10 - Kegelisahan Earl

834 174 67
                                    

Earl masuk ke kamar Zidane, dan temannya yang sedang asik bermain game di ponselnya itu hanya menoleh sekilas ke arahnya.

"Aku pikir kau tak akan datang?"

"Aku selalu menepati janji," Earl lantas merebahkan tubuhnya di atas sofa lalu menyalakan televisi.

"Tadi di depan pintu kau bicara dengan siapa? Perawat?"

Earl tidak menjawab, dia pun lantas merogoh ponsel di saku jaketnya kemudian menyalakannya. Seketika pemberitahuan pesan pun masuk terus berdatangan, namun dari pengirim yang sama. Earl pun mengabaikannya, kemudian dia mengetap papan nomor dan memasukkan nomor Winona yang masih dia ingat. Dia menyimpannya, dengan nama yang jelas. WINONA.

"Earl, sampai hari ini aku belum mendengar kabar dari agensi. Katanya pihak DOF belum punya keputusan final, apa kau tidak mendapatkan bisikan dari trainer?"

"Tadi semua jajaran direksi melakukan pertemuan lagi, dan sepertinya besok Phillipe akan memberikan keputusan finalnya seperti apa."

Meski menjawab pertanyaan dari Zidane, fokus Earl tertuju kepada ponselnya. Menatap nama Winona, dengan ada sedikit niatan untuk mengirim pesan bahwa dia sudah menyimpan nomornya.

"Ah iya, aku membaca keributan di grup chat. Katanya putri pemilik klub kita juga datang ke markas dan dia sangat cantik."

Earl langsung menoleh dengan menautkan alis.

"Ah, aku lupa. Kau kan tidak pernah mau masuk ke grup chat, karena menurutmu terlalu berisik. Tapi apa dia memang secantik itu? Sampai Leonard si pecinta wanita itu pun mengakuinya."

"Leonard?"

"Iya, tapi dia bilang tak berani mendekatinya karena risikonya terlalu besar. Aku rasa dia takut karena dia putri Bos kita. Jika tidak, mungkin dia yang akan maju paling depan."

Earl lantas menyeringai, "tetap saja, dia tak akan bisa mendapatkannya."

Zidane menatapnya curiga, "atau jangan-jangan kau akan maju paling depan?"

"Kau pikir aku bisa melakukannya?"

Zidane lantas tertawa, "aku lupa, kau punya Mili dan bertekad ingin menikahinya. Impian polos anak kecil."

Earl tertegun menatap ke arah lantai. Mengingat Mili, dia pun mencoba meresapi perasaannya yang entah mengapa semakin ke sini malah terasa begitu hambar. Bahkan ketika dia kembali memutar semua kejadian di masa lalu, saat di awal-awal bagaimana dia mulai tertarik kepada kekasihnya itu.

"Umurmu bahkan belum 20 tahun, tapi cara berpikirmu melebihi pria seusiaku. Kau siap mengambil komitmen sedangkan aku yang berusia 24 tahun masih ingin menikmati hobi dan pekerjaanku."

Earl tersenyum tipis.

"Tapi setidaknya aku pernah berhasil sekali membuatmu keluar dari zona nyaman. Kau ingat saat di Dubai? Begitulah cara kita menikmati masa muda, menemukan gadis cantik dan menghabiskan malam yang menyenangkan."

Dan akibatnya, sampai hari ini Earl masih belum bisa menghilangkan perasaan menyenangkan itu. Bahkan pengalaman barunya itu mencoba mengusik pertahanan dirinya.

"Apa kau tidak lelah Earl?"

"Maksudmu?"

"Sudah berapa kali hari ini Mili mengirim pesan?"

Earl tersenyum getir. Semua pemain tahu bawa Earl sudah memiliki kekasih, tapi hanya Zidane yang tahu bagaimana hubungan mereka.

"Atau sudah berapa kali hari ini kau menghubunginya, menerornya dengan panggilan hanya untuk memastikan rasa khawatirmu padanya?"

Falling In Love With Prince Of WalingtonWhere stories live. Discover now