9

56 6 22
                                    

Sesampainya di rumah Rindu, Rivo tidak ingin berlama-lama dan langsung mengetuk pintu rumah Rindu sambil mengucap, "Assalamualaikum!" salam Rivo dengan suara pelan.

"Waalaikumsallam." sahut seseorang dari dalam rumah dan membukakan pintu dengan segera.

Yang membukakan pintu untuk Rivo adalah adiknya Rindu. Gadis yang sempat Rivo lihat waktu itu berangkat sekolah bersama Rindu dan Zaka. Dengan tidak sopannya, Rivo justru memerhatikannya dengan seksama dari atas sampai bawah. Entah apa tujuannya yang jelas dia terlihat menilik gadis itu lamat-lamat. Tatapannya hanya membuat yang ditatap merasa risih dan ingin memukul kepalanya dengan dua tangan. Pikirannya sama dengan apa yang Haikal pikirkan tadi karena memang sikap Rivo itu yang membuat orang ingin memukulnya. Tetapi, mengingat Rivo adalah tamunya, dia mengurungkan niat buruknya.

"Kok, enggak mirip ya?" ujar Rivo dengan entengnya sambil memegangi dagu.

"Apanya?" tanya gadis itu yang heran dengan pertanyaan dari Rivo.

"Mmmm, Rindu mana?" tanyanya lagi.

"Ada di dalam. Kakak temannya Kak Rindu?" tanya gadis itu pelan.

"Suaminya," jawab Rivo tanpa dosa.

Gadis itu memiringkan bibirnya. "Haaa? Lagi demam ya, Kak? Atau Kakak udah gila? Kasihan, mana masih muda," ledeknya sambil geleng-geleng kepala.

"Ya ampun, Dek. Gini-gini, aku Kakak ipar kamu, loh!" ujar Rivo lagi yang membuat gadis itu semakin geleng-geleng dan berkerut.

Melihat Rivo yang mencuri pandang ke dalam rumah, niat untuk mengusir orang aneh ini tiba-tiba muncul begiti saja di benak gadis kecil ini. "Oh, ya udah. Kakak boleh pulang," ucap gadis itu dengan suara ramah, namun terkesan mengusir.

"Lah? Kakak diusir, nih?"

"Bukan gitu, Kak. Kayaknya Kakak demam deh, mending pulang istirahat terus minum obat, biar enggak halu lagi, ya?!" Gadis itu berujar lalu menutup pintu tanpa rasa bersalah.

"Lah? Kok ditutup? Bukain woiii!" rengek Rivo di luar sana sambil memukul pelan pintu rumah.

"Hany, itu siapa?" tanya Rindu yang baru saja ke luar dari kamarnya karena suara teriakan Rivo sedari tadi mengusiknya.

Gadis itu bernama Hany, adiknya Rindu. Hany memang sedikit usil dan tidak pandang bulu dalam mengusili orang, baik itu tamu ibunya sekali pun dia tidak akan peduli. Di sekolahnya pun sama saja, tak jarang teman-temannya dia usili hanya untuk kesenangannya saja. Tidak hanya anak perempuan saja yang pernah diusilinya, laki-laki pun juga ada. Agar tak mendapat balasan dari keusilannya, Hany sendiri berteman dengan laki-laki yang sama usilnya. Maka dari itu, kalau ada orang yang mengusilinya balik, maka temannya itu yang akan menyelesaikannya.

Pura-pura tidak tahu, Hany duduk dengan santainya di sofa kecil depan TV. "Enggak tau, Kak. Orang gila kayaknya," jawab Hany sambil menggonta-ganti siaran TV.

"Dek! Bukain dong!" teriak Rivo lagi yang membuat Rindu tergerak untuk menemuinya.

Perlahan Rindu mendekati pintu dan membukanya dengan perlahan. "Siapa ...?" tanya Rindu dan sedikit kaget melihat wujud Rivo tersenyum di ambang pintu.

"Kok mukanya kaget gitu? Kayak abis liat setan aja," ujar Rivo dengan mencari celah di mata Rindu agar Rindu bisa mengartikan kalau Rivo ke sini karena merindukannya.

Duri (End✅)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें