18

33 5 19
                                    

"Rindu, ada apa? Lo abis nangis? Kenapa? Ayo cerita sama gue!" Rivo tiba-tiba menyosor saat Rindu dan Zaka baru saja duduk di bangku mereka.

"Enggak apa-apa, kok!" jawab Rindu pelan.

Dari awal, Zaka tidak menyadari apa-apa, hingga suara Rivo menyadarkannya. Zaka langsung menatap wajah Rindu yang terlihat layuh. Melihat raut wajah Rindu yang tidak baik-baik saja itu mampu membuat Zaka merutuk dalam hatinya. Mengutuk dirinya sendiri karena tidak menyadari hal besar seperti itu. Padahal biasanya hal sekecil apa pun mengenai Rindu akan langsung menarik perhatian Zaka.

"Ndu, apa benar kamu habis nangis? Kamu kenapa?" pertanyaan yang hampir sama dengan Rivo meluncur dari mulut Zaka.

"Aku enggak apa-apa kok, Ka." Rindu mencoba untuk memperlihatkan kalau dirinya baik-baik saja.

"Rindu, apa gara-gara semalam?" tanya Rivo cukup terdengar keras.

Kata-kata Rivo barusan menjadi alasan kenapa Zaka mengerutkan dahinya. "Semalam? Maksud lo apaan?" tanya Zaka antusias.

Rivo tampak abai seolah tidak terjadi apa-apa, Rindu pun sama dengan diam sebagai pilihannya. Di sini, Zaka merasa seolah kedua orang itu tengah mempermainkannya. Mata Zaka semakin lama semakin menajam menatap Rivo yang malah terus menatap ke arah Rindu. Tanpa diminta pun jemarinya mengepal hanya dengan wajah Rivo yang terus menatap Rindu tanpa berpaling.

"Rindu, lo sakit?" Sekali lagi Rivo bertanya.

"Enggak apa-apa!" jawab Rindu lirih.

Sejujurnya, benar apa yang Rivo tebak. Sebab murungnya Rindu adalah karena ucapan Yusuf semalam gara-gara Rindu pulang larut. Tidak bisa Rindu melupakannya karena sejauh yang dilaluinya, hanya kemarahan bapaknya saja yang paling Rindu hindarkan. Tentu sekarang dia masih kepikiran, bagaimanapun juga Rindu hanya gadis yang lemah dan mudah patah hanya dengan marahnya orang tua.

"Woi, jawab dong, pertanyaan gue! Semalam apa? Kalian semalam jalan?" tebak Zaka kesal dengan mereka berdua yang terkesan mengabaikan.

"Lo bisa diam enggak? Lo enggak liat kalau Rindu lagi sedih? Apa pantas lo nanyain soal ini sekarang?" solot Rivo meski dia tahu pertanyaan Zaka tidak mungkin bisa Zaka singkirkan hanya karena Rindu bersedih.

"Udah! Jangan debat lagi, aku mohon!" lerai Rindu yang berada di tengah-tengah suara mereka yang menggaggu Rindu, padahal dia ingin ketenangan.

Mendengar kegaduhan yang terjadi, barulah Haikal dan Azura menyudahi pembicaraan mereka. Masalah di sana sepertinya lebih menarik dari apa yang mereka bicarakan barusan. Sama-sama mereka mendekat ke arah sana untuk ikut menyelesaikan kalau saja ada masalah di antara mereka.

"Woi, ada apaan nih?" tanya Haikal berusaha masuk ke dalam perdebatan yang mereka suarakan.

Mereka yang semula tak ada yang mengalihkan pandangan ke arah lain, kini menatap serentak ke arah Haikal dan Azura. Melihat tatapan mereka yang berbeda-beda menimbulkan rasa bingung yang mengalir sama-sama di benak Haikal dan Azura. Tak satu pun dari tatapan mereka bertiga bisa Haikal dan Azura artikan maksud dari tatapan mereka yang berlainan itu apa.

"Ada apa?" tanya Haikal lagi, kini dengan suara sedikit kikuk. Takutnya maksud dari tatapan mereka adalah marah kepadanya. Karena sedari tadi sibuk dengan Azura saja tanpa mempedulikan mereka yang juga merupakan temannya.

Duri (End✅)Where stories live. Discover now