1 - Keluarga Winona

1.1K 171 40
                                    

Dubai. UEA.

"Kau pikir, kau cantik? Hanya karena kau anak pemilik Zahir, jangan bersikap seenaknya!" pekikan suara itu terdengar nyaring hingga orang-orang di sekitar melirik ke arah mereka.

"Dia memang cantik, jadi apa masalahmu?"

"Aku? Dia jelas masalahnya, dia menggoda kekasihku karena dia ingin memilikinya!"

"Yak, kau pikir temanku bodoh? Untuk apa dia menggoda laki-laki yang tak ada apa-apanya seperti kekasihmu itu hah?"

Perdebatan ini tak akan pernah ada ujungnya, namun gadis yang duduk di meja bar ini sangat menikmatinya sebagai hiburan. Dia menyesap cola dengan santai, sambil sesekali mengambil potret dua orang perempuan di hadapannya itu.

"Nona, sudah waktunya anda pulang," bisik seorang ajudan.

Gadis itu bernama Winona, keturunan Italia dan Rusia, anak pengusaha kaya raya yang nominal harta kekayaannya tak pernah diketahui oleh publik. Banyak desas-desus menyebar, katanya keluarga Winona yang memiliki kendali kuat atas suplai obat-obatan ke seluruh belahan Negara lain. Jadi bisa dibayangkan, sekaya apa mereka. Maka wajar, jika Winona disebut sebagai salah satu perempuan paling beruntung yang terlahir di dunia, karena dengan kekayaan keluarganya, dia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan.

Winona mendesah pelan, lantas dia bangkit dari kursinya sehingga membuat orang-orang menatap ke arahnya. Tak terkecuali dua orang perempuan yang kini telah menghentikan perdebatan mereka.

"Fresca, aku harus pulang. Apa kau masih mau meladeninya?"

"Yak! Kau perempuan sialan!" sergah Sanice, perempuan yang berdebat dengan Fresca.

Winona kemudian mundur satu langkah, lalu ajudannya datang menghadang Sanice.

"Lihat saja! Aku akan membalas perbuatanmu padaku, aku akan membalasnya!"

Winona menghela napas dalam, kemudian dia memiringkan kepalanya menatap ke arah Sanice.

"Jangan buang energimu untuk laki-laki yang bahkan tergoda dengan perempuan lain. Harusnya kau berterima kasih padaku, karena telah menunjukkan padamu bahwa Mustafa si pangeran tampanmu itu adalah laki-laki murahan."

"Tutup mulutmu! Kau yang menggodanya!"

Winona mengangkat bahunya tak mau tahu, lalu dia memakai kacamata hitamnya dan berlalu pergi dari sana.

Kejadian seperti ini bukan sekali dua kali terjadi, bahkan bisa dianggap terlalu sering mengingat sosok Winona adalah si pembuat onar di lingkungan pertemanan mereka. Jika bicara soal kekayaan, bisa dibilang Winona bergaul dengan orang-orang yang tak jauh berbeda, hanya saja dari segi fisik dan pembawaannya, jelas Winona lebih unggul. Winona memliki rupa yang jauh lebih cantik, dan kecerdasaan di atas rata-rata.

"Sial! Aku ingin sekali menjambak rambutnya," gerutu Fresca saat mereka berdua masuk ke dalam mobil.

"Lalu kenapa tidak kau lakukan? Aku sudah memberimu kesempatan selama 10 menit," timpal Winona. Kemudian mobil melaju pergi.

"Aku ingin segera melakukannya, tapi aku sedikit ragu ketika melihat Sanice yang tidak biasanya semarah itu." Lantas, Fresca menghadapkan tubunya ke arah Winona, dia menatapnya dengan serius.

"Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Kau.. Tidak melakukannya bukan? Kau tidak menggoda Mustafa." Fresca mencoba menemukan jawaban itu dari pupil mata Winona.

Winona tersenyum.

"Yak! Jadi kau sengaja menggodanya?" pekik Fresca emosi.

"Mau bagaimana lagi, dia terlalu tampan untuk aku lewatkan. Lagi pula aku hanya pergi berkencan dengannya dua kali, dan itu pun hanya pergi makan malam. Lalu setelah itu aku tak menghubunginya lagi karena dia membosankan, wawasannya terlalu sempit," tandasnya tanpa merasa berdosa sama sekali.

Falling In Love With Prince Of WalingtonWhere stories live. Discover now