15 - Bibit Konflik

708 177 146
                                    

(18+)

Earl masih terus memikirkan perkataan Winona tadi. Dia pun merasa resah dan mulai sedikit curiga dengan sikap Winona. Jika Winona merasa dirinya sulit ditebak, maka kini Earl pun merasakan hal yang sama. Apa sebenarnya niatan awal Winona mendekatinya?

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Winona yang merangkak naik ke atas tempat tidurnya.

"Kau!"

Winona lantas tersenyum kemudian dengan spontan Earl merentangkan tangannya, dan menjadikannya alas tidur untuk Winona.

"Andai saja saat di Dubai kau tak jual mahal padaku, mungkin ceritanya akan berbeda." Winona menyamankan posisinya dan meringkuk dalam pelukan Earl.

Earl mengusap punggung Winona dan mata Winona mulai terasa berat.

"Aku sangat terkejut ketika kau tiba-tiba muncul di markas Phoenix. Aku pikir kita tidak akan pernah bertemu lagi."

"Kenapa? Kau berharap kita tidak perlu bertemu lagi?"

"Ya, aku rasa akan merepotkan jika kita bertemu lagi."

Winona lantas tertawa, "dan dugaanmu ternyata terbukti. Bukankah aku cukup merepotkan?"

"Aku tidak bisa mengelak."

"Bahkan aku belum melakukan apapun."

"Sejauh mana kau akan melakukan sesuatu yang gila?" tantang Earl.

Winona mengeratkan pelukannya kepada Earl. "Masih dalam batas wajar."

"Seperti apa yang Fresca katakan tadi?"

Winona lantas mendongak, dia menatap Earl yang menatapnya cukup serius. Winona pun tersenyum getir, dia tahu sebesar apa rasa khawatir yang Earl rasakan sekarang.

"Aku tidak akan menyentuh kekasihmu, kau tenang saja." Winona pun melepas pelukannya dari Earl, lantas dia berbalik dan meraih ponselnya di atas nakas.

Dia tahu batasan untuk tidak merendahkan harga dirinya di depan Earl. Meski dia menyukainya bukan berarti dia akan benar-benar jatuh dalam pesonanya.

"Sebenernya aku merasa bersalah padanya," ucap Earl.

Winona yang sedang menggulir layar ponselnya lantas terhenti.

"Mili tidak pantas--"

"Kau bisa pergi menemuinya sekarang juga, jika kau merasa bersalah padanya. Pergilah dan minta maaf padanya." Winona berkata dengan tegas tanpa menoleh ke arah Earl. Kemudian dia kembali memainkan ponselnya.

"Bukan itu maksudku," dalih Earl.

Winona menghela napas jengah, dia menoleh ke arah Earl yang menatapnya dengan sendu.

"Lalu apa? Jika kau ingin pergi menemuinya, aku tak punya hak untuk melarangmu sayang. Kau bisa pergi sesuka hatimu."

Ucapan Winona semakin membuat Earl curiga padanya. Dia begitu penasaran dengan apa yang Winona rasakan terhadapnya.

"Kau bilang aku akan sulit melarikan diri. Lalu apa secepat ini kau akan melepasku?"

Winona menyeringai. "Siapa yang berniat melepaskanmu, Earl?"

Earl terdiam.

"Tadi saat makan malam kau marah karena aku membahas soal Mili, lalu untuk apa sekarang kau mengkhawatirkannya?"

"Itu--"

Winona meletakkan telunjuknya di bibir Earl, dengan senyum di wajahnya. "Tutup mulutmu atau kau pergi dari hadapanku sekarang juga!" ucapnya pelan dengan intonasi mengancam.

Falling In Love With Prince Of WalingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang