11 - Mengambil Keputusan

784 184 92
                                    

Kali ini rasanya benar-benar gila. Earl menciumnya dengan begitu lembut, seolah mendambanya. Satu tangannya memegang wajah Winona, satunya lagi berada di punggungnya menarik Winona agar lebih mendekat padanya.

Earl tahu tidak sepantasnya dia melakukan ini kepada Winona, tapi dia juga tidak mau melepaskan sesuatu yang baru dia rasakan ini. Winona terus berada di dalam pikirannya setelah pertemuan mereka di Dubai, padahal saat itu dia tengah dirundung gelisah soal hubungannya dengan Mili. Siapa sangka jika kehadiran Winona yang singkat itu malah berhasil membuka sedikit isi kepalanya.

Bahwa, ada perbedaan besar antara mengejar dan dikejar, berjuang dan diperjuangkan, terpaksa dan memaksakan, terencana dan tiba-tiba, lalu menunggu dan direlakan. Earl menemukan energi berbeda dari keduanya, dan Earl ingin mengetahui sebenarnya di sisi mana seharusnya dia memposisikan dirinya.

Winona mendorong pelan tubuh Earl, melepaskan ciumannya. Jujur saja, dia tidak menduga jika Earl akan melakukannya secepat ini. Manusia di hadapannya ini sudah cukup menyebalkan karena sikap dinginnya, dan Winona pikir dia akan bertahan lebih lama, tapi ternyata pertahanannya tidak sekuat itu.

"Kau tunggu di ruang tengah, aku akan membuatkanmu minuman," ujar Winona tanpa menatap ke arah matanya.

"Baiklah." Earl mengelus kedua lengan Winona sebelum akhirnya pergi meninggalkannya.

Winona menggigit bibirnya, dia tidak bisa bertahan jika perlakuan simpel yang selalu Earl lakukan selalu berhasil membuatnya menjerit di dalam hatinya.

Kemudian di ruang tengah, Earl tidak terlihat canggung. Dia bahkan melihat-lihat beberapa foto yang di pajang Winona di atas nakas, dan foto yang menarik perhatiannya adalah foto Winona bersama Zedka dan juga Aleph. Earl tersenyum tipis, mengingat sampai hari ini bahwa Winona belum menyadari siapa dia sebenarnya.

"Aku tidak tahu apa yang kau suka, jadi aku bawa semua minuman yang aku punya dari dalam lemari pendingin."

Earl menoleh, kemudian dia menghampiri Winona dan mengambil nampan dari tangannya, membantunya meletakkannya di atas meja.

"Kenapa kau tidak bertanya?" tanya Earl.

"Karena aku ingin kau memilih salah satunya sendiri."

Earl tertegun, lalu Winona hanya tersenyum dan kemudian duduk di sofa.

"Aku akan pilih cokelat malt kalau begitu." Earl tidak mau terhanyut dalam kebimbangannya.

Dia kemudian mengambil cokelat malt dalam ukuran kecil itu, lantas dia duduk bergabung bersama Winona yang tengah tersenyum sedikit mencurigakan.

"Ada sesuatu di wajahku?" tanya Earl, kemudian dia beralih fokus membuka kotaknya.

"Tidak, hanya saja aku masih merasa tidak percaya bahwa kau datang kemari."

Earl tidak menanggapi dan meminum cokelat maltnya. Sehingga Winona sedikit duduk bergeser mempersempit jarak, kemudian sudut mata Earl pun melirik padanya.

"Dan kau tahu, aku senang karena kau memilih cokelat malt karena itu adalah minuman yang aku suka."

Earl terdiam, dia menoleh ke arah Winona yang masih mengumbar senyum.

"Harusnya aku ambil bir saja tadi," timpal Earl.

"Yak!" Winona bersiap meninjunya, tapi Earl malah merebahkan tubuhnya ke belakang.

Winona lantas mencebik dan menatapnya sinis. "Jadi, kau berencana tidak akan pulang malam ini?"

Earl terdiam.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Winona penasaran.

"Banyak hal."

"Dan kau datang kemari berharap aku bisa membantumu?"

Falling In Love With Prince Of WalingtonWhere stories live. Discover now