Kenyataan itu ada

255 17 0
                                    

Cordoba, ibukota provinsi Andalusia Spanyol Selatan, kota yang dinobatkan sebagai situs warisan budaya oleh UNESCO pada tahun pengukuhan 1984 (sesi ke-8). Kota ini terletak di sebelah sungai Guadalquivir dengan dihiasi oleh gedung gedung berarsitektur menarik dari zaman ketika Cordoba merupakan ibukota yang berkembang maju dibawah Kekhalifahan Cordoba yang memerintah hampir seluruh semenanjung Iberia.

Maya duduk di kursi Komputer hitam miliknya, yang menghadap langsung ke pemandangan indah kota Cordoba dari atas salah satu gedung yang berdiri kokoh ditengah kota ini.

Gedung ini adalah aset pribadi milik Tuan Frank yang difungsikan sebagai tempat tinggal dan kantor kendali semua bisnisnya. Bisa dikatakan gedung ini adalah pusat dari segala aktivitas Tuan Frank dan bisnis legal maupun ilegalnya. Seluruh bagian gedung ini dilapisi dengan Kaca Hitam anti peluru. Jika dilihat dari luar, tidak akan nampak apapun kegiatan yang dilakukan didalam gedung. Lain halnya jika dilihat dari dalam, maka apapun yang terjadi di luar sana akan terlihat jelas.

Tuan Frank sendiri lah yang merancang seluruh design arsitektur gedung ini, ia meminta kepada kontraktor agar disetiap sudut ruangan dipasang kamera pengintai, alat pendeteksi wajah, alarm otomatis serta alat alat canggih lainnya. Oh ya! Tak lupa senjata yang terpasang secara sembunyi disetiap sudut ruangan.

Fasilitas yang tersedia pun tak kalah dengan resort mewah di dunia, fasilitas yang utama adalah Casino terbesar di kota Cordoba ini, ada Bar, area Bilyard, landasan Helipad dan banyak lagi fasilitas mewah lainnya.

Ruangan yang Maya tempati saat ini adalah ruang kerjanya dengan Sam. Ruangan ini cukup luas bila dibandingkan ruangan lainnya, saking luasnya ruangan ini mampu menampung 40 orang.

Bola mata Maya menatap lekat kota Cordoba dengan secangkir kopi ditangannya, sesekali ia menghirup aroma harum khas kopi Toraja khas Indonesia yang ia minum saat ini. Menikmati setiap sensasi ketenangan yang dihasilkan oleh secangkir kopi khas negara tercinta nya.

"Fe!" Panggil Sam pada Maya dengan menggunakan nama Felecia, "Main Bilyard yuk" Sambungnya yang masih berdiri dibelakang Maya.

Merasa ada yang memanggilnya, Maya memutar kursi yang ia duduki, membalikkan tubuhnya menghadap Sam dibelakangnya. Kedua bola matanya menangkap sosok Sam tengah berdiri tak jauh dari meja bilyard yang terletak di sisi kanan ruangan, dengan kedua tangannya memegang tongkat bilyard.

"Apa?" Tanya Maya malas.

"Main Bilyard yuk? Bosen nih!" Ucap Sam antusias.

Maya menyipitkan kedua bola matanya sambil menghela nafas lelah, "Males ah Sam!"

Senyum yang terpatri di wajah Sam seketika luntur, "Ayo lah, Sekali saja! " Pintanya

Maya berdecak pelan, "Ya!" Jawab Maya pasrah, ia langsung bangkit dari duduknya setelah menaruh cangkir kopinya di sebuah meja yang terletak tak jauh dari tempatnya duduk.

Ia pun mulai berjalan menuju meja bilyard, Sam tersenyum penuh kemenangan, lalu memberikan salah satu stik Bilyard kepada Maya.

"Kan sayang kalo Fasilitas ini gak digunakan, ya nggak?" Ucap Sam meminta persetujuan.

"Hemmm...." Sahut Maya, "Kamu dulu an!"

"Oke no problem" Sam mulai mengambil ancang-ancang membidik bolanya.

Tak...

Sebuah bola bernomor 1 pun masuk kedalam lubang meja, setelah terdorong oleh bola putih yang tadi dibidik oleh Sam.

Kini giliran Maya, ia mulai mencari posisi yang nyaman untuk nya membidik. Dan ...

Tak...

Bola selanjutnya pun masuk tepat sasaran.

Hantu LautWhere stories live. Discover now