EMPATPULUH DUA

37 3 0
                                    

Setelah kejadian melepas rindu tadi, mereka berdua sekarang sedang terduduk berdua di kasurnya. Dengan Raga yang tidak mau melepaskan rengkuhanya kepada Reyna, dengan alasan tidak mau lagi jauh-jauh darinya.

"Kak Raga nyampe kapan ke Indonesia?" tanya Reyna penasaran.

"Beberapa jam tadi."

"Bunda sama Ayah udah tau?"

"Belum"

"Jadi yang tau sekarang cuma Rey doang?"

"Nggak"

Oke, Sekarang Reyna kesal dengan Raga. Bisa-bisanya dirinya bertanya hanya di acuhkan saja. Di jawab memang iya, tapi laki-laki itu tidak meliriknya sama sekali. Ia hanya pokus dengan ponsel yang ia genggam. Itulah kesalahan Raga yang membuat ia kesal setengah mati.

"Oh!" balasnya.

Raga mengernyit bingung dengan jawabannya, apakah ada yang salah dengan jawaban yang ia jawab? Kemudian ia menghadap ke arah gadisnya "Kenapa?" ia mencoba bertanya.

"Kenapa?" tanyanya sekali lagi.

"Gak!" Reyna menjawabnya dengan hal yang sama bedanya ia sedikit cetus.

"Biasain kalo ada yang ngomong itu hadap orang nya ya?"

"Iya, tapi itu hanya berlaku untuk kamu bukam aku!!"

Saat mendengar itu senyuman Raga terbit, ternyata hanya gara-gara itu gadisnya mendadak menjadi cetus dan gak mood lagi.

"Iya sayang, maafin tadi aku gak sempet liat kamu"

"Gak mau, kesel"

"Kamu mau apa? Ayo jalan-jalan" ajak Raga membujuk.

"Gak mau"

Raga menghela napasnya pelan, "Oke, aku salah. Udah ya jangan gini. Aku gamau di giniin,"

"Oke, asalkan jangan ngulangi lagi"

"Iya sayang."

Rival mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan, dirinya tidak pedulu dengan orang-orang yang memarahinya karena kebut-kebutan di jalan raya. Tidak tau sudah berapa mobil yang ia terabas. Pikiranya cuma satu dan hanya satu yang Rival pikirkan yaitu hanya Shilla.

"Maaf atas kesalahan aku yang dulu, kayaknya kamu udah beneran benci aku ya? Sampai ketemu dan lirik aku aja kamu sudah enggan. Yaudah, aku pergi ya. Perjuangan aku udah selesai. Kamu bahagia terus nantinya, jangan sedih, jika ada masalah larinya jangan ke alkohol, kurangin juga rokoknya. Aku tidak mau kamu kaya gitu terus. Mungkin ini adalah pesan terakhir aku untuk kamu. Udah ya, aku pamit. Aku akan lupain kamu begitupun sebaliknya kamu sekarang. See You, ini terakhir kalinya aku hubungi kamu."

Pesan itu yang selalu terlintas dalam benaknya Rival. Sungguh, ia tidak mau lagi kehilangan Shilla yang kedua kali hanya karena egonya sekarang.

Rival sangat sadar jika dirinya salah sekarang, seharusnya ia tidak bersikap seperti ini pada Shilla. Sekarang Shilla nya sudah capek memperjuangkanya yang tidak ada effort sama sekali.

"Shilla maafin gue!"

Sesampainya di kediaman Shilla, Rival turun daru mobilnya dan mencari satpam di rumah Shilla untuk membuka gerbang nya.

"Pak, tolong buka gerbang nya saya ingin masuk" teriak Rival.

Satpam itu bingung, apakah iya harus membukanya atau tidak. Pasalnya tadi sore dirinya di suruh Shilla untuk jangan ada yang bertemu denganya kecuali keluarga Shilla sendiri.

Cute Girl's Where stories live. Discover now