12 - Kesan yang Berbeda

852 168 203
                                    

Earl terbangun dari tidurnya. Dia menatap Winona yang terlelap tidur di sampingnya, dan dia merasa masih tidak percaya bagaimana bisa dia tidur dengan seseorang yang meski dia sudah lama mengenalnya, akan tetapi hanya karena satu momen, dua kali bertemu setelah momen itu, lalu akhirnya dia mengambil keputusan yang gila.

"Sebenarnya apa yang kau pikirkan tentang hubungan ini?" tanya Earl sambil berbisik.

Earl melirik ke arah ponselnya yang berada di ujung sana, dilempar Winona begitu saja di mana ada Mili yang tengah menunggunya. Lantas, Earl bangkit dari tempat tidurnya dengan hati-hati agar tidak membangunkan Winona, kemudian dia berjalan mengambil ponselnya.

Layarnya retak, tapi dia tak masalah. Yang menjadi masalah adalah banyaknya pesan masuk dari Mili, dan dia tak akan berhenti sampai Earl membalasnya. Lantas, dia berjalan masuk ke kamar mandi dan berniat menghubunginya.

Earl berdiri menatap pantulannya di cermin, melihat sosoknya yang begitu tak tahu malu karena telah mempermainkan hati seseorang.

"Halo, Mili."

"Earl, kau dari mana saja?"

"Aku ketiduran. Kau belum tidur?"

"Bagaimana bisa aku tidur dalam keadaan gelisah? Kau kenapa Earl, kenapa semakin hari sikapmu semakin dingin padaku?"

"Aku hanya kelelahan, kau tak perlu cemas. Sekarang tidurlah, ini sudah hampir pagi dan kau harus pergi bekerja."

"Tapi kau sudah berjanji akan mengantarku ke kantor, kau sudah berjanji Earl jadi kau jangan lupa."

"Apa karena itu kau gelisah? Kau takut aku lupa dengan janjiku?"

"Ya, aku takut. Aku takut kau lupa padaku dan meninggalkanku."

Earl menghela napas dalam, dan dia mulai jengah.

"Earl, kau tidak lupa dengan janjimu bukan?"

"Iya, aku tidak lupa. Sekarang kau tidur, aku tidak mau kau sakit."

"Baiklah Earl, aku akan pergi tidur sekarang. Aku mencintaimu."

Earl terdiam sesaat. "Ya, aku juga."

Panggilan terputus, dan Earl berdiri mematung di tempatnya. Apa dia masih mencintai kekasihnya itu?

"Earl?"

Earl terkejut, Winona memanggilnya dan dia pun segera keluar dari kamar mandi. Dia berjalan dengan santai, namun tidak dengan perasaannya.

"Aku pikir kau ke mana." Winona merasa lega.

Tapi kemudian Winona mulai mengamatinya, dan tatapannya tertuju ke arah ponsel yang sedang Earl genggam. Winona sudah bisa menebaknya, dan dia cukup kesal. Lantas, saat Earl menaruh ponselnya ke atas nakas, lalu naik ke tempat tidur, Winona langsung membalikan tubuh, membelakanginya.

Earl tidak menaruh curiga sama sekali dengan  sikap Winona. Dia malah merengkuh tubuh Winona, memeluknya dengan erat dari belakang. Namun lain hal dengan Winona, matanya tidak terpejam, jantungnya berdebar kencang sambil memikirkan segala kemungkinan.

Apa yang Earl lakukan di dalam kamar mandi dengan ponselnya? Apa dia menghubungi Mili? Apa dia mengkhawatirkan hubungan mereka? Atau memang Earl memang masih mencintainya dan Winona hanya sebagai pelariannya saja?

Tunggu, mengapa Winona merasa rendah diri? Dia harus meluruskan posisinya di antara hubungan mereka. Jelas-jelas Winona menginginkan Earl layaknya pangeran dalam khayalannya selama ini sebagai mana pria-pria yang dulu dia dekati. Jika memang dia sudah segila itu, kenapa dia masih saja peduli?

Falling In Love With Prince Of WalingtonWhere stories live. Discover now