8 - Memainkan Emosi

774 164 133
                                    

"Selamat pagi Babygirl."

Matteo sedari tadi sudah duduk di ruang tengah, dengan ipad di tangannya tengah memeriksa pekerjaan sambil menunggu Winona keluar dari kamarnya.

"Selamat pagi Papi." Winona berjalan ke arah Matteo kemudian memeluknya dengan nyaman. Pagi yang indah, yang amat jarang terjadi di antara keduanya.

"Kau terlihat lesu." Matteo menaruh ipadnya, dan memeriksa keadaan putrinya.

"Ini hari pertamaku Papi," keluh Winona.

"Oh, sial!" Matteo langsung bergeser, sehingga membuat Winona hampir terjatuh ke lantai.

"Ck, awas saja. Aku akan merusak harimu!" Ancam Winona.

"Jangan bicara seperti itu. Papi akan memasak sarapan untukmu." Matteo lantas bangkit berdiri, namun saat dia akan melangkah pergi, kaki Winona di angkat tinggi menghadangnya.

"Tidak ada yang bisa dimasak, kita sarapan di luar saja," ucap. Winona.

"Ah kau benar, kau baru kembali. Ya sudah, segera bersiap." Matteo mendorong kaki putrinya itu.

Bukannya langsung beranjak dari tempatnya, Winona malah semakin menyamankan posisinya di sofa. Dia lapar, dia ingin sarapan tapi dia malas bergerak.

"Cepat! Papi juga harus pergi ke markas Phoenix, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."

Winona lantas tertegun sesaat, "dari semua klub sepak bola, kenapa harus Phoenix?" tanyanya.

"Maksudmu kenapa aku membeli mereka?"

Winona mengangguk.

"Phoenix klub yang sebenarnya dari segi kualitas pemain tidak terlalu buruk, hanya saja manajemennya yang asal-asalan. Sedangkan kita tahu bahwa sepak bola bukan hanya soal permainan di lapangan saja, tapi juga permainan di belakang layar. Dan Papi memilihnya berdasarkan perhitungan yang tepat, klub ini masih bisa diselamatkan tanpa perlu mengeluarkan ongkos yang terlalu banyak, meski itu tak akan mudah."

"Jika soal manajemen, kenapa Papi masih mempertahankan DOF dan manager mereka? Mereka bisa disebut kunci dari kesuksesan selain dari pemain itu sendiri yang bisa bermain dengan baik atau tidak."

"Kau benar, masalahnya aku perlu mengamati sejauh mana mereka mengurusi persoalan di dalam klub. Sebab, aku sendiri sudah mengantongi banyak nama untuk menjadi perombak klub ini."

Matteo lantas mengulurkan tangannya ke arah Winona, dan Winona menyambutnya hingga dia dibantu untuk bangkit dari sofa.

"Papi sudah mengeluarkan banyak uang, jika sampai rugi kau tahu sendiri apa yang akan terjadi."

Winona lantas tertawa sambil melangkah pergi, "Mami akan menjual sebagian saham Papi untuk mengganti kerugian itu."

"Nah itu, ibumu pasti akan membuatku jatuh miskin."

----

"Sebenarnya pemasukan terbesar dari sepak bola adalah hak siar. Jadi, fokus utama Papi adalah bagaimana caranya mencuri atensi dari penonton dalam setiap laga."

"Bukankah tiket pertandingan juga termasuk? Dalam sekali pertandingan mungkin bisa mencapai puluhan juta pounds, benar kan?"

Matteo dan Winona asik berdiskusi ketika menyantap sarapan mereka, di sebuah restoran yang tidak terlalu jauh dari flat Winona. Hal seperti ini sudah biasa mereka lakukan, apapun akan dibahas ketika sedang makan bersama.

"Ya, tapi itu tidak akan terjadi kepada Phoenix. Klub kita bukan termasuk yang memiliki fans banyak dan loyal. Kesempatan untuk bermain dengan klub besar seperti Belamy, Chaser, atau yang masuk dalam jajaran bigsix sangat sulit kita dapatkan, karena ya belum apa-apa sudah tersingkir lebih dulu. Tapi, jika ada kesempatan maka di sanalah waktunya kita mencuri atensi."

Falling In Love With Prince Of WalingtonWhere stories live. Discover now