EMPATPULUH SATU

38 3 0
                                    

Aku merindukanmu dengan sangat, jangan pernah pergi meski itu ke luar negeri sekalipun.

Reyna Atlenta Putri

-

-

Niko, Wahyu dan Rival sedang berkumpul di salah satu cafe tempat mereka nongkrong. Sudah sangat lama mereka tidak merasakan kumpul bareng lagi. Sekarang mereka sedang menunggu Ahmad yang katanya sebentar lagi dia akan kesana.

"Ternyata sifat kalian gak pernah berubah ya" Wahyu berujar demikian.

Rival terkekeh, "Gue sih aman, gak ada yang perlu di ubah."

"Eum, kayaknya yang satu ini deh yang paling banyak berubah nya" ujar Wahyu melirik Niko sambil memegang dagunya dengan wajah di ubah-ubah.

Sedangkan sang empu yang tadinya sedang asik main game pun memberhentikan kegiatanya dan langsung menutup ponselnya.

"Gue masih sama, kalian tenang saja" ujarnya, "Cuma sedikit gak nyangka kita udah pada gede dan ngurusin hidup masing-masing aja."

"Masa iya lo mau jadi kecil terus Nik?" Rival menanggapi ucapan Niko.

Sebenarnya ia juga merasakan apa yang Niko rasakan, ia juga sejujurnya sangat merindukan moment nya di sekolah. Sangat rindu.

"Gakpapa, yang penting kita kumpul lagi bukan?" tanya Wahyu yang di angguki Rival. Sedangkan Niko hanya tersenyum kecut.

Ntah kenapa rasanya hari ini sangat melelahkan untuk Reyna. Padahal dirinya tidak melakukan hal yang berat, misal berolahraga.

Sepertinya tidur siang sebentar akan membantu meringankan lelahnya sekarang.

Ngomong-ngomong Reyna sedang sendirian di rumah, kedua orang tia Raga sedang ada pertemuan penting di luar kota untuk seminggu kedepan. Namun Reyna tidak beneran sendirian, ada satpam dan para pembantu di rumah nya. Namun sangat sepi menurutnya.

Di satu sisi Raga sudah berada di perjalanan menuju mansion keluarga Dirgantara. Ia ingin menemui opa nya terlebih dahulu. Raga sudah tau jika kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah, sebelum pergi mereka memberik pesan jika mereka sedang berada di luar kota untuk meeting penting.

Sedangkan Bram pun sudah mengetahui jika sang cucu nya akan segera datang dan menemuinya sekarang.

Beberapa menit kemudian bell pun terdengar, salah satu pembantu di mansion itu membuka pintu. Sebenarnya pintu utama itu tidak perlu di bukakan karena elastis terbuka sendiri, namun sekarang Raga meminta kakeknya untuk tidak menyalakan pintu itu untuk bisa elastis. Karena jika begitu gagal sudah rahasianya kepada sang oma.

Saat pintu terbuka, sang pembantu pun tercengang dan sedikit membuka mulutnya karena cukup kaget. Ternyata orang yang di hadapanya ini adalah Tuan muda. Raga Dirgantara, cucu sulung nya Bram.

Buru-buru sang pembantupun menyuruh tuan muda untuk masuk kedalam dan menemui sang kakek.

"Oma , Opa" ujar Raga menyapa keduanya. Kemudian ia mendekat ke arah dua orang yang sudah lansia tersebut. Raga memeluk satu persatu orang itu, sungguh ia sangat merindukan omelan dari oma tercintanya. Setelah puas dengan sang oma Raga memutuskan untuk kembali mendekat ke arah Bram yang sedang tersenyum memperhatikan.

"Kamu hebat nak, opa bangga sama kamu"

"Oma sangat senang akhirnya kamu kembali lagi kesini"

"Ah, Raga sangat merindukan Oma" ujar Raga kembali mendekap sang nenek, "Sayang oma banyak banyak!"

Cute Girl's Where stories live. Discover now