40

21 1 0
                                    

"Rivo ngerti, Ma. Om Danu udah cerita sama Rivo waktu itu. Om Danu bilang Mama diperlakukan beda sama nenek, om Danu bilang mama terlahir tanpa diinginkan karena nenek dulunya dijodohin 'kan, Ma? Rivo udah tau, Ma yang Mama benci itu bukan Reva, tapi diri Mama sendiri. Mama cuma ingin orang lain ngerasain apa yang Mama rasain," tutur Rivo sambil mempererat genggamannya pada kedua tangan Rindu dan Engla, "Tapi, Ma. Nenek enggak pernah benci Mama, yang nenek benci itu suami pertamanya, yaitu ayah Mama. Bagaimanapun juga, seorang ibu tidak akan bisa membenci anaknya karena dia yang sudah melahirkannya, begitu juga Mama, Mama enggak pernah benci Reva, Rivo yakin itu!" sambung Rivo.

Seperti yang kita tahu, orang tua zaman dahulu sering menjodohkan anak-anak mereka. Itu juga yang dialami oleh ibunya Engla, sehingga Engla mendapat perlakuan berbeda oleh ibunya. Diperlakukan berbeda dari saudara-saudaranya yang lain karena mereka beda ayah. Semenjak Engla lahir, tak sekali pun dia mengenal siapa ayahnya. Hanya perlakuan buruk dari ibunya saja yang selalu Engla terima. Meski begitu, apa yang ibunya lakukan, tak lain hanya karena dia tidak terima dengan ayahnya Engla yang seenaknya saja meninggalkannya setelah anak mereka lahir ke dunia.

Hingga, Engla merasa dirinya tak berguna dan Engla pikir itu karena dirinya seorang perempuan, sementara saudaranya yang lain laki-laki semua. Kemudian Engla melakukan hal yang sama kepada putrinya Reva. Karena sedari awal Engla memang sudah berkata dia tidak suka anak perempuan dan menginginkan anak laki-laki saja. Engla bahkan sampai rela membuangnya, bukan karena Engla membencinya. Namun, seperti yang Rivo katakan karena Engla membenci dirinya sendiri. Melihat dulunya Reva yang tersenyum ke arahnya, membuat Engla mengingat dirinya yang dulunya berusaha tersenyum untuk mengambil hati ibunya. Engla hanya ingin membuang pikiran lamanya tentang ibunya, tapi Reva selalu mengingatkannya.

Mendengar kisah pendek yang Rivo ceritakan, Reva menangis di posisi. Seakan dia sendiri memang merasakan apa yang dulunya Engla rasa. Tanpa diminta, Rindu pun ikut mengeratkan tangannya menggenggam tangan Engla. Mencoba untuk meyakinkan Engla bahwa Engla memang tidak membencinya. Juga supaya Engla bisa kembali menerima hadirnya.

"Pa, Papa juga! Sekarang udah enggak ada alasan lagi buat Papa benci mama. Reva udah kembali ke kita, Pa. Jadi, Papa maafin mama juga, ya!" pinta Rivo sambil meraih sebelah tangan Ramon dan menyatukannya pula dengan tangan Rindu dan Engla.

"Ri--vo!" ucap Engla terbatah dengan apa yang Rivo lakukan.

Anak yang biasanya berusaha lari ketika dia mengajaknya berbicara, sekarang berbicara panjang lebar di hadapannya. Rasanya seperti keajaiban saja melihat Rivo yang bisa menampakkan senyum di hadapannya. Karena biasanya Rivo akan memalingkan wajah kala Engla berusaha memberi perhatian untuknya.

"Begini lebih enak dipandang 'kan, Kak?" tanya Rivo, setelah dia menggenggam ketiga tangan keluarganya, kini Rivo menjatuhkan pertanyaan untuk Haikal yang berdiri agak jauh dari posisi mereka.

Haikal tergagap dan menggigit bibir bawahnya. Sambil mencari pandangan ke arah selain dari posisi Rivo berada. Haikal memberikan jawaban pelan. "Y--ya!"

Meski adegan di depannya adalah kebahagiaan yang mulai tampak dalam selingkung keluarga itu, tapi Haikal sama sekali tak bisa merasakannya juga. Padahal, Azura dan Zaka tersenyum melihat satu keluarga di hadapan mereka bersatu setelah katanya terpecah belah. Terutama bagi Zaka karena bahagia Rindu adalah bahagianya juga.

"Mumpung kita semua berkumpul di sini, Rivo mau ngomongin sesuatu sama kalian semua tentang ...." Rivo menggantung ucapannya sebentar, "Ah, kayaknya ada di dalam tas! Tunggu bentar, ya!" sambung Rivo dan memundurkan langkah.

Kemudian Rivo berjalan ke arah di mana Zaka berdiri, meminjam kunci mobilnya karena tas Rivo tertinggal di sana. Tadinya, Rivo merasa tak cukup tenaga untuk terus menggendong tasnya dan dia sengaja meninggalkannya. Karena terburu-buru, Rivo sampai lupa dengan apa yang akan ditunjukkannya kepada keluarganya ada di dalam sana. Untuk itu, Rivo harus kembali membagi tenaganya untuk kembali menelusuri jejak yang tadinya sudah dilaluinya. Jujur saja, Rivo merasakan langkahnya kian memberat saat satu kaki berhasil dihelanya. Namun, tetap saja Rivo akan memaksakannya.

Duri (End✅)Where stories live. Discover now