13 - Hesitation

737 152 154
                                    

"Akhirnya sampai juga," ucap Mili girang.

Earl menatap Mili yang tengah merapikan penampilannya. Sudah hampir dua tahun mereka bersama, tidak ada yang berubah darinya, masih begitu cantik dan selalu ceria.

"Ah menyebalkan, tas pemberian darimu sedikit tergores karena masalah kemarin." Keluh Mili sambil memeluk tas miliknya.

"Apa yang terjadi?" tanya Earl.

Mili mendesah jengah. "Kemarin aku bertemu dengan wanita super arogan dan menyebalkan di pusat perbelanjaan. Dia menghina temanku seenaknya, padahal temanku bilang bahwa wanita itu yang sejak awal mencari masalah dengan terang-terangan merebut kekasih temanku itu. Karena sikapnya itu, amarahku terpancing dan kemudian aku melemparnya dengan tas ini."

Earl menatapnya datar, tapi Mili tahu apa maksud dari tatapannya itu.

"Aku tak bisa menahan diri, Earl," ucap Mili pelan.

"Kau sudah dewasa, aku sudah tak perlu lagi memberitahumu ini dan itu," timpal Earl cuek.

Jelas itu di luar dugaan Mili, dia pikir Earl akan memarahinya karena sikapnya yang selalu ikut campur urusan orang lain, tapi sekarang kekasihnya itu berubah. Mili tersenyum, dia pikir Earl mulai mencoba mengalah kepadanya.

"Oh iya, nanti jemput aku sepulang bekerja. Aku ingin makan malam denganmu."

"Tapi hari ini jadwalku padat, minggu depan aku sudah memulai liga. Jadi aku ingin pulang cepat dan istirahat." Earl secara halus menolaknya.

"Earl, aku ingin makan malam denganmu dan kau memilih pulang?"

Earl terdiam.

"Ya, kau memang secinta itu dengan sepak bola seolah itu adalah duniamu satu-satunya. Sejak dulu kau selalu begini, mengabaikan aku saat aku butuh dan selalu datang mencariku ketika kau yang butuh padaku."

"Kita sudah sering membahas ini." Earl menimpali.

"Ya, kita selalu membahasnya dan akan berakhir dengan aku yang salah. Aku yang tidak pengertian, bukan begitu?"

Mili yang kesal kemudian keluar dari mobilnya begitu saja, lalu dia mematung di hadapan pintu karena tak ada reaksi sama sekali dari Earl. Lantas dia membuka pintu mobilnya lagi, dengan emosi.

"Kau akan diam saja seperti itu?" pekiknya.

"Apa kau ingin memulai drama di pinggir jalan?" Earl bertanya balik.

Mili langsung membanting pintu dan berjalan pergi dari sana, tapi kemudian Earl menurunkan kaca jendelanya seraya berteriak.

"Mili, kau lupa map kerjamu!"

Mili menoleh sinis, lantas dia berjalan ke arah mobil sambil menjulurkan tangannya.

"Berhenti ceroboh," ucap Earl seraya menyerahkan map miliknya.

"Bukan kalimat itu yang ingin aku dengar, harusnya kau meminta maaf," gerutu Mili.

"Selamat bekerja," ucap Earl, kemudian dia pun menancapkan gasnya, pergi dari sana.

Mili memutar matanya jengah. Dia sudah hampir dua tahun menemani Earl, akan tetapi sifat cueknya itu sudah di luar batas normal baginya. Terkadang, seberapa kuat usahanya, hanya akan berakhir sia-sia. Akan tetapi jika dia diam dan ikut mengabaikannya juga maka Earl akan semakin mendiamkannya. Jadi hanya ada satu alasan yang akan membuat Earl bereaksi, di mana Mili mulai bertingkah dan mengancam untuk memutuskan hubungan mereka, maka di sanalah Earl akan mulai sedikit berusaha untuk mempertahankan hubungan mereka.

"Hai Mili!"

Mili tersenyum ramah saat Sanice berjalan ke arahnya, matanya melirik sekilas ke arah mobil Earl yang sudah melaju pergi, kemudian kembali menatap Mili dengan tatapan curiga.

Falling In Love With Prince Of WalingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang