14 - Slowly But Not Sure

749 198 90
                                    

Winona menatap Earl dengan serius yang masih terdiam, dia tahu apa yang ada di dalam pikiran pria tampan di hadapannya itu dan lantas kemudian dia pun menyerah. Winona tidak akan mendapatkan jawabannya, kemudian dia pun memeluk Earl dengan erat.

"Baiklah, kau tidak perlu menjawabnya sekarang."

Perkataan Winona justru membuat Earl semakin tidak nyaman. Dia berpikir bawa Winona mungkin sakit hati karena sikapnya itu.

"Aku minta maaf, seharusnya aku tidak mengambil keputusan yang egois seperti ini." Earl membalas pelukannya, dan Winona pun menyeringai.

"Tidak, keputusanmu sudah benar," ucap Winona sambil melepas pelukannya dan melangkah menuju meja riasnya.

Earl masih menatapnya dengan perasaan bersalah, namun Winona tampak begitu santai dan mulai membersihkan riasan di wajahnya.

"Setiap orang memiliki keinginan, dan yang berhak memutuskan boleh atau tidaknya adalah dirinya sendiri. Namun setelah itu tugasmu adalah mengambil tanggung jawab dari apa yang kau inginkan."

Begitulah yang sering Winona pelajari dari apa yang dia lihat di lingkungannya, di dalam keluarga besarnya, terutama bagaimana sang ayah yang selalu berani mengambil semua risiko dari semua keputusan yang dia ambil dalam menjalankan kehidupannya.

"Jika kau menyukaiku, itu hal wajar. Pria mana yang tidak suka padaku?"

Earl berjalan mendekat, lantas dia pun berlutut di samping Winona dan memeluknya begitu saja. Tanpa sepatah kata yang terucap dari mulutnya.

Harusnya sejak awal Winona mengambil sikap seperti ini, maka dia tidak perlu seperti kemarin di mana dia tidak bisa mengendalikan perasaannya dan menunjukkan sikap pecemburunya di hadapan Earl. Ini akan menjadi soal, siapa yang akan dikendalikan oleh siapa, dan jawabannya kini sudah jelas. Winona akan mengambil kendali untuk Earl.

"Aku harus mandi, tubuhku bau keringat Earl." Winona mencoba melepas Earl yang terus memeluknya, akan tetapi Earl malah mendongak menatapnya.

"Apa?" tanya Winona penasaran.

Seringai muncul di wajah Earl dan itu membuat Winona sedikit heran.

"Aku suka cara berpikirmu dan aku merasa lega karena mendapatkan validasi seperti ini." Earl mendekatkan wajahnya, dan seringai licik itu membuat Winona sedikit terkejut.

"Kau tahu bagaimana caranya bermain, dan aku tak perlu ragu lagi untuk menunjukkan apa yang aku inginkan dalam hubungan ini."

Winona memutar matanya, dan dia mulai kesal. Dia telah salah menduga, karena rupanya Earl tidak sepenuhnya diam dengan rasa bersalah. Sebaliknya, pria dingin ini memang sulit ditebak ke mana arah berpikirnya.

"Sekarang kau senang?" tanya Winona.

Earl lantas tertawa, dia kembali memeluk Winona dan menciumi lehernya.

"Kepribadianmu tidak terbaca olehku," ucap Winona kesal.

"Kau akan segera mengenalku dengan baik, aku yakin karena kau berbeda dengan orang lain." Earl melepas pelukannya, lalu dia mengusap pipi Winona dengan lembut. "Beri aku sedikit waktu untuk membuat keputusan," lirihnya tiba-tiba. Memang sudah gila!

"Aku tidak akan memaksa, tapi sekali lagi aku ingatkan bahwa tidak ada lagi jalan keluar." Winona memperingatkannya.

"Aku suka rasa percaya dirimu, ini yang membuatku selalu ingin berlari ke arahmu."

"Tapi kau juga harus ingat sayangku, kau sendiri yang mengatakan bahwa kau akan pergi jika aku yang memintanya. Jadi, jaga sikapmu itu jika kau tidak mau sewaktu-waktu aku mendepakmu dari kehidupanku." Winona mengancamnya, tapi setelah itu keduanya berciuman.

Falling In Love With Prince Of WalingtonWhere stories live. Discover now