25- SEBUAH PERASAAN

1.7K 174 16
                                    

•Perasaan memang ngga bisa dipaksakan, but i don't care, im not scared of love•

-Vero

•••


"Gue boleh duduk?" ucapnya.

Zera mengangguk samar, namun pandanganya masih mengarah kedepan.

"Ver, gue harus gimana lagi? Bahkan gue denger dengan telinga gue sendiri." Mata Zera tiba-tiba terasa panas ketika ia mendengar pernyataan dari Reval.

Vero masih tetap diam, pandanganya juga mengarah kedepan. Vero tau semuanya, bodoh jika seorang Vero tak peka dengan keadaan. Secara dirinya adalah orang yang selalu mengerti masalah tentang sahabatnya, apalagi ketuanya.

"Gue juga ga nyangka Reval gitu." Alibinya, jawaban macam apa itu?

"Tapi ini juga bukan sepenuhnya salah dia." Bukanya Vero membela sahabatnya. Namun benar adanya, jika buka Reval-lah yang memulai permainan ini.

"Terus siapa Ver?"

"Lo"

"Kok gue?" Zera menoleh pada Vero, keningnya mengerut. Apakah Vero menyalahkan dirinya? Sedangkan Zera tak berbuat apa-apa.

"Iya lo," jawabnya, lalu menoleh pada Zera. "Salah lo juga ga ngerti mana yang bener-bener suka sama lo dan mana yang cuma mainin lo."

"Sepercaya itu sama Reval? Sampai dia nembak dalam waktu yang dibilang singkat, lo bisa nerima aja?"

"Lo tau dia ga pernah pacaran? Apalagi sama cewe yang baru dia kenal."

Ucapan Vero membuat Zera memaku ditempatnya. Apa yang cowok itu katakan memang benar adanya, bodohnya Zera tak memikirkan itu. Ia telah dibutakan dengan obsesinya.

Obsesi?

Apa jika bukan obsesi? Secara, gadis itulah yang sejak awal selalu mengejar-ngejar Reval. Hingga mereka berpacaran. Namun yang gadis itu dengar tidak sesuai dengan ekspentasinya.

Benar, Reval menjadikanya sebagai bahan taruhan. Ia hanya dijadikan sebagai objek sebuah permainan.

Permainan yang melibatkan perasaan.

Setitik cairan bening menetes dari pelupuk matanya. Memikirkan itu membuat Zera kembali merasa sakit dibuatnya. Ia masih tak menyangka momen-momen sebelumnya yang terasa begitu manis, kini berganti menjadi moment yang begitu pahit.

Pahit untuk dilupakan.

"Perempuan bukan objek untuk disakiti. Kalo lo berani nyakitin apalagi sampe bikin dia nangis sama aja lo brengsek!!" tambahnya lagi.

"Gue sayang sama lo"

"Lo mau jadi pacar gue? Gue bakal lindungin lo."

Ucapan Reval sekilas teringat di benak Zera, gadis itu tertawa miris saat ucapan Reval tak sesuai dengan kenyataanya.

"Nyatanya lo lebih brengsek dari Jordi, Val."

"Lo ga sayang sama gue"

"Lo juga ga ngelindungin gue, lo malah jadi penyebab luka gue semakin dalam," lanjutnya.

Zera sudah terisak ditempatnya, ia tak bisa lagi membendung air matanya.

Vero mendekat pada Zera, lalu ia menyandarkan Zera pada bahunya.

"Sorry Ze," ucapnya yang diangguki Zera.

Vero mengelus pundak Zera untuk menenangkan gadis itu. Ia sebenarnya tak enak jika kejadian ini dilihat oleh sahabatnya, bisa mengira Vero mencari kesempatan dalam kesempitan. Padahal niatnya hanya ingin menenangkan Zera.

REVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang