3 - Flirting

784 149 87
                                    

Winona yang tidak terima diabaikan begitu saja oleh Earl, akhirnya mengikuti ke mana Earl pergi. Dia kembali harus memecah kerumunan agar tidak kehilangan jejak pria itu. Kemudian langkahnya terhenti tepat di ambang pintu menuju balkon, di mana kini Earl tengah berbicara serius dengan seseorang lewat sambungan telepon.

"Aku tahu, tapi bisakah kau mengerti posisiku sekarang? Waktunya tak akan sempat karena sudah mau masuk musim pertandingan dan aku harus kembali ke camp untuk latihan. Jadi tolong mengertilah!"

Winona mengernyitkan dahinya. Dia cukup jelas mendengar apa yang Earl ucapkan, dan kemudian muncul prasanka dalam benaknya. "Dia seorang atlet?"

Winona menilai penampilan Earl yang berdiri membelakanginya dari kepala hingga kaki. Badannya memang lumayan tinggi, bahunya lebar dan tegap, lengannya juga berotot.

"Dia atlet renang?" gumam Winona.

"Mili, sayang. Tolong jangan membuat keputusan sepihak seperti itu--hallo? Mili? Mili? Sial!" Earl tampak terlihat frustrasi.

Winona menggelengkan kepalanya, dia menatap Earl dengan iba lalu menghela napas panjang.

"Hampir saja aku mengejar pecundang," cibir Winona seraya pergi meninggalkan Earl.

"Ternyata kau di sini?"

Langkah Winona lantas terhenti ketika tiba-tiba Sanice muncul di hadapannya.

"Minggir! Aku sudah tidak peduli kau mau bersama Asad atau Mustafa atau Pangeran Dubai lainnya. Silakan kau ambil semua, dan jangan pernah berpikir kalau aku adalah sainganmu karena maaf, level kita terlalu jauh." Winona melangkah pergi, tapi Sanice segera menarik lengannya hingga dia kembali pada posisinya berdiri tadi.

"Jadi begini caramu mengaku kalah dariku?"

"Ini adalah caraku menghindari pertikaian dengan orang bodoh yang hanya membuang-buang waktu."

"Membuang-buang waktu?" Sanice lantas tertawa. "Lalu untuk apa kau datang kemari? Setahuku sang putri tengah mendapat hukuman untuk tidak keluar dari rumah dalam sebulan." Sanice tersenyum mengejek.

"Asad sialan!" batin Winona.

"Kau pasti kabur dari rumah, demi menemui kami di sini. Benar bukan? Bagaimana rasanya? Kau pasti merasa kesal karena Asad kekasihmu itu ternyata tidak setia padamu."

Winona tersenyum, namun giginya menggertak menahan rasa kesal.

"Kau salah, aku tidak datang kemari untuk menemui kalian. Tapi aku datang kemari untuk menemui seseorang." Winona mencoba mempertahankan harga dirinya.

Sanice menggelengkan kepalanya, dia tahu bahwa Winona sedang berbohong dan dia akan terus menyerangnya hingga kemarahannya terbalaskan.

"Simpan alibimu! Percuma Winona, temanmu Fresca tak bisa menjaga mulutnya yang lancang itu, dan sekarang dia sedang berdebat dengan Asad di bawah demi membela harga dirimu."

Winona sudah tidak tahan, dia mengepalkan tangannya dan sudah bersiap akan memukul Sanice. Tapi, saat dia tak sengaja melirik pantulan pria jangkung itu di cermin, Winona langsung berbalik.

"Earl!" panggilnya tanpa pikir panjang.

Earl tentu saja terkejut. Dia dalam posisi berjalan lemas, pikiran gamang, kemudian namanya dipanggil oleh seseorang yang jaraknya tak jauh darinya. Tentu saja dia langsung mengerutkan dahinya ketika tahu siapa yang memanggil namanya.

"Kau sudah selesai bicara dengan temanmu?" Winona bertanya kepada Earl dengan senyum yang tercetak begitu cerah di wajahnya.

Earl mengangguk singkat, lantas dia berniat pergi dari sana sebelum akhirnya tangan Winona melingkar di lengannya.

Falling In Love With Prince Of WalingtonWhere stories live. Discover now