20 - Omong kosong

768 149 104
                                    

Winona menggebrak meja kerjanya karena dia sudah benar-benar kesal. Pasalnya dua pria menyebalkan itu terus saja menguji kesabarannya. Pertama, sang CEO terus meremehkannya dengan selalu memberi komentar atas semua pekerjaannya, dan tidak merasa puas. Sedangkan Earl, dia terus saja menghindar untuk bertemu dengannya karena alasan sibuk latihan dan pulang latihan pun harus menemani Mili yang sedang sakit.

"Mereka benar-benar brengsek! Mereka pikir bisa meremehkanku begitu saja?" Diremasnya kertas di tangannya, lalu dia melemparkannya ke dalam tempat sampah.

"Winona! Jayden memintamu ke ruangannya," ucap Thalia saat dia berjalan dari ruangan Jayden.

"Oh Tuhan, apa lagi sekarang?" Winona mengeluh dengan wajah yang terlihat sudah jengah.

"Bertahanlah, kau hanya perlu 6 bulan berada di sini." Thalia mencoba menyemangatinya, karena dia tahu bahwa sudah hampir seminggu ini Winona menjadi bulan-bulanan CEO mereka.

Winona pun berjalan masuk ke dalam ruangan Jayden. Pria itu tampak sibuk dengan beberapa berkas yang sedang dia baca. Bahkan kehadiran Winona pun diabaikan beberapa saat, sampai akhirnya setelah Winona berdiri selama lima menit di hadapannya, Jayden baru mendongak menatapnya.

"Apa kau tahu jika Phoenix menginginkan sponsor dari Jr. Corp?"

Winona mengerutkan dahinya.

"Sudah banyak klub sepak bola yang mengajak kerjasama, tapi aku tidak pernah berpikir bahwa klub tidak populer seperti Phoenix berani menawarkan diri."

Winona memilih diam tidak menanggapi.

"Kau tahu? Anak dari Dean Walington bermain di klub itu. Dia juga tetanggaku yang paling baik. Jika aku ikut menerima kerjasama ini, artinya aku akan berada di tengah-tengah peperangan."

"Maksudnya?"

Jayden lantas tertawa. Dia menutup berkas di hadapannya, lalu dia bersandar di kursi menatap Winona dengan serius.

"Apa kau tahu beberapa karakter putri disney?" tanyanya tiba-tiba.

"Ya, tapi--"

"Anak sahabatku sedang berulang tahun, jadi tolong temani aku membeli hadiah untuknya."

Jayden lantas bangkit berdiri, lalu dia meraih jas yang dia gantungkan di tempatnya. Dia sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Winona berbicara. Gerakannya begitu cepat sampai sudah berjalan menuju pintu ruangan.

Winona pun mengikutinya, disambarnya tas di atas meja kerjanya lalu ia bergegas menyusul Jayden ke arah lift sambil beradu tatap penuh isyarat dengan Thalia. Seniornya itu seolah memberi peringatan bahwa bekerja di luar kantor bersama Jayden tidaklah mudah.

Dan benar saja, baru saja mereka keluar dari gedung perkantoran itu, Jayden langsung mengomel karena rupanya turun hujan.

"Bisakah dalam seminggu London tidak diguyur hujan? Aku menyukai kota ini kecuali dengan hujannya. Apa kau setuju denganku?"

Winona mengerutkan dahinya, pertanyaan itu terlalu spontan.

"Kau datang dari Dubai, di sana selalu panas berbeda dengan di sini, di mana kau harus selalu terbiasa dengan jalanan yang basah."

"Tetapi aku selalu menggunakan mobil, aku sama sekali tidak terganggu," timpal Winona cuek.

Jayden lantas tertawa, dia mengangguk dan baru tersadar bahwa yang sedang dia ajak bicara bukan semata-mata sekretaris pribadinya, melainkan putri tunggal dari keluarga super kaya raya.

Mobil miliknya pun menepi di hadapan mereka. Petugas membukakan pintu, kemudian Jayden masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Winona.

"Di mana tempat aku bisa membeli bermacam benda yang bertema Disney?" tanya Jayden.

Falling In Love With Prince Of WalingtonWhere stories live. Discover now