Healing

88 5 2
                                    

Begitu apel dibubarkan, ketua setiap tim pembantu segera menuju ke ruangan komandan sesuai instruksi yang diberikan. Sesampainya disana, sang komandan membuka rapat dengan mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan dari tim tim pembantu, ia juga memberikan apresiasi kepada tim yang telah berhasil menangkap kaki tangan dari penyelundupan beberapa hari yang lalu. Namun dengan berat hati ia harus menyampaikan pesan dari markas pusat, bahwa semua tim pembantu untuk kembali ke satuan masing masing besok pagi dikarenakan keadaan sudah kondusif.

Sontak para ketua tim terkejut dengan amanat yang diberikan, tak terkecuali Dika. Pasalnya, tujuan utama dari kedatangan mereka adalah untuk menangkap pelaku utama, bukan kaki tangannya. Pahitnya kenyataan hari ini, sekarang mereka ditarik mundur dari medan perang sebelum genderang perang dibunyikan.

Hati serasa ingin protes dengan perintah tersebut, namun mereka sadar jika mereka hanyalah bawahan. Pastinya sebelum pesan tersebut disampaikan, Komandan sudah mengemukakan isi hati para pasukan, namun apa daya keputusan sudah ditetapkan. Sekarang hanya mengandalkan pasukan yang ada dan banyak berdoa agar pelaku utama segera tertangkap.

Berselang lima menit dari pembacaan surat perintah, semua ketua tim keluar dari ruangan satu persatu termasuk Dika. Sepanjang jalan menuju parkiran, ia hanya melamun dengan otak penuh pertanyaan dan rasa bingung yang menyelimuti, seperti orang yang sedang terlilit pay latter akhir bulan.

"Dik, jalan jalan yuk!" Panggilan Ardi membuyarkan lamunan Dika. "Aku punya dua tiket wisata gratis"

Barusaja Dika akan menolak, tapi ucapannya langsung dipotong oleh Ardi, "ayolah... mumpung hari ini kita libur"

Dika menghela nafas berat dan dengan berat hati ia mengikuti temannya yang gila healing itu. Tanpa basa basi keduanya langsung tancap gas meninggalkan parkiran menuju lokasi.

Perjalanan menuju lokasi sebenarnya hanya membutuhkan waktu 1 jam perjalanan darat dan 30 menit perjalanan laut. Dan sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam.

Tidak bisa dipungkiri, memang benar adanya ucapan Ardi, sepanjang perjalanan terpampang pemandangan yang begitu cantik ditambah cuaca cerah hari ini.

Saat mereka mengantri untuk naik ke kapal di dermaga, mereka semua yang mengantri dihampiri oleh seorang. Dari penampilannya ia seperti seorang agen Travel, ia memberikan semua orang lembaran berisi rincian biaya yang harus dikeluarkan sambil menjelaskan melalui pengeras suara.

Tarif yang tertera cukup mahal, rasanya gaji 1 bulan hanya cukup mendanai healing hari ini. Mengetahui hal itu, Ardi mendapatkan tatapan tajam dari sang Kapten seolah ingin menerkamnya saat itu juga.

"Tenang biar aku yang urus..." Pergerakan tangan Dika terhenti, ia mengurungkan niatnya untuk mengeluarkan dompet dari saku. Ardi mulai berbincang dengan bapak petugas kapal sambil menunjukkan sebuah foto di ponselnya.

Hanya perlu beberapa menit, orang itu mempersilahkan keduanya masuk tanpa membayar seperti yang lainnya.

Kini keduanya berada dikantin kapal, Dika membuka obrolan dengan bertanya bagaimana bisa mereka tidak dipungut biaya kapal. Ardi menjawab, karena tiket yang ia dapatkan sudah termasuk biaya kapal pulang pergi.

Ditengah obrolan, pesanan mereka telah tiba. Bau khas dari mie instan cup mulai menyeruak, tanpa pikir panjang, mereka mulai menyeduhnya sambil memandangi lautan dari jendela kapal.

Suasana menjadi hening seketika, mereka fokus dengan makanannya. Dan memang suasan seperti ini sangat cocok untuk melamunkan hal apapun yang ada di otak.

Didalam kantin ini hanya ada mereka berdua dan satu mas mas si penjual. "Gimana ya, kalo seandainya ada intel diantara kita? Atau orang terdekat kita lah?" celetuk Dika.

Hantu LautOù les histoires vivent. Découvrez maintenant