia berhenti menyisakan jarak beberapa puluh sentimeter.

"Sebenarnya masih banyak pertanyaan di kepala saya tentang kamu, tapi entah mengapa hati ini terus menyakinkan kepada saya bahwa kamu yang terbaik untuk saya" gumam Dika dalam hati.

Tangan Dika kemudian terulur, menepuk pelan pundak kanan Maya.

.
.
.

" Siapa kau?" Ucap Maya dengan nada berat saat pisau ditangannya sudah berada tepat didepan leher Dika.

Hantu LautWhere stories live. Discover now