8

61 7 14
                                    

Pulang dari sekolah, langsung ke kosan adalah tujuan Rivo dan Haikal. Kosan yang sudah mereka cari dari jauh hari, agak terbilang jauh dari sekolah mereka, tapi tidak apa, selama itu tidak memperburuk keadaan mereka. Alat transportasi yang mereka gunakan hanya motor Rivo saja. Sebab tak memungkinkan untuk Haikal membawa mobilnya ke kosan. Rivo sendiri tentu tidak akan masalah karena mereka juga sudah terbiasa berdua. Barang-barang mereka juga sudah diantarkan kemaren sore, hanya tinggal menempatinya saja.

Sesampainya di kos-kosan, Rivo dan Haikal langsung menaiki tangga. Yang mana, kosan itu terdiri dari dua lantai. Lantai bawah untuk perempuan dan lantai atas untuk laki-laki.

Belum juga sampai di jenjang kedua, mereka berdua sudah disambut oleh gadis-gadis kosan bawah. Tidak, lebih tepatnya mereka menyambut Haikal saja. Cukup tahu saja, Rivo itu bukan tipikal laki-laki yang bakalan banyak digemari wanita.

"Anak baru, ya? Namanya siapa?"

"Giilleee, bule bukan, sih? Kulitnya putih amat."

Sudah mulai ada yang bersuara yang membuat Rivo mendengkus tidak suka. Saat kemaren mereka mencari kos-kosan dan mengantar barang ke sana, anak-anak kos yang perempuan memang tidak ada di sana. Tidak tahu juga ke mana mereka karena itu tidak ada urusannya dengan Rivo dan Haikal. Kali ini, Rivo tampak sadar diri, bahwa yang para gadis itu tanyai bukan dirinya, melainkan hanya Haikal seorang saja. Untuk itu, dia langsung pamit undur diri.

"Kal! Gue duluan, ya! Urusin noh, cewek-cewek! Nasib orang ganteng itu, mah." Rivo terkekeh dan meninggalan Haikal sesegera mungkin.

"Heeeee, Riv. Tungguin gue!" Haikal berteriak kesal mengikuti Rivo dan mencoba untuk mengabaikan pertanyaan yang ditujukan padanya.

Baru satu langkah Haikal hendak ke atas sana, tangannya sudah ditarik seorang gadis yang terlihat lebih tua darinya. Kos-kosan ini memang bebas untuk siapa saja, dan sepertinya gadis itu anak kuliahan. Tidak hanya anak SMA dan anak kuliahan saja yang ngekos di sini, sebagian dari mereka yang sudah bekerja juga ada yang ngekos di sini. Alasannya juga karena pemilik kos awalnya tidak membuka kamar kosan. Karena satu dan lain hal, ia membuka kosan di rumahnya sendiri yang sangat luas ini. Dengan mengizinkan siapa saja untuk ngekos di rumahnya.

Dengan lebainya, Haikal berteriak histeris. "Aaaaa, ampun, Kak. Adek masih polos," rengek Haikal yang kaget melihat tahi lalat di hidung gadis itu yang lebih mirip lalat hidup.

"Bagi nomor lo dong," pintanya.

Masih dengan rengekan yang sama, Haikal menarik paksa tangannya dari orang yang baru pertama dilihatnya ini. "Enggak punya, Kak." jawab Haikal dengan berlari setelahnya karena terlalu kaget dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Para gadis yang tadi mencoba menahannya, tampak mendengkus dengan kepergian Haikal. Karena aturannya anak perempuan dilarang menaiki tangga, lebih tepatnya dilarang memasuki kosan laki-laki. Hal ini sudah menjadi aturan yang tidak boleh dilarang karena jika itu ketahuan, maka siap-siap diusir dari kosan. Hal yang sama tentu juga berlaku untuk kaum laki-laki, tidak ada satu pun yang boleh memasuki kamar perempuan. Aturannya juga hanya boleh ke bawah untuk makan bersama dan lewat saat pergi ke luar kosan saja.

Selesai sudah akhirnya Haikal menaiki tangga, tapi baru sampai di tangga atas saja, tangannya sudah ditarik oleh Rivo untuk bersembunyi. Ini pasti hanya akal-akalan Rivo saja karena selama ini perbuatannya tidak ada yang benar. Kalau saja Rivo membawanya bersembunyi dengan baik-baik juga tidak apa-apa, tapi dia malah mengajaknya tiarap di lantai seolah akan melakukan pertempuran di medan perang saja.

Duri (End✅)Where stories live. Discover now