Bab 15

2.6K 336 5
                                    

Tak terasa jika sekarang sudah pukul 12 malam!!!

Banyak anak buah ayahnya yang sudah lelah dan duduk saja, tidak seperti tadi yang sangat ceria dan bersemangat.

Mereka semua kelelahan.

Keiko sudah masuk kedalam kamarnya karena sudah lelah dari awal ahaha tapi dia belum tidur dan duduk di balkon kamar sembari melihat pemandangan malam disana.

Entah kenapa dia selalu teringat dengan ucapan Aiko tadi, semakin terang cahayanya semakin gelap pula bayangannya.

Itu bisa diartikan jika dia tidak menemukan petunjuk apapun karena hilang ingatan pasti jawaban yang dia cari sangat gelap hingga membuatnya sedikit takut seperti sekarang?

Lalu ada seseorang yang masuk kedalam kamarnya disana.

Keiko menoleh kebelakang dan Yuta yang masuk itu, dia berdiri dan berjalan kearah pria itu.

"Siapa yang menyuruhmu masuk?" Ucap Keiko.

"Aku tahu kau belum tertidur jadi aku masuk saja, aku membawa cola" ucap Yuta sembari menunjukkan dua kaleng cola ditangannya itu.

"Duduk disana" ucap Keiko sembari menunjuk kursi yang ada di balkon kamarnya.

Mereka berjalan kearah balkon dan duduk disana. Keiko menerima cola yang dibawa Yuta tadi lalu meminum cola itu bersama-sama.

"Ada apa kau kemari? Ayah sudah datang?" Ucap Keiko.

"Keizo-sama akan datang sebentar lagi. Aku bosan dibawah dan kesini saja" ucap Yuta santai.

"Kau sudah mengenalku bukan?" Ucap Keiko.

Dia yakin itu karena didengar dari nada bicara Yuta yang sangat santai dan bersahabat Yuta padanya.

"Lebih dari itu" ucap Yuta sembari tersenyum.

Huh?

"Apa yang kalian lakukan didalam sana" ucap seseorang yang membuat mereka berdua kaget bukan main.

Mereka menoleh kebelakang dan melihat Keizo yang berdiri diambang pintu dengan wajah yang sangat suram sekali disana.

'Sialan, mati aku' batin Yuta.

"Ayah? Kapan sampai?" Ucap Keiko sembari berjalan menuju ayahnya itu.

"Baru saja" ucap Keizo tanpa mengalihkan pandangannya pada Yuta.

Yuta mendekat kearah mereka dan memberikan bow pada Keizo disana.

"Selamat datang kembali, keizo-sama" ucap Yuta.

"Pergi dari sini" ucap Keizo.

"Hai keizo-sama" ucap Yuta lalu pergi dengan cepat dari sana.

Keiko yang sadar jika ayahnya itu sedikit marah itu langsung memeluk Keizo.

"Kenapa kau kembali lagi secepat itu? Bukankah pekerjaan disana banyak? Ayah hanya membuang-buang tenafa dengan bolak-balik Jepang-Rusia" ucap Keiko.

"Hey, kau ingin aku tetap di Rusia dalam waktu yang lama huh? Agar kau bisa berkeliaran tanpa pengawasan atau berduaan dengan dokter itu?" Ucap Keizo.

"Aku khawatir dengan kesehatanmu! Aku tidak berkeliaran ataupun berduaan dengan Yuta, kami hanya mengobrol saja" ucap Keiko.

Keiko membawa Keizo untuk duduk di sofa besar yang ada didalam kamarnya itu.

"Aku dengar ada insiden tadi, kau baik-baik saja?" Ucap Keizo.

"Ya, mereka menjagaku dengan sangat baik hingga aku tidak terluka sama sekali" ucap Keiko.

"Kau tahu? Jantungku hampir berhenti saat mendengar itu dari Hana" ucap Keizo sembari menghela nafasnya.

Keiko tersenyum mendengar itu.

"Kau khawatir padaku?" Ucap Keiko.

"Terus apa lagi jika bukan itu bodoh?" Ucap Keizo.

Keiko tertawa disana.

"So, kau akan kembali lagi ke Rusia sekarang?" Ucap Keiko.

"Tentu saja tidak, aku sudah menyerahkan semua pekerjaan disana pada Haruto" ucap Keizo.

"Kasihan dia, selalu menjadi tumbal disini" ucap Keiko sembari tertawa.

"Itu sudah tugasnya" ucap Keizo.

Itulah tugas seorang tangan kanan, siap menerima pekerjaan apapun meskipun itu hal terberat sekalipun.

Keiko teringat dengan kertas yang dia temukan di basement mall itu, dia lupa membacanya karena terlalu asyik bersenang-senang dengan semua orang hingga larut seperti ini.

"Ini sudah malam, tidurlah" ucap Keizo sembari berdiri.

Diapun ikut berdiri dan berjalan mengikuti Keizo kearah pintu kamarnya.

"Selamat malam, dad" ucap Keiko.

"Yeah, segera tidur. Besok kita lanjutkan obrolannya" ucap Keizo lalu pergi dari sana.

Keiko menutup pintu dan berjalan kearah kasur besar miliknya itu. Dia merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar dalam diam.

Semua ini membuatnya bingung.

Aiko dan dalang dibalik kejadian kematian ibunya.....

Aiko adalah kawan atau lawan? Itulah yang ingin dia ketahui!

Dia terus bertemu dengan Aiko karena hanya wanita wanita itu satu-satunya orang yang dia perintahkan sebelum kehilangan ingatan seperti sekarang.

Sialnya dia belum ingat apakah Aiko itu memang baik atau sebaliknya.

Dia sangat kesal.

"Aku harus menemukan titik terangnya" ucap Keiko optimis.

Dia membawa kertas yang ada di saku celananya dan melihat kertas itu.

Entah kenapa jantungnya berdegup kencang saat akan membuka kertas itu.

"Sialan, persetan jika ini hanya lelucon" ucap Keiko lalu membuka kertas itu.

Saat sudah membukanya, terlihat beberapa tulisan di kertas itu.

Keiko duduk dan membaca kertas itu dengan seksama. Setelah selesai membaca itu, Keiko tertawa kecil disana. 

"Ancaman?" Ucap Keiko sembari terkekeh.

Keiko berdiri dan berjalan kearah kamar mandi. Dia berdiri tepat didepan kloset dan merobek kertas tadi dan membuangnya kedalam kloset itu.

Isi kertas itu adalah...

Jangan menggali lebih dalam. Kau akan terluka bahkan mati.

"Apapun yang terjadi, aku akan menemukan kebenarannya" ucap Keiko sembari menatap kertas yang mulai menghilang itu.

.

.

.

TBC

Soul TransferWhere stories live. Discover now