44- EXTRA CHAPTER

2.5K 149 27
                                    

"Asal mula hanya sebuah kata. Jagat tersusun dari kata. Di balik itu hanya ruang kosong dan angin malam."


---

3 Tahun kemudian...

Reval terduduk di jendela kamar sambil menyesap rokoknya. Pandanganya menyiratkan rasa rindu yang amat menggebu. Pikiranya jauh melayang, seakan atma tidak menyatu dengan tubuhnya. Ditambah, angin malam yang membuat pikiranya larut dalam kesepian.

Terhitung sejak 3 tahun kepergian gadis yang ia cintai. Cowok itu menjadi pribadi yang lebih pendiam, bahkan ia tak memikirkan untuk memiliki kekasih. Berulang kali Andreass menasihati putranya itu, tetapi yang diucapkan Reval cukup membuat hati Pria itu tertohok.

Reval akan mengatakan "Buat apa nyari pasangan lagi? Reval takut kejadian itu terulang lagi. Reval udah ngehancurin dua wanita yang Reval sayang. Mamah, sama Zera. Dia pergi gara-gara Reval."

Terlalu larut dalam masalalu nya, membuat ia terus dilanda kegelisahan. Trauma itu akan datang saat nama gadis yang ia cintai disebut.

Ternyata tak mudah untuk membuka hati lagi bagi Reval. Yang selalu ia pikirkan adalah, jika gadisnya itu masih hidup. Ia selalu menganggap jika Zera hanya pergi untuk meneruskan pendidikanya. Tak disangka, Zera memang benar-benar pergi meninggalkanya.

Sangat sakit untuk ia terima.

Reval meneteskan air matanya. Hatinya kembali sakit, bayang-bayang itu terus menghantui dirinya.

Tatapan sendu selalu ia perlihatkan ketika memandang bingkai foto yang terletak di sudut ruangan kamarnya. Cowok itu mengusap pelan foto Zera yang sedang tersenyum sambil memegang arumanis.

"Udah tiga tahun hidup tanpa kamu Ra. Dan semua itu benar-benar hampa, bahkan rasanya aku pengen mati aja Ra," ucapnya dengan suara serak.

"Dunia emang ngga adil Ra. Kenapa ngga aku aja yang mati? Kenapa gadis sebaik kamu pergi lebih dulu, daripada aku yang brengsek ini Ra?"

Mungkin semua itu memang sudah diatur oleh yang Maha Kuasa. Takdir ada ditangan Tuhan. Dan benar, Tuhan lebih menyayangi Zera hingga ia lebih dulu pergi meninggalkanya. Tuhan tak kuat melihat Zera merasakan sakit yang lebih lama di dunia.

"Aku egois ya Ra?" Reval terus mengusap foto Zera sambil tersenyum sendu.

"Saat di dunia aku selalu nyakitin kamu. Tapi disaat kamu ninggalin aku, justru aku ngga mau kamu pergi. Se-brengsek itu Ra aku mau kamu kembali--yang bakalan bikin kamu sakit hati lagi.'

Reval memeluk foto Zera sambil berbaring di kasurnya. Ia menangis sampai dadanya terasa sakit. Hari-harinya selalu hampa, seperti tak ada kehidupan selain dirinya.

"Aku mau ikut kamu aja Ra."

---

Anila pagi berhembus menerpa wajah sendu-nya. Di balik wajah nirmala, tersirat beribu luka. Apakah yang telah memautkan kita selain kata. Seperti darah ketika luka mengungkapnya.

Menatap batu nisan yang berada di depanya.

Ia tersenyum manis. "Halo cantik," sapanya.

Ia mengusap batu nisan itu dengan lembut. Seakan yang berada di depanya ini memang benar-benar mendengarkan ucapan dirinya. Mawar putih menemaninya, ikut menyapa gundukan tanah yang bertabur bunga indah.

"Maaf Ra, baru bisa kesini." Sambil menaburkan bunga itu, Reval menahan isakan.

"Kangen ya? Sampe masuk kedalam mimpi?" kekehnya.

"Aku udah datang Ra, buat kamu."

Saat ini Reval sedang berada di makam Zera.

"Maaf selama tiga tahun ini aku ga pernah ke makam kamu Ra. Terlalu larut dalam kesedihan bikin aku takut buat kesini. Aku takut Ra... "

REVALWhere stories live. Discover now