03- STRATEGI

6.4K 559 293
                                    

Malam ini, rintik hujan mengganggu aktivitas para pejalan kaki. Bahkan, hampir semua tempat yang Reval dan Iyan kunjungi dipenuhi oleh pasangan yang sedang ber-malam minggu. Reval tak peduli itu, karena dirinya jomblo.

Sebenarnya banyak yang mau denganya, tapi cowok itu menolak dengan alasan tak menyukai cewek. Semua sahabatnya tertawa saat kejadian, dimana Reval menolak seorang adik kelas yang menembak dirinya di depan banyak orang. Dengan entengnya, Reval menjawab jika dirinya menyukai sesama jenis. Semua dibuat melongo saat Reval mengatakan itu, bahkan Iyan sudah tertawa terpingkal di lantai.

Bisa-bisanya Reval memiliki ide yang tak mereka duga, demi menolak seorang gadis yang membuat dirinya harus mengeluarkan kalimat yang menjijikan baginya.

Reval tak peduli itu, yang terpenting dirinya bisa terbebeas dari situasi menegangkan. Ketampanan cowok itu membuat banyak gadis mendekatinya, bahkan secara terang-terangan mereka menyatakan perasaannya di depan sahabat Reval.

Semua itu sudah menjadi tontonan tersendiri bagi inti Gaztra.

Siapa yang tak terpesona dengan aura Reval? Mata hazel nan tajam itu selalu menjadi titik fokus para kaum hawa. Ditambah, alis tebal dengan bulu mata yang lentik, hidung mancung, bibir yang berisi berwarna pink, dan tubuhnya yang tinggi. Sungguh, semua itu lengkap dalam diri Reval. Hanya saja, masih ada kekurangan dibalik aura tampannya yaitu, sifat dingin Reval tak bisa dicairkan oleh banyaknya gadis yang mendektinya.

Reval membuyarkan lamunanya, saat mendengar bunyi ngik ... ngik ....

Reval menoleh kearah Iyan, terlihat cowok itu sedang memainkan sebuah game. Bentuk yang seperti belahan ketupat membuat Reval mengernyitkan alisnya.

"Lo main apa?"

Iyan mengetuk tubuh belahan ketupat itu dengan cepat. "Pou," jawabnya.

Reval manggut-manggut paham. Ternyata bukan belahan ketupat, melainkan game Pou. Jahat sekali Iyan menyiksanya dengan mengetuk berkali-kali tubuh Pou, membuat suara ngik ngik semakin kencang.

Suasana yang semakin dingin mulai terasa saat gerimis bercampur angin menerpa wajahnya. Reval memasukan tanganya ke dalam saku hoodienya. Perlahan tapi pasti, cowok itu menelisik para pejalan kaki yang nampak terburu-buru untuk mencari tempat berteduh. Bukanya Reval panik, dirinya justru senang menikmati suasana seperti ini. Meski nantinya demam, karena terkena rintikan gerimis.

Reval kembali bersuara. "Jam 8 ke markas. Kasih tau inti Gaztra."

Iyan mengangguk. "Okey."

Reval menikmati malam ini bersama Iyan, karena dirinya bosan berada di rumah. Jarak rumah Reval dan Iyan memang dekat, hal itu memudahkan Iyan selalu menjemput Reval jika cowok itu sedang mager.

Sedangkan Iyan, selalu merasa kesepian. Cowok yang dikenal tengil dan selalu bikin onar, adalah cowok yang memiliki nasib sama dengan Reval. Bedanya, orangtua Iyan selalu mementingkan pekerjaan ketimbang dirinya.

Hal itu selalu Iyan rasakan saat berada di rumah. Inilah alasan mengapa Iyan jarang ada di rumahnya. Ia lebih memilih untuk menginap di basecamp, terkadang ke tempat Reval untuk numpang makan. Padahal dirinya tak kekurangan, tetapi ia ingin hidup hemat agar tidak membebani orangtuanya.

Sama aja, lo udah bebanin Reval:)

Reval bersikap biasa saja. Hal itu sudah menjadi kebiasaan Iyan sejak menginjak bangku SMP. Iyan adalah sahabat terdekat Reval, seringkali cowok itu membuat emosi Reval meluap.

Kejadian dimana saat Iyan di rumah Reval. Cowok itu ngeyel ingin memasak, awalnya Reval menolak. Namun, Iyan memberi kepercayaan yang kuat pada Reval. Membuat Reval pasrah, dan memilih untuk mempersilahkan Iyan memasak. Saat Reval menunggu di ruang tamu, ia mencium bau gosong dari arah dapur. Cowok itu segera berlari, betapa kagetnya Reval saat melihat panci yang sudah mengeluarkan banyak asap.

REVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang