TIGAPULUH LIMA

42 7 1
                                    


Masih lanjutan, (21+)
Jika tidak suka maka jangan membacanya. Aku sudah memperingati di awal.

-

"Aku mau K-kak"

"Kamu yakin?" Reyna menganggukan kepalanya.

"Aku tidak akan melakukannya jika kau akan menyesali ini"

Cupp

"Banyak tanya"

Raga terkekeh, kini ia kembali melumat bibir ranum itu masih pelan dan masih bisa terkendalikan. Tangan Reyna ia alungkan ke leher Raga, meski dalak lubuk hati Reyna ia sangat takut, namun hati paling kecilnya mengatakan dia akan baik baik saja.

Perlahan namun pasti, ciuman Raga berpindah kelehernya, perih dan geli yang Reyna rasakan, namun Raga masih ingim bermain di area lehernya itu.

"Mmhh"

"Jangan menggigit bibirmu, itu akan berdarah,maka keluarkan saja aku menyukai suaramu"

Bluss, pipi Reyna memerah bagaikan kepiting yang di rebus.

Dengan suasana menegangkan ini bisa bisa nya Raga berkata seperti itu, Tolong Reyna baper sekarang. Rasanya ia ingin menghilang saja. Salahkan saja Reyna yang bapernya suka salah tempat.

Raga kembali menelusupkan wajahnya keceruk leher milik Reyna, tangannya ia masukan ke dalam baju yang Reyna kenakan dan membuka semuanya. Kini mereka berdua sudah full naked, Raga menutupi Tubuhnya dan juga Tubuh Reyna dengan menggunakan selimut tidak lupa ia juga mematikan lampu yang menyala, kini hanya sebuah pancaran bulan yang transparan dan dinginnya angin hujan.

Dan malam ini, sebuah hujan turun dengan derasnya tidak merubah kedua insan yang sedang di mabuk cinta itu, malam di mana Reyna menyerahkan semua yang ia miliki kepada laki-laki yang berada di atasnya. Raga Dirgantara.

Laki-laki yang membuat Reyna takluk dengan semua perintah nya, laki-laki yang membuat nya memohon lagi dan lagi untuk malam ini.

Reyna melenguh saat organisme pertamanya, dengan keringat yang membanjiri pelipisnya meski ace menyala dan jendela terbuka, ia masih merasakan gerah.

Raga dan Reyna menatap satu sama lain. Seperti mata mereka berbicara namun ntah apa yang dibicarakan.

"Kau menyesali ini?" tanya Raga.

Reyna hanya menggelengkan kepalanya, jujur ia tidak berbohong ia tidak menyesal sama sekali, karena dia pikir yang melakukan nya adalah Raga bukan orang lain.

Senyum Raga terbit saat Reyna kembali menyebutkan namanya diiringi lenguhan indah dari bibir itu. Penyatuan mereka belum juga terlepas, Raga tidak ingin terburu buru saat Menyetubuhi Reyna ia ingin mengenang masa masa ini sampai mereka bertemu kembali dan melakukan nya lagi.

"Sakit?"

"Sudah tidak"

"Mau lagi?"

Oh, ayolah Reyna sudah kelelahan namun Raga memintanya lagi dan lagi.

"K-kak" Reyna bersuara dengan deru napas yang masih terengah.

Raga hanya menatap mata itu dengan pasti, "Jika Aku―"

"Shitt" Raga membungkan mulut Reyna, ia sudah tau apa yang akan gadisnya ucapkan.

"Aku akan bertanggung jawab"

"Tapi"

"Kita bisa saja besok menikah"

Bughh.

"Argh, kenapa kau memukulku"

Mata Reyna hanya melengos malas, "Aku harap di perut ini ada dunia setelahnya" ujar Raga mengelus perut rata milik Reyna.

Cute Girl's Where stories live. Discover now