Chapter 18

2.4K 441 13
                                    

Junkyu kembali ke ranjang tempat tidurnya, meringkuk sembari memeluk sebuah guling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Junkyu kembali ke ranjang tempat tidurnya, meringkuk sembari memeluk sebuah guling. Dirinya menangis. Menangis karena tak menyangka Junghwan pergi secepat ini, dia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menyelamatkan nyawa Junghwan. Ya meskipun dia tau kondisinya sendiri juga masih lemah.

Namun ia telah menyelamatkan nyawa Junghwan saat masih kecil, dan sekarang ia gagal, gagal untuk pertama kalinya. Dia sudah menganggap Junghwan sebagai adiknya.

"Jadi emang bukan Yoshi yang bunuh Junghwan, tapi ada orang lain!" Jihoon meremat pinggiran sofa dengan kuat, hampir saja kukunya menembus kedalam sofa.

"Kalian percaya kan kalau gue gak bunuh Junghwan?" Tanya Yoshi tiba-tiba sembari menundukkan kepalanya.

"Kalau gue udah pasti percaya," ucap Jihoon pasti.

Lainya juga mengangguk pelan, namun tidak dengan Mashiho dan Junkyu. Mashiho masih menggerutu, masih tidak terima dengan kematian Junghwan, Junkyu juga.

"Selama pembunuh asli belum di temukan, selama itu juga gue masih curiga sama Kak Yoshi!" Mashiho kemudian pergi dari ruang rawat Junkyu, entah kemana dia pergi.

1 jam berlalu, Junkyu masih berada di ranjang nya, tidak bergerak sedikitpun, mungkin dia tidur lagi. Mashiho belum kembali, saat di telfon Jaehyuk tadi Mashiho bilang ia di kamar mandi, menelisik beberapa sudut kamar mandi, berharap menemukan sesuatu disana sebagai petunjuk pembunuh Junghwan, dia berkata tidak ingin di ganggu dan ingin menyelediki ini sendiri saat ini.

"Ambilin gue minum dong,Woo!" Jeongwoo menatap Haruto kesal, Haruto masih sehat tidak sakit, tangan dan kaki juga sehat, mulus juga.

"Ambil sendiri Anj!"

"Kasar banget lo!"

"Ck, yaudah bentar!"

Akhirnya Jeongwoo mau mengambilkan air minum untuk Haruto, hanya 10 langkah saja dari tempatnya duduk tapi Haruto terlalu mager untuk berdiri.

Jeongwoo mengambil 2 gelas yang ada diatas nakas.

"Haduh ini galon kenapa gak pakek pompa elektrik aja sih tinggal tekan doang, ini Napa harus di pompa dulu aksksk menyusahkan!" Jeongwoo menggerutu begitu melihat galon dengan pompa air manual. Dia harus membutuhkan tenaga ekstra untuk sekedar mengambil air dari dalam galon.

Ia kemudian memompa, dan air perlahan mengalir ke gelas nya, setelah setengah penuh, Jeongwoo beralih ke gelas Haruto dan mengisikannya dengan takaran penuh.

"Sekalian saja galonya aja gue kasih aja sama Haruto, kan tuh anak minumnya banyak!" Jeongwoo kembali menggerutu sendirian, kemudian membawa kedua gelas tersebut.

"NIH!" Jeongwoo menyodorkan gelas milik Haruto dengan sedikit kasar, sampai-sampai beberapa tetes airnya mengenai kepala Haruto.

"Santai ngapa anjir!" Haruto menerimanya dengan sedikit rasa sebal, dalam 3 kali tegukan saja air di gelas sudah kosong, Jeongwoo masih meminum sisa air di gelasnya.

Tak sengaja mata Jeongwoo menatap kembali galon air di seberangnya.

"Eh bentar, kok air nya jadi warna oranye?" Gumamnya.

Dia pun berganti melirik Haruto.





















"ASTAGA HARUTO!!!"

.......

Pekikann tersebut membuat semuanya terkejut, terutama Junkyu yang langsung bangun dari tidurnya.

"Kenapa kenapa kenapa??" Tanya Junkyu begitu bangun dari tidurnya.

"Eh paan anjir?!"

Mereka lalu memperhatikan Jeongwoo yang tengah menggoyang-goyangkan tubuh Haruto.

"Haru! Haruto! Bangun!"

Mulut Haruto berbusa, wajahnya membiru dan kemudian hidungnya mengeluarkan darah.

"PANGGIL DOKTER!" Perintah Jeongwoo dengan nada keras, Jihoon lantas berlari keluar dan memanggil dokter.

Setelah 3 menit, dokter akhirnya datang serta menyuruh memindahkan Haruto keatas brangkar dan ia dilarikan ke UGD.

"Haruto kenapa?" Tanya Jihoon.

"Gue gak tau, setelah Haruto minum air dari galon, dia jadi begitu,"jawab Jeongwoo yang masih melihat kearah pintu UGD.

"Tapi, lo kan juga minum air dari galon kan?" Tanya Yedam dan Jeongwoo mengangguk.

"Lah kok yang kek gini cuma Haruto doang? Sedangkan lo baik-baik aja tuh." Jeongwoo melirik kearah Doyoung yang ada di sebelah Jihoon.

"Maksud lo, gue ngeracunin Haruto gitu?" Jeongwoo menatap sinis kearah Doyoung.

"Kan lo yang ngambilin air buat Haruto, bisa aja lo nyampurin sesuatu ke minumanya Haruto kan?" Tuduh Doyoung lagi, Jeongwoo semakin geram, dirinya sudah cukup khawatir dengan keadaan Haruto saat ini dan Doyoung malah menuduhnya.

"Lo tau kak, air di galon warnanya oranye setelah gue ngambil air!"

"Kalau gitu, lo kok gak kenapa-kenapa, sedangkan Haruto sampek kek gitu."

Jeongwoo semakin geram, dirinya mengepalkan tanganya dan beberapa saat akan menghantam wajah Doyoung dengan tinjunya.

"HEH DIEM BISA GAK!"

Jihoon akhrinya berbicara, keduanya terdiam.

"Haruto lagi gelud sama nyawa didalem sana dan lo berdua malah nyerocos, udah siapa siapa yang ngeracunin Haruto ntar aja dibahas, ini pentingin dulu nyawa Haruto!" Mereka terdiam.

"Heh Haruto gimana?" Mashiho tiba-tiba datang dari belakang, ia tadi sudah di ruangan Junkyu, tapi disana hanya ada Junkyu yang mondar-mandir sendirian di depan pintu. Junkyu menceritakan tentang kejadian yang baru saja terjadi, Mashiho terkejut kemudian menyusul ke UGD dan meninggalkan Junkyu sendiri diruanganya lagi.

"Haruto masih di tangani dokter Kak," jawab Jaehyuk.

"Eh gila, dia keracunan air gitu?" Tanya Mashiho.

"Gak tau sih pastinya gimana, tapi setelah Haruto minum air dari galon yang ada di ruang rawat Kak Junkyu, dia jadi begitu.."

"Dan anehnya Jeongwoo yang juga minum air bareng sama Haruto gak ikut keracunan!" Doyoung memotong ucapan Jaehyuk yang sedang menjelaskan kejadian tadi ke Mashiho.

"Apa?!"

"Apa?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
12 Psycopath~Treasure✓TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang