Prolog

2.1K 165 8
                                    

"Iya, tunggu aku! Kau tidak boleh masuk sebelum aku tiba di sana!" Suara itu setengah berbisik.

"Kapan kau sampai? Jika kau terlambat, Sanice akan mempermalukanmu Winona."

"Aku akan segera pergi, tapi kau tahu sendiri ajudan ayahku ada di mana-mana! Jadi bersabarlah sedikit, aku sedang memikirkan cara untuk kabur dari sini!"

Winona lantas memutus panggilannya, dan kembali mengintip keluar jendela. Ajudan ayahnya terlihat begitu waspada. Lantas Winona segera mengambil tas miliknya, lalu dia berlari ke arah dapur untuk menemui Bertha.

"Bertha!" panggilnya.

Bertha yang tengah asik membuat adonan kue lantas menoleh padanya.

"Ada apa Nona?"

"Kau harus pergi ke swalayan untuk belanja," ujarnya.

Tentu saja Bertha merasa kebingungan.

"Bertha ayolah, kau mengerti maksudku bukan?" Winona menyeringai sambil mengedipkan matanya.

"Tidak! Aku tidak mau disalahkan Tuan dan Nyonya jika terjadi sesuatu padamu!"

Winona mencebik, lantas dia melangkah pergi dengan gontai.

"Kasihan diriku. Ditelantarkan Papi dan Mami, kesepian di rumah sendiri, bahkan orang yang sangat aku percayai tak bisa membantu sama sekali." Winona lantas menjatuhkan tubuhnya ke sandaran sofa, telungkup seenaknya.

"Percuma banyak uang, tapi tidak berguna!" pekiknya tertahan bantalan sofa.

Seketika itu tubuhnya terangkat, ketika tas yang tersampir di pundaknya ditarik begitu saja. Winona berdiri pasrah, seluruh wajahnya tertutupi rambut yang terurai.

"Baiklah, ayo pergi!"

Bertha lalu berjalan di depannya, dan dengan girang Winona mengekorinya.

Kemudian ketika mereka berada di dalam mobil menuju swalayan, Bertha mewanti-wanti Winona untuk berhati-hati, karena dia tahu apa yang akan dilakukan Winona malam-malam begini.

"Tidak ada rokok, alkohol, narkoba, atau seks bebas, jika kau masih ingin selamat dari amukan Papi dan Mami."

"Aku paham, Bertha."

Bertha kemudian menatap ke depan, keduanya tengah cemas menunggu lampu merah di setiap perempatan.

Dan akhirnya kesempatan itu datang, mobilnya berhenti, kemudian Winona tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk melarikan diri.

Winona lalu berlari sekencang yang dia bisa, karena para ajudan ayahnya sudah pasti akan mengejarnya. Ini sebenarnya bukan kali pertama, jadi kakinya sudah mulai terbiasa.

Tapi karena ini bukan kali pertama, maka sang ajudan pun memutar otaknya. Biasanya mereka mengejar dengan ikut berlari, atau dengan mobil. Maka sekarang ada sebagian dari mereka yang memakai motor. Percuma jika Winona bersembunyi di lorong, dia pasti akan terkejar.

Winona tak bisa berpikir jernih, dia bahkan harus menabrak sekelompok orang hingga dimaki, tapi dia tak peduli. Dan seketika langkahnya terhenti saat motor ajudannya menghadang di depannya.

"Sial!" Winona melangkah mundur.

"Nona, anda tak bisa kabur lagi!"

Winona lantas berbalik dan kembali berlari. Namun ditengah kegelisahannya, dia menangkap secercah harapan. Seseorang baru saja masuk ke dalam mobilnya, lalu Winona dengan tidak sopan menerobos masuk di kursi penumpang.

"Ayo jalan!" titahnya.

Orang yang berada di bangku kemudi hanya menatapnya bingung.

"Maaf, tapi kau si--"

"Cepat jalan!" pekik Winona ketika ajudannya sedang berlari ke arahnya.

Orang itu yang menyadari sekelompok ajudan itu mengejar, lantas mengikuti perintah Winona dan langsung memacu mobilnya dengan kencang.

Akhirnya Winona pun selamat.

Winona menghela napas lega, kemudian dia berbalik menatap si pria yang menolongnya.

"Terima kasih, aku akan membalas kebaikanmu nanti. Tapi bisakah kau mengantarku ke Ground Bar?"

"Baiklah."

Winona sedikit terkejut karena pria itu tidak menolak permintaannya, dan sepanjang jalan pria itu tidak mengeluarkan sepatah kata hingga mereka akhirnya mereka tiba di Ground Bar.

"Terima kasih. Mana ponselmu? Aku akan membayarmu sebagai ongkos taksi."

"Tak usah, lagi pula aku juga ada janji dengan seseorang di sini. Jadi anggap saja kau kebetulan ikut menumpang."

Pria itu lantas tersenyum singkat, kemudian dia keluar dari mobil dan diikuti oleh Winona. Tapi setelah keluar dari mobil, pria itu berjalan begitu saja dan berdiri masuk di dalam antrian pemeriksaan.

Winona sedikit canggung. Dia mengekorinya di belakang, kemudian mereka berdua lolos pemeriksaan.

"Maaf, tapi siapa na--" ucapan Winona terhenti.

"Earl! Kau dari mana saja!" Karena sekelompok pria lainnya, membawa pria yang bernama Earl itu menjauh dari Winona, dan Winona hanya bisa menatapnya pasrah.

"Yak! Kau dari mana saja?"

Winona dibuat terkejut ketika Fresca menarik tangannya.

"Aku--"

"Sanice mulai membual, dia bilang kekasihmu mencoba menggodanya lagi," sela Fresca.

"Ya sudah, biarkan saja!" Winona tak peduli, kemudian tatapannya mencari-cari sosok Earl yang ditelan dalam cahaya remang-remang.

"Apa?" Fresca tampak terkejut.

"Lagi pula aku sudah mendapat gantinya," ujar Winona sambil tersenyum, kemudian dia membelah kerumunan di hadapannya.



-27 Desember 2021-

Falling In Love With Prince Of WalingtonWhere stories live. Discover now