22 - Percikan Api (2)

803 106 31
                                    

Mili melirik ke arah Earl yang berdiri tanpa ekspresi. Sesungguhnya dia sedikit kesal karena kedatangan anak pemilik klub Phoenix ternyata tidak sesuai ekspektasinya. Benar-benar tidak terduga, bagaimana bisa wanita gila ini bisa menjadi anak pemilik klub Phoenix?

"Apa aku tidak dipersilakan untuk masuk?"

Mili membutuhkan beberapa detik untuk bisa memutuskan Winona diperbolehkan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kediamannya. Ya, dia tidak cukup waspada dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aku punya pengalaman buruk dengannya," bisik Mili kepada Earl saat mereka berjalan di belakang Winona.

Earl tentu saja mengerutkan dahinya. Dia bahkan memperlambat langkahnya saat bisa mencerna apa yang dikatakan Mili dengan gerak-gerik Winona.

"Kalian pernah bertemu sebelumnya?" tanya Earl dengan wajah menegang.

"Ya, kami tidak sengaja bertemu di pusat perbelanjaan. Saat itu dia menegurku karena aku bersikap buruk pada temanku yang ternyata temannya," jawab Winona seraya menelisik seisi ruangan.

"Dia wanita menyebalkan itu, aku pernah menceritakannya padamu," bisik Mili.

Winona menoleh ke arah mereka berdua. Ditatapnya kedua sejoli itu. Serasi! Tinggi Mili hanya sampai pada dada Earl, dia begitu kecil disampingnya. Mili cukup cantik di mata Winona, khas orang Asia yang tampak begitu muda dan menggemaskan. Sangat kontras dengannya, tentunya dengan penampilannya yang pembawaannya cukup dewasa.

"Kau mau minum sesuatu? Aku akan membuatkannya untukmu," tawar Mili.

"Kau sedang sakit. Duduklah, aku rasa Earl yang harus membuatkan minuman untuk kita berdua."

Earl cukup terkejut, tapi Winona dengan mengangkat sebelah alisnya mengisyaratkan Earl untuk segera pergi dari sana. Earl sedikit kesal, tapi kemudian dia pun segera pergi ke dapur. Dan tingkahnya itu tentu saja membuat Mili terkejut, pasalnya sejak kapan Earl tunduk kepada orang lain selain dirinya?

Mili mulai menaruh curiga, dia menyadari bahwa hubungan Earl dan Winona sepertinya tidak sebatas dalam urusan bisnis.

"Maaf, aku tak membawa buah tangan untukmu. Di perjalanan ada hal yang membuatku kesal hingga tak terpikirkan ke sana," ucap Winona dengan santai. "Aku diperbolehkan untuk duduk?" lanjutnya bertanya, namun dia sudah mendaratkan bokongnya di sofa.

"Kau sudah melakukannya," balas Mili sedikit mencibir, dan dia pun bergabung bersama Winona.

"Ya, rumahmu cukup nyaman. Aku menyukai interiornya. Tapi kau tak punya foto keluarga?"

Mili lantas tersenyum getir seraya menahan kesal atas kelancangan ucapan dari Winona.

"Kau begitu teliti."

"Ya, biasanya foto keluarga selalu digantung menjadi pusat perhatian di ruangan. Tapi tak ada apapun selain lukisan surealisme. Sepertinya kau atau anggota keluargamu menyukai karya seni semacam itu." tunjuk Winona ke salah satu lukisan.

"Apa kau hobi mengomentari apapun?"

"Tidak! Aku bahkan terkesan tak peduli dengan apapun yang tak aku sukai. Tapi kali ini berbeda." Winona tersenyum memberi isyarat.

Mili mengerutkan dahinya, dia tidak menangkap isyarat itu sepenuhnya. Dan kemudian Earl datang membawa nampan berisi minuman dan camilan.

Kedatangan Earl menarik rasa penasaran Mili. Dia menoleh ke arah Winona yang tengah menatap dengan lekat kekasihnya itu. Sehingga dia memiliki sedikit kesimpulan.

"Sebelumnya tak ada orang dari klub yang peduli denganku. Meski dulu aku pun sama, anak dari pemilik klub Phoenix," ucap Mili yang sengaja melempar umpan.

Winona menoleh padanya, tapi kemudian dia melirik sekilas kepada Earl yang memilih duduk berjauhan dengan mereka, dan itu melukai perasaannya.

"Kau beruntung karena aku peduli," jawab Winona.

Mili lantas tertawa. "Apa aku harus senang mendengarnya?"

Winona menyeringai licik..



Lanjutannya bisa kalian baca, di Karyakarsa link ada di wall yaa..

Atau nama akun tetap sama disana, PJOAH..

Falling In Love With Prince Of WalingtonWhere stories live. Discover now