7 - Hampir Gila

741 157 56
                                    

Pembahasan yang tidak ada habisnya mengenai urusan sepak bola ini lama-lama membuat Winona bosan. Dia ingin keluar untuk sekedar mencari angin, tetapi Fresca tidak membalas pesannya sedari tadi. Dia terlihat sibuk mengobrol dengan Leonard sampai tidak mengecek ponselnya.

"Aku ijin ke toilet." Earl tiba-tiba ijin ke toilet, dan ketika dia bangkit dari kursinya, mata mereka saling bertemu.

Winona langsung membuang muka, dan menyambar wine di gelasnya. Entah apa yang dia pikirkan sekarang, tapi dia harus melakukannya.

"Aku juga ijin ke toilet," ucapnya.

Seketika Matteo menghentikan obrolannya, dan menatap Winona dengan serius. "Toilet?"

Winona mengangguk, kemudian dia menunjukkan ponselnya ke arah Matteo dan setelah itu dia beranjak pergi dari sana. Dan ketika dia berjalan melewati meja Fresca, dua orang itu saling beradu pandang dengan maksud hanya mereka yang tahu. Namun sebelum ayahnya mulai menaruh curiga, dia harus segera menghentikannya. Jadi, Winona segera mengirimkan pesan kepada ayahnya itu.

<Aku bosan, Papi cepat selesaikan pembicaraan kalian atau aku dan Fresca pulang lebih dulu>

"Kau mengikutiku?"

Winona mendongak, mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya menatap ke arah Earl yang berdiri di hadapannya.

"Kau terlalu percaya diri, tapi sedang apa kau berdiri di dekat toilet wanita? Dasar mesum!"

"Aku--"

Earl tidak melanjutkan perkataannya karena Winona langsung masuk ke dalam toilet. Namun Winona masuk ke dalam toilet bukan karena ingin, tapi tak ada pilihan lain dari pada kecurigaan Earl itu memang terbukti. Ya, dia memang sengaja mengikuti Earl.

Winona menggigit bibirnya, menahan sedikit rasa paniknya, lalu melangkah ke hadapan cermin mematut penampilannya. Buruk!
Namun satu hal yang Winona baru sadari adalah, hilangnya rasa percaya diri yang dia miliki ketika pria yang menarik perhatiannya ternyata tidak terlalu serius menanggapinya. Jadi bisa dibilang ego, harga diri, dan rasa percaya diri itu sendiri seketika menghilang. Apa yang dia inginkan, ucapkan, tidak semudah itu untuk dilakukan.

Winona lantas mengibaskan rambutnya yang panjang dan tebal itu sambil tersenyum. "Otak, ayo kembali menggila dan hati, tolong jangan ikut campur!"

Setelah itu dia keluar dari toilet, dan baru saja melangkahkan kakinya keluar dia sudah hampir terjatuh karena Earl rupanya masih berdiri di depan toilet.

"Yak, kenapa kau tidak pergi?!"

"Aku bosan duduk di sana, jadi aku berdiri di sini."

Winona mengernyitkan dahinya tak mengerti dengan cara berpikir Earl. Setidaknya berdiri di tempat lain juga bisa, kenapa harus di depan toilet juga?

"Ah, kau yakin hanya bosan? Bukan karena sedang menungguku?"

Earl menautkan alisnya, dia melangkah mundur menatap Winona lantas menyeringai.

"Berhenti menatapku dengan tatapan seperti itu? Apa kau tidak sadar bahwa kau memiliki raut wajah yang tampak dingin?"

Earl menaikkan sebelah alisnya.

"Wajahmu cocok dijadikan peran untuk tokoh antagonis. Atau jangan-jangan kau memang memiliki karakter jahat, licik, dan seenaknya seperti itu?"

Earl memutar matanya, kemudian melangkah pergi meninggalkan Winona yang tak berhenti mengoceh.

"Aish, dasar menyebalkan!" Winona mencibirnya kemudian dia berjalan mengikutinya di belakang.

Namun langkah Winona langsung berhenti ketika menyadari bahwa Earl tidak berjalan menuju meja mereka, melainkan menaiki tangga menuju lantai dua. Dan Earl yang tersadar bahwa Winona tidak mengikutinya lagi lantas berhenti melangkah kemudian menoleh ke belakang, sosok itu tidak ada di sana dan dia menoleh ke bawah di mana Winona tengah menatapnya dalam diam.

Falling In Love With Prince Of WalingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang