Bab 19

2.1K 242 5
                                    

Setelah hari itu, Keiko dan Yuta semakin dekat karena mereka harus berdiskusi dan berpikir disana. Mereka harus menyusun kasus ini dari awal, dari akar-akarnya.

"Yuta kemari lagi?" Ucap Keiko sembari menatap Haruto disana.

"Ya, dia datang dan sedang berbicara dengan Keiko-sama" ucap Haruto.

Keizo menghela nafasnya.

"Kenapa kau begitu tidak suka jika Yuta datang? Bukankah bagus jika dia datang? Keiko jadi memiliki teman berbicara" ucap haruto.

Mendengar itu, Keizo langsung menatap Haruto lagi dengan tatapan sinis. Lebih sinis dari yang tadi.

"Kau tidak tahu karena kau belum memiliki putri sepertiku. Kau tahu ketakutan terbesar seorang ayah jika memiliki seorang gadis? Kau harus memiliki anak dan kau akan merasakan apa yang aku rasakan sekarang" ucap Keizo.

"Kau salah" ucap Haruto.

"Salah apa?" Ucap Keizo yang kesal.

"Aku tidak bisa langsung memiliki anak, aku harus memiliki istri lebih dulu. Bagaimana aku memiliki anak jika tidak mempunyai istri? Siapa yang menampung spermaku dan menjadi bayi nantinya" ucap haruto.

Keizo ingin berbicara lagi tapi dia langsung menutup mulutnya. Haruto melihat bosnya itu sedang memijit pangkal hidungnya.

"Aku salah?" Ucap haruto.

"Tidak, kau tidak salah. Aku yang salah disini, keluarlah" ucap Keizo.

Haruto memberikan bow sebelum pergi dari sana dan pergi. Dia menutup pintu ruang kerja Keizo dengan pelan dan melihat kebawah dari atas lantai dua itu.

Keiko dan Yuta sedang duduk di sofa utama dengan tertawa bersama.

"Benar, Keiko sudah menjadi dewasa" ucap Haruto disana.

Dibawah sana, Keiko sebenarnya sedang berbicara tentang kejadian lucu saat Yuta menjadi dokter untuk keluarga Yamaguchi ini.

Dia pikir apapun yang berhubungan dengan dunia hitam ini akan seram dan mencekam tapi salah, ada kejadian lucu dan kocak juga.

"Kau sudah mengumpulkan semua berkasnya?" Ucap Keiko yang mulai ke topik utama pembicaraan mereka.

"Tentu, semua itu ada didalam sini" ucap Yuta sembari menunjukkan tas hitam berisi berkas-berkas yang dia dapatkan dari kantor polisi dan beberapa tempat lainnya.

Dia harus menyogok pihak polisi untuk membawa berkas ini, dan sogokannya lumayan. Tapi tak apa, uang itu juga dari Keizo ini.

"Berikan padaku" ucap Keiko.

Yuta memberikan tas itu dan Keiko membukaya sedikit disana. Dia langsung terkekeh dan menatap Yuta sembari tersenyum penuh kepuasan disana.

"Bagus, kau cukup hebat untuk mengumpulkan berkas lama ini" ucap Keiko.

"Tentu saja, selain sebagai dokter aku juga pintar dalam hal ini" ucap Yuta.

"Ya, sekarang pulanglah. Ayah akan berpikiran buruk tentangmu dan mungkin akan memberikan hukuman padamu seperti waktu itu jika kau berlama-lama disini" ucap Keiko.

"Ayahmu selalu berpikiran buruk terlebih dahulu" ucap Yuta.

"Maaf, tapi itulah dia" ucap Keiko.

Yuta berdiri dan merapikan jasnya.

"Baiklah, aku pergi. Selanjutnya kita harus pergi ke beberapa tempat untuk menanyai beberapa senior yang sudah pensiun, pasti mereka tahu lebih banyak daripada berkas-berkas ini" ucap Yuta.

"Baiklah, aku menghubungimu lagi nanti. Terimakasih untuk kertas-kertas ini" ucap Keiko sembari tersenyum.

"Sure, aku pergi" ucap Yuta.

Keiko tersenyum dan menundukkan kepalanya lalu menaikkannya lagi. Yuta juga melakukan hal yang sama lalu pergi dari sana.

Saat Keiko akan berbalik, tiba-tiba sudah ada Keizo dibelakangnya itu.

"Shi—"

Dia langsung berhenti bicara saat melihat siapa yang ada dihadapannya itu, tadinya dia ingin mengumpat tapi saat melihat ayahnya dia mengurungkan niatnya untuk itu.

Bisa-bisa dia dihukum.

"Dad, kau mengagetkanku" ucap Keiko.

"Apa itu" ucap Keizo sembari menatap tas yang dipegang Keiko itu.

"Ini? Aku meminta buku kedokteran dari Yuta, aku penasaran dengan ilmu kedokteran" ucap Keiko.

"Kenapa kau meminta padanya? Ayah bisa membelikan mu satu lemari buku itu bahkan langsung memasukkanmu ke jurusan kedokteran" ucap Keizo dengan nada yang terdengar kesal.

"Kenapa marah" ucap Keiko.

"Siapa yang marah? Aku? Aku tidak marah" ucap Keizo.

"Dad, nada suara mu menjelaskan semuanya" ucap Keiko.

Keizo yang sadar langsung berdehem dan menatap Keiko yang sudah menahan tawanya itu.

Astaga, ayahnya itu sungguh menggemaskan.

"Haruskah kita pergi keluar? Berburu atau latihan?" Ucap Keiko.

"Tentu, kau ingin yang mana?" Ucap Keizo.

"Berburu?" Ucap Keiko.

"Pilihan yang bagus, baiklah. Kita pergi ke gunung" ucap Keizo.

Keiko tersenyum dan naik keatas untuk mengganti pakaiannya itu. Sudah lama juga dia tidak berburu bersama ayahnya itu, terkahir kali mungkin beberapa bulan yang lalu.

Keizo akan membawa lumayan banyak orang untuk ke gunung, dia hanya mengantisipasi jika sesuatu terjadi disana nanti.

Keiko menaruh tas dari Yuta dibawah ranjangnya dan memasukannya kedalam sebuah kotak kayu yang dilengkapi dengan gembok.

Hanya dia yang tahu karena itu adalah tempat penyimpanan rahasia miliknya didalam kamarnya.

"Nanti aku akan melihatmu, tapi tunggulah sebentar. Aku akan pergi bersama ayah dan kembali untuk melihat-lihat mu" ucap Keiko sembari menutup kotak kayu itu.

Dia mendorong kotak kayu itu ke bawah ranjang besarnya lagi dan menutupnya dengan seprai yang menjuntai dari atas kasur.

Setelah mengganti bajunya, dia keluar dan pergi bersama Keizo ke gunung tempat biasa mereka berburu.

Ini akan menjadi duet yang sengit.

Karena Keizo dan Keiko sungguh ahli dalam menembak dan biasanya mereka akan bersaing untuk mendapatkan banyak buruan dan menghitungnya.

Jika Keizo kalah maka Keizo harus menuruti permintaan Keiko tapi jika sebaliknya maka Keiko yang harus melakukan itu.

Bukankah mereka menang benar-benar anak dan ayah?

.

.

.

TBC

Soul TransferWhere stories live. Discover now