18

655 162 75
                                    

Earl merasa heran karena Winona terus menatapnya ketika ia sedang mengemudi. Bahkan saat ia menoleh sekilas, tatapan itu tampak begitu sinis padanya.

"Ada apa?" Pertanyaan itupun muncul dari mulutnya.

"Mengapa Jayden menanyakan hal menyangkut pembelian Phoenix padamu?"

"Itu karena--"

"Ayahmu pemilik aslinya?" sela Winona.

Earl mengangguk kecil sembari mengangkat kedua alisnya.

Winona sedikit terkejut tapi kemudian dia menyadari, bahwa sekarang dia mengerti mengapa Earl berada di Phoenix.

"Tapi mengapa pertanyaan yang muncul darinya terkesan mencurigakan?" Winona mulai mengernyitkan dahinya.

"Entahlah. Lagi pula untuk apa kau memikirkannya?"

Winona menoleh ke arah Earl, mereka beradu pandang dan setelah itu Winona pun tersenyum.

"Ya, kau benar. Untuk apa aku memikirkannya? Dalam bisnis apapun bisa terjadi."

"Begitulah, maka dari itu aku tidak terlalu menyukai dunia bisnis karena sulit mendapatkan kepastian jika kita tidak benar-benar menyelam di dalamnya."

"Kau sangat bertolak belakang denganku jika begitu. Bagiku di sanalah instingku dilatih dengan sangat keras. Membaca peluang, membaca pergerakan, dan tentunya membaca pemikiran seseorang."

Earl lantas tersenyum, dia meletakan tangannya di paha Winona dan mengelusnya.

"Jika alasannya untuk melatih insting, maka kalau begitu apa yang aku lakukan sejauh ini? Sebagai penjaga gawang, aku pun melakukan hal yang sama. Aku harus bisa membaca peluang dari tembakan bola ke arah gawang, membaca pergerakan lawan, dan tentunya membaca apa yang mereka pikirkan saat menyerang ke arah gawang."

Winona baru menyadari itu, lantas dia pun tertawa sambil merangkul lengan Earl karena merasa malu sendiri.

"Kau pikir menangkap bola yang tiba-tiba mengarah ke gawang jika tanpa insting, gerakan spontan di mana aku harus berpikir cepat itu bagaimana Winona?" ejeknya.

Winona tertawa semakin kencang, dan Earl pun mengusap wajahnya dengan sayang.

Mereka berdua pada akhirnya tidak terlalu memusingkan pertanyaan dari Jayden. Mereka belum menyadari apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Akhirnya Earl sampai di gedung Jr. Corp. Sebenernya dia tak rela hati untuk berpisah dengan Winona, tapi dia pun sadar bahwa mereka harus mengambil tanggung jawab masing-masing.

"Sampai bertemu besok?" tanya Winona karena malam ini dia yakin Earl tak akan datang berkunjung untuk makan malam bersama.

Earl meraih tangan Winona, diciumnya cukup lama sampai dia meletakkannya di pipi dengan nyaman. "Aku akan sangat merindukanmu."

"Ya, itu risiko yang kau pilih," timpal Winona yang berubah cuek.

"Kau harus sedikit bersabar Winona."

Winona lantas tertawa pelan. "Bukan aku yang harus bersabar, tapi kau yang harus segera mengambil sikap. Terjebak dengan masa lalu, atau pergi bersamaku."

Winona kemudian melepas tangannya dari genggaman Earl. "Aku bukan seseorang yang bisa menunggu dengan tenang Earl, dan aku bisa saja mengambil keputusan sendiri, kapanpun aku mau."

Earl lantas terdiam menatap seringai licik di wajah Winona. Kemudian Winona mengecup bibirnya dan setelah itu dia berlalu pergi meninggalkan mobilnya. Earl lalu menyadari sesuatu, dia lantas terkekeh sambil menatap punggung Winona yang perlahan menjauh, dan hilang dari pandangannya.

Falling In Love With Prince Of WalingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang